Selasa, 24 Juli 2012 Cerita Dewasa Seorang Janda Lesbian

Cerita Dewasa Seorang Janda Lesbian - Shanti baru saja selesai menyapu lantai. Dan sekarang ia berniat mencuci piring kotor. Ia berjalan masuk kedalam dapur dan mendapati Mbak Tuti sedang membenahi peralatan dapur. Pada jam seperti ini restoran tempat mereka bekerja sudah sepi. Hari ini giliran Shanti yang harus pulang lambat karena ia harus merapikan restoran untuk buka nanti malam. Begitulah keadaan restoran dikota kecil, pagi buka sampai jam 3 sore lalu tutup dan buka kembali jam 7 malam. Shanti tahu ia tak akan sempat pulang karena ia harus bekerja merapihkan tempat itu bersama Tuti.

Shanti adalah seorang gadis yang cantik dan ramah. Usianya sudah 17 tahun dan ia tak dapat lagi meneruskan sekolahnya karena orang tuanya tidak mampu. Wajahnya oval dan sangat bersih, kulit gadis itu kuning langsat. Mata Shanti bersinar lembut, bibirnya kemerahan tanpa lipstik. Shanti mempunyai rambut yang panjang sampai dadanya, berwarna hitam, tubuhnya seperti layaknya gadis kampung seusianya. Buah dada Shanti membusung walaupun tidak dapat dikatakan besar namun Shanti memiliki pantat yang indah dan serasi dengan bentuk tubuhnya. Pendek kata Shanti seorang gadis yang sedang tumbuh mekar dan selalu dikagumi setiap pemuda dikampungnya.

Tuti seorang wanita yang sudah berusia 32 tahun. Ia seorang janda ditinggal cerai suaminya. Sudah 3 tahun Tuti bercerai dengan suaminya karena laki-laki itu main gila dengan seorang pelacur dari Jawa Tengah. Tuti bertubuh montok dan bahenol. Semuanya serba bulat dan kencang, wajahnya cukup manis dengan rambut sebahu dan ikal. Bibir Tuti sangat menggoda setiap laki-laki, walaupun hidungnya agak pesek. Kulit Tuti berwarna coklat tua karena ia sering ke pasar dan ke sawah sebagai buruh tani kalau sedang musim tanam atau panen. Tuti dulunya adalah seorang pelacur daerah Tretes, Jawa Timur.

Dulu uang begitu gampang diperoleh dan laki-laki begitu gampang dipeluknya, sampai akhirnya hukum karma membuat ia menjanda karena sesama teman seprofesinya juga. Banyak orang dikampung yang diam-diam mengetahui sejarah kelam Tuti dan banyak juga yang mencoba hendak memanfaatkan dia. Tapi selama ini Tuti terlihat sangat cuek dan sinis terhadap orang-orang yang menggodanya. Buah dada Tuti besarnya bukan main, sering ia merasa risih dengan miliknya sendiri. Tapi ia tahu buah dadanya menjadi buah-bibir baginya. Dan sedikit banyak ia juga bangga dengan buah dadanya yang besar dan kenyal itu. Tuti juga memiliki pantat yang besar dan indah, nungging seperti meminta.. Tubuh Tuti sering menjadi mimpi basah para pemuda dikampungnya.

“Shan, kamu sudah punya pacar belum?” Tiba Tuti berjongkok didepan Shanti dan mulai membantu gadis itu mencuci piriong-piring kotor. Shanti terkikik dan menggeleng.
“Belum tuh”
“Lho? Gadis secantik kamu pasti banyak yang naksir” kata Tuti sambil memandang Shanti. Shanti tertawa lagi.
“Payah.?? semuanya mikir kesitu melulu” Jawab Shanti.
“Memang.?? laki-laki itu kalau melihat perempuan pikirannya langsung ingin ngewe” kata Tuti tanpa merasa risih berkata kasar.
“Ah Mbak, jangan suka ngomong gitu ah” timpal Shanti.
“Kan nggak ada yang dengar ini” Jawab Tuti. Mereka terdiam lama.
“Mbak.. ” suara Shanti menggantung. Tuti terus mencuci.
“Mmm?” Jawab wanita itu.
“Ngg..”
“Ngomong aja susah banget sih” Tuti mulai hilang sabar. Shanti menunduk.
“Ngg.. Anu.. Ngewe itu enak nggak sih?” Akhirnya keluar juga. Tuti memandang gadis itu.
“Yaa.. Enaak banget Shan, apalagi kalo yang ngewein kita pinter” jawab Tuti seenaknya.
“Maksud Mbak?” Shanti penasaran.
“Iya pinter.. Bisa macam-macam dan punya tongkol yang keras!” kata Tuti sambil terkikik. Shanti merah padam mendengarnya. Tapi gadis itu makin penasaran.
“Bisa macam-macam apa sih, Mbak?” tanya Shanti.

Tuti memandangnya sambil menimbang. Ah.. Toh nanti gadis kecil ini harus tahu juga. Dan Shanti sungguh cantik sekali, sekilas mata Tuti tertumbuk pada posisi Shanti yang sedang berjongkok. Tuti melihat gadis itu mengangkang dan terlihat celana dalam gadis itu berwarna coklat muda.

“Macam-macam seperti tempik kita diciumin, dijilat bahkan ada yang sampai mau ngemut tempik kita lohh..” jawab Tuti.

Entah kenapa Tuti merasa sangat terangsang dengan jawabannya dan darahnya mendidih melihat selangkangan Shanti yang bersih serta mulus.

“Idiih.. Jorok ihh.. Kok ada yang mau sih?” Shanti sekarang melotot tak percaya.
“Lho.. Banyak yang doyan ngemut memiaw Shan. Ngemut tongkol juga enak banget kok” jawab Tuti masih terus melihat selangkangan Shanti.
“Astaga.. Masak anunya lelaki diemut?” Shanti merasa aneh dan jantungnya berdebar, ia merasa ada aliran aneh menjalar dalam dirinya. Gadis itu tidak mengerti bahwa ia terangsang.
“Oh enak banget Shan, rasanya hangat dan licin, apalagi kalo ehm.. Ehmm.. “
“Kalo apa Mbak?” Shanti makin penasaran. Tuti merasa melihat bagian memiaw Shanti yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, tapi Tuti tidak yakin.
“Yaa.. Malu ahh..!” Tuti sengaja membuat Shanti penasaran.
“Ayo doong Mbak” rengek Shanti.

Tuti sekarang yakin bahwa memiaw gadis itu sudah basah sehingga terlihat bercak gelap di celana dalamnya. Tuti sendiri merasa sangat terangsang melihat pemandangan itu.

“Kalo pejuhnya menyembur dalam mulut kita, rasanya panas dan asin, lengket tapi enak banget!” bisik Tuti didekat telinga Shanti. Shanti membelalakkan matanya.
“Apa itu pejuh?” tanyanya. Tuti merasa tidak tahan.
“Pejuh itu seperti santan yang sering bikin memiaw kita basah lho” Jawab Tuti. Ia melihat bagian memiaw Shanti makin gelap, wah gadis ini banjir, pikir Tuti.
“Idiihh amit-amit, jorok banget sih”
“Lho kok jorok? Laki-laki juga doyan banget sama santan kita, apalagi kalo memiaw kita harum, tidak bau terasi”
“Idiihh Mbak saru ah!”
“Tapi aku yakin memiaw kita pasti wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”
“Udah ah, lama-lama jadi saru nih” kata Shanti. Tuti tertawa.
“Kamu udah banjir yaa?” goda Tuti. Shanti memerah, buru-buru ia merapatkan kedua kakinya.
“Ahh.. Mbaakk!!” Tuti tersenyum melihat Shanti melotot.
“Nggak usah malu, aku sendiri juga basah nih” Kata Tuti.

Ia lalu membuka kakinya sehingga Shanti bisa melihat celana dalam putih dengan bercak gelap di tengah, Shanti terbelak melihat bulu-bulu kemaluan Tuti yang mencuat keluar dari samping celana dalamnya, lebat sekali, pikirnya.

“Ihh.. Mbak jorok nih” desis Shanti. Tuti terkekeh.
“Mau merasakan bagaimana tempik kamu diemut?” bisik Tuti. Shanti berdebar.
“Ngaco ah!”
“Aku mau emutin punya kamu, Shan?” Tuti mendekat. Shanti buru-buru bangun dan mundur ketakutan. Tuti tertawa.
“Kamu akan bisa pingsan merasakannya” bisik Tuti lagi.
“Ogah ah.. Udah deh.. Jangan nakut-nakutin akhh” Shanti mundur mendekati pintu kamar mandi dan Tuti makin maju.
“Nggak apa-apa kok.. Cuman diemut aja kok takut?”
“Masak Mbak yang ngemut?”
“Iya.. Supaya kamu tahu rasanya”
“Malu ahh..”
“Nggak apa-apaa..” Tuti mendekat dan Shanti terpojok sampai akhirnya pantatnya menyentuh bibir bak mandi.

Dan Tuti sudah meraba pahanya. Shanti merinding dan roknya terangkat ke atas, Shanti memejamkan matanya. Tuti sudah berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke memiaw Shanti yang tertutup celana dalam. Tuti mencium bau memiaw Shanti, dan Tuti puas sekali dengan harumnya memiaw Shanti. Dulu ia sering melakukan hal-hal seperti ini, malah pernah ia bermain-main bersama 4 pelacur sekaligus untuk memuaskan tamunya.

Tubuh Shanti gemetar dan seluruh bulu kuduknya meremang, gadis itu merasa suhu tubuhnya meningkat dan perasaannya aneh. Tuti mulai menciumi memiaw Shanti yang masih tertutup. Pelan-pelan tangannya menurunkan celana dalam Shanti dan Tuti terangsang melihat cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada celana dalam gadis itu ketika ditarik turun. Tuti menjulurkan lidahnya memotong cairan memanjang itu dan lidahnya merasakan asin yang enak sekali. memiaw Shanti sungguh indah sekali, tidak terlihat bibir kemaluannya bahkan bulu-bulunya pun masih halus dan lembut.

Tuti mencium dan mulai melumat memiaw Shanti. Gadis itu mengerang dan menggeliat-liat ketika lidah Tuti menjalar membelai liang memiawnya. Shanti benar-benar shock dengan kenikmatan aneh yang dirasakannya, ada perasaan geli dan jijik, tapi ada perasaan nikmat yang bukan alang kepalang. Gadis itu merasakan keanehan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri hebat tatkala lidah Tuti menyapu dinding memiawnya, Shanti menggeliat-liat menahan perasaan nyeri nikmat bagian bawah perutnya.

“Aahh.. Mbak.. Uuuhh.. Ssshh.. Ja.. Jangan mb.. Mbbak! Ji.. Jijikhh.. Aahh”

Tuti tidak memperdulikan rintihan dan erangan Shanti. Lidahnya bergumul dan menembus liang memiaw Shanti dengan lembut, Tuti tahu Shanti masih perawan dan ia tak ingin merusak keperawanan Shanti, lidahnya hanya menjulur tidak terlalu dalam, namun Tuti sudah dapat merasakan cairan asin hangat yang mengalir membasahi lidahnya dan Tuti mengendus-endus bau khas memiaw Shanti dengan sangat menikmatinya. Tuti perlahan-lahan menyelipkan jari-jarinya kesela-sela bokong Shanti, dengan lembut dan dibelai-belainya liang anus Shanti, dan Shanti sedikit tersentak tapi kemudian menggelinjang geli, tapi Shanti membiarkan dirinya pasrah terhadap Tuti. Ia percaya sepenuhnya pada Tuti dan sekarang ia benar-benar merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan bahkan dalam mimpipun!

“Enak Shan?” desah Tuti dengan mulut berlumuran lendir Shanti. Shanti memandang ke bawah dan mengangguk, tubuhnya bergetar hebat, ia tak menyadari bahwa itu yang dinamakan klimaks kenikmatan seorang perempuan. Tuti merasakan liang memiawnya berdenyut dan ia meraba serta menusuk-nusukkan jarinya sendiri keliang memiawnya dan merasakan cairan licin membasahi jarinya. Ia merintih dengan wajah tersuruk di selangkangan Shanti, lidahnya kini menjulur dan membelai liang dubur Shanti dan membuat gadis itu terlonjak-lonjak kegelian serta terpana mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dibayangkannya. Shanti merasa liang duburnya ditekan-tekan oleh benda lunak dan sesekali terselip masuk kedalam dan ia akan terlonjak kaget bercampur geli, tapi lebih banyak merasakan kenikmatannya.

END
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Senin, 23 Juli 2012 Cara Copy Foto YM Teman Dengan Mudah

Cara Copy Foto YM Teman Dengan Mudah
Bagi sebagian besar pengguna Yahoo messenger memasang foto saat merchating ria dengan kawannya, nah foto ini bermaksud untuk menampilkan siapa dirinya. Nah mungkin suatu saat anda sedang chat dengan seorang wanita cantik (di fotonya) dan anda bermaksud untuk copy paste foto tersebut buat kenang kenangan atau buat di pelet. nah mungkin beberapa dari anda bingung bagaimana cara mendapatkan foto tersebut, sekarang tidak perlu bingung karena saya punya trik untuk mengambil foto avatar ID yahoo mesenger orang, baik yang teman kita mupun bukan. caranya adalah cukup dengan mengetik

http://img.msg.yahoo.com/avatar.php?yids=ID YM target contohnya

http://img.msg.yahoo.com/avatar.php?yids=cerdes99

selamat mencoba tips singkat ini

copas dari  http://awangjivi.com
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Rabu, 18 Juli 2012 Masih Belum Sempurna 3

Masih Belum Sempurna 3
Masih Belum Sempurna 3 - Setelah tiga hari berlalu tibalah saatnya aku harus berlimau. Dugaanku rupanya meleset. Aku menerima kabar dari suamiku bahwa dia baru akan pulang dua hari lagi. Jadi berarti baru besoknya suamiku kembali. Ketika menjelang senja Pak Zein datang ke rumahku. Kemudian dia mulai mempersiapkan ramuannya dalam kamarku sendirian. Selanjutnya dia memanggilku masuk dan memberikanku sehelai kain putih untuk dipakai sebagai petilasan ketika aku mandi. Kulihat kain putih itu sangat tipis sekali sehingga apabila terkena air sudah pasti akan mencetak bentuk tubuhku yang basah dengan jelas. Akan tetapi apa mau dikata akhirnya aku lebih takut kepada akibat bersenggama dengan jin daripada mandi bertelanjang di depan Pak Zein.

Pak Zein memandikanku dalam kamar mandi yang memang berada dalam kamar tidurku, berduaan saja. Sambil mengucapkan matera Pak Zein menyirami tubuhku yang hanya terbungkus oleh sehelai kain putih yang tipis dengan air limau bercampur bunga rampai sampai basah kuyub sehingga apa yang kukhawatirkan benar saja terjadi. Kain putih yang membalut tubuhku itu begitu basah langsung melekat di tubuhku sehingga bayangan siluet tubuhku yang telanjang tercetak nyata di balik kain putih yang basah. Buah dadaku yang subur beserta puting susunya tercetak dengan jelas sekali di balik kain putih itu sehingga praktis seluruh bayangan tubuhku yang bertelanjang bulat samar-samar terlihat secara utuh.

Selesai aku dimandikan, aku tidak boleh mengeringkan badan. Sambil menunggu badanku kering Pak Zein menuliskan sesuatu dengan telunjuknya di tubuhku. Mula-mula di keningku kemudian di kedua belah pipi dan bahuku. Selanjutnya dia memintaku menurunkan sedikit kemben yang kukenakan untuk menulis di antara kedua belahan buah dadaku. Pada saat dia menulis di buah dadaku dengan telunjuknya maka tidak dapat dihindari telunjuknya itu telah menyentuh puting susuku. Hal itu membuatku agak bergelinjang. Aku merasakan puting susuku tiba-tiba menjadi tegang. Itulah salah satu kelemahanku bahwa sekali puting susuku tersentuh maka aku akan merasakan birahi di seluruh tubuhku. Selanjutnya dia katakan bahwa dia harus membuat tulisan di daerah pusatku dan juga di kedua belah pangkal pahaku. Oleh karena itu aku terpaksa membuka bagian depan kembenku itu sehingga praktis seluruh bagian depan tubuhku yang bertelanjang kini terhampar jelas di hadapannya.

Pada saat dia menulis di pangkal pahaku yang letaknya berdekatan sekali dengan alat kewanitaanku, aku agak bergelinjang kembali. Kudapati juga Pak Zein nafasnya agak memburu, namun kelihatannya dia tetap menahan gejolak yang mungkin dialaminya. Hal itu lumrah saja mengingat umurnya yang relatif masih muda, maka adalah sangat normal apabila dia juga menjadi terangsang melihat tubuhku yang telanjang. Apalagi tubuhku itu boleh dikatakan bentuknya sangat mengiurkan pandangan setiap laki-laki karena masih padat dan berisi. Akhirnya dia memintaku membalikkan badan untuk menulis di punggungku yang diakhiri pada daerah pantatku.

Selesai menulis di seluruh tubuhku Pak Zein memintaku melepaskan kain putih petilasan yang masih kupakai, katanya akan dia bawa untuk dibuang jauh-jauh. Dengan agak malu-malu kulepaskan kain petilasan itu sehingga kini aku benar-benar bertelanjang bulat di hadapan Pak Zein.
"Eh.. eh.. sebaiknya Ibu sekarang bertelungkup di tempat tidur.. karena sebelum saya memasang penangkal itu, saya harus membersihkan tubuh ibu dari sisa-sisa air mani dari lelaki yang pernah meniduri Ibu", katanya agak tersendat-sendat karena kelihatannya dia mulai agak tergugup .

Aku pun segera menelungkupkan diri di tempat tidur dalam keadaan yang masih tanpa busana sama sekali. Pak Zein kemudian duduk di sisi tempat tidur mulai meraba seluruh punggungku dengan cara mengusap-usapkannya dengan halus mulai dari atas sampai ke daerah belahan pantatku. Ketika tangan Pak Zein sampai ke bagian daerah itu secara terus terang aku merasakan kembali gairah birahiku. Tidak berapa lama dia mengusap-usap pantatku tiba-tiba dia memberikan sesuatu kepadaku.
"Bu.. lihat ini.. ada serpihan dari air mani yang ada di tubuh Ibu", katanya sambil memberikan sebuah benda kecil sebesar pasir berwarna putih seperti mutiara. "Mungkin masih banyak lagi yang tersebar di seluruh badan Ibu", katanya selanjutnya. Betul saja dari daerah pantatku dia mendapatkan beberapa butir lagi barang seperti itu. Ada yang berbentuk seperti kristal dan ada juga yang seperti mutiara seperti yang diberikan kepadaku tadi.

Selesai mengurut bagian tubuh belakangku, dia memintaku membalikkan badan. Begitu aku telah telentang segera saja aku memejamkan mata. Aku tidak kuasa menahan malu bertelentang dalam keadaan bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain (selain suamiku) dalam jarak yang sedemikian dekat dan hanya berduaan saja dalam kamar. Oleh karena itu aku hanya merasakan saja sentuhan-sentuhan Pak Zein ketika mengobatiku. Kurasakan seluruh buah dadaku berkali-kali diusap dengan lembut yang kadang-kadang diselingi dengan remasan-remasan halus. Agak lama juga dia meremas-remas buah dadaku sehingga perasaam birahiku semakin muncul.

Setelah beberapa lama mengusap buah dadaku kemudian dia menemukan lagi beberapa butir sisa air mani berbentuk kristal.
"Maaf Bu.. ini ada lagi sisa-sisanya di sini", katanya sambil memberikan butiran itu di tanganku. "Tapi rupanya sudah begitu membeku di daging Ibu.. saya khawatir tidak akan dapat bersih seluruhnya", katanya lagi dengan nada suara yang agak bergetar.
"Jadi kalau begitu bagaimana? Apa yang harus saya perbuat?" kataku sedikit ketakutan.
"Saya harus lebih kuat lagi menariknya. Dengan tenaga tangan ini masih kurang kekuatannya.. tapi biar saya coba lagi ya Bu.. dan maaf sekali lagi tarikan saya sekarang mungkin agak kencang", katanya sambil terus meraba lagi buah dadaku tapi kali ini dengan remasan yang kuat. Agak lama Pak Zein meremas-remas buah dadaku sehingga aku merasa sangat kejang sekali dan nafasku mulai memburu. Liang kewanitaanku juga terasa mulai basah oleh cairan birahi sehingga secara tidak sadar aku telah melenguh-lenguh kecil.

"Betul-betul sudah sangat membeku Bu", katanya dengan nafas yang juga terengah-engah.
"Saya kira saya harus lakukan dengan cara lain agar dapat mencair sedikit dan baru saya akan tarik lagi", katanya selanjutnya.
"silakan saja Pak.." jawabku dengan suara yang sangat lemah.

Dengan tidak ayal lagi tiba-tiba Pak Zein menghisap buah dadaku dengan sekuat-kuatnya. Puting susuku dipermainkannya dengan lidahnya dan giginya menempel erat di bagian permukaan daging dadaku yang kenyal lembut itu sehingga aku tercampak dalam suatu arus birahi yang dahsyat. Selesai menghisap buah dadaku dia mulai lagi meremas-remas buah dadaku dan tidak berapa lama kemudian sambil terengah-engah hebat dia tunjukkan kembali beberapa butiran seperti mutiara yang katanya telah dapat diambilnya melalui penyedotan di puting susuku.

Selesai mengerjakan bagian buah dadaku, dia kini beralih ke bagian perutku di sekitar pusat, dengan halus dia mengusap-usap perutku diiringi dengan sesekali mencucupi pusatku dengan halus.
"Di bagian sini tidak ada Bu.." katanya, "Jadi tubuh Ibu kini sudah bersih. Sekarang saya akan pasang penangkal di badan Ibu agar terjauh dari maksud jahat para jin atau pun mahkluk halus lainnya. Selain itu penangkal ini juga bersifat penawar dan pengasihan."

"Penawar dan pengasihan..? Apa artinya itu Pak", aku bertanya agak heran.
"Betul Bu, kalau penawar itu sifatnya menetralisir semua pengaruh buruk di badan Ibu. Artinya setelah Ibu memakai itu, maka Ibu juga tidak perlu khawatir lagi ada pengaruh buruk di badan Ibu. Maaf ya Bu.. namanya juga manusia bisa saja khilaf, apakah kemarin atau nanti. Jadi misalnya kalau Ibu nanti sewaktu-waktu berhubungan badan lagi dengan laki-laki lain, maka tidak ada lagi pengaruh buruk yang melekat di badan Ibu, apakah itu dari jin maupun lainnya. Kalau pengasihan.., ya itu untuk diri Ibu agar dicintai dan digandrungi oleh semua orang, terutama laki-laki. Laki-laki mana saja yang memandang Ibu, dia akan teringat selalu, seperti kata pepatah, wajah Ibu akan selalu terbayang-bayang, siang terkenang-kenang dan malam termimpi-mimpi. Dia akan merasa jatuh cinta kepada Ibu serta tunduk dan patuh mengikuti apa kemauan Ibu. Apalagi kalau laki-laki itu sudah pernah mencoba.. ya.. ya itunya Ibu, maka dia tidak akan pernah melupakannya lagi kenikmatan dari itunya Ibu. Dia akan terus lengket kepelet dengan Ibu", katanya lagi.

"Lha bagaimana nanti dengan suami saya?" aku bertanya. "Itu tidak apa-apa Bu, malahan suami Ibu juga akan lebih cinta dan sangat sayang kepada Ibu. Walaupun Ibu berbuat apa saja, misalnya Ibu mau bersebadan dengan laki-laki manapun dan di depan matanya sekalipun, dia tidak akan pernah marah, malahan akan bertambah sayang dan takut kalau kehilangan Ibu."

Akhirnya dia mulai memasang penangkal dan pengasih itu di alat kewanitaanku. Mula-mula dia membacakan mantera di mulut liang kewanitaanku, kemudian jari tengahnya ditusukkan ke dalam liang kewanitaanku. Awalnya hanya pada klitorisku saja kemudian semakin lama semakin dalam. Aku kembali menjadi bergelinjang ketika jari tengahnya memutar-mutar di daerah klitorisku karena merasakan kenikkmatan arus birahiku yang mulai muncul. Namun ketika jarinya mulai masuk lebih dalam lagi ke liang kemaluanku, aku agak tersentak kesakitan.

"Eh maaf.. sekali lagi maaf Bu.." katanya, "Sekarang sudah terpasang, tapi rupanya masih belum sempurna kedudukannya, jadi..", tiba-tiba dia berhenti berkata-kata.
"Jadi apa Pak?" kataku dengan agak terengah-engah.
"Perlu didorong lagi sedikit biar lebih dalam lagi kedudukannya, tapi jari tangan ini rasanya kurang panjang, jadi.. jadi.. eh, maaf Bu..", katanya lagi dengan nada suara yang tidak begitu jelas karena nafasnya pun kini sudah mulai terengah-engah. Aku pun maklum apa yang dia maksudkan itu karena aku pun merasakan birahiku semakin memuncak. Dengan demikian kurenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sehingga lubang kemaluanku kini menganga.

"Jadi.. jadi.. silakan teruskan saja Pak sampai sempurna.." kataku dengan suara yang juga hampir tidak kedengaran. Pak Zein tanpa ayal lagi segera saja menyodorkan alat kejantanannya yang rupanya memang sudah dikeluarkannya semenjak aku memejamkan mata tadi langsung mendekati arah liang senggamaku.
"Eh.. maaf Bu.. sekali lagi maaf Bu", katanya berkali-kali sambil memasukkan alat kejantanannya ke liang senggamaku yang telah licin dengan cairan birahi sehingga segera saja terhisap dengan mudah menerobos ke dalamnya. Aku segera menjepit alat kejantanannya itu erat-erat dengan seluruh kekuatan ototku kemudian menggoyang-goyangkan pinggulku dengan teratur sehingga Pak Zein menjadi mengerang-erang kenikmatan.

Memang agak lama juga dia mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku akan tetapi akhirnya dia tidak tahan juga. Kurasakan alat kejantanannya semakin mengembang dengan keras dan aku pun segera menggoyang-goyangkan pinggulku lebih kuat lagi sehingga akhirnya dia kelihatan tersentak sejenak kemudian aku rasakan curahan sperma yang hangat secara bertubi-tubi membanjiri rahimku.

"Eh.. maaf Bu.. maaf Bu", katanya lagi berkali-kali sambil terus menggenjot tubuhku kuat-kuat mengimbangi goyangan pinggulku yang semakin liar sampai akhirnya dia tergelusur lemas di atas tubuhku. Aku tidak berkomentar apa-apa, hanya saja dalam hatiku aku berkata, anggap saja ini semua sebagai percobaan akan kemanjuran "penangkal" dan "pengasihan" yang telah dipasangkan di tubuhku tadi. Tetapi yang penting dari kesemuanya ini aku berpikir bahwa antara jin dan manusia memang tidak berbeda, keduanya memang sama-sama suka berzinah.

END
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Istri-Istri Pamanku 4

Istri-Istri Pamanku 4 - Kebisuan kembali menyelimuti kami berdua. Ruangan asri rumah Bi Laha itu terasa semakin luas dan mencekam dengan kesunyian itu. Suara jangkrik dan kodok sawah terdengar saut menyaut. Sesekali terdengar suara angkutan pedesaan melewati jalan raya. Juga suara delman dan motor melintas. Ahh, desa yang tenang dan damai. Tempat yang sangat sempurna untuk berlibur dan bermalas-malasan. Tapi tidak dengan kebisuan seperti ini. Aku menguap seraya melihat arloji. Sudah 20 menit lebih kami tak berkata-kata. Dan Mang Iyus belum juga datang. Isterinya sudah terlihat gelisah sambil terus-terusan memandang jam dinding. "Nggak biasanya Mang Iyus begini.." suaranya terdengar lirih.

Kriing.. Kami berdua terlonjak karena kaget. Telepon sialan, makiku dalam hati.

("Telepon keparat!")

Bi Laha bergegas mengangkatnya. Tampaknya Mang Iyus lagi yang menelepon. Mereka terlibat pembicaraan sejenak.
"Lo bapak ini gimana sih? Kita kan sudah siap dari tadi.." Terdengar suara Bi Laha meninggi.
"Iyaa saya ngerti.. tapi apa segitu mendesaknya sampai bapak musti batalin janji makan malam dan nginep disana??" O.. Oo.. naga-naganya aku bisa menebak kemana arah pembicaraan ini.
"Apa? Cuma gara-gara ibunya pusing-pusing bapak harus nganter ke dokter? Apa perempuan itu ngga bisa anter sendiri? Dengar Pak, saya juga punya hak sebagai isteri pertama. Hari ini semestinya adalah hak saya. Bilang sama perempuan itu, kalau mau jadi isteri kedua harus berani tanggung konsekuensi.. kalau bukan harinya, jangan minta-minta antar ke dokter!" Braak! Bi Laha membanting gagang telepon seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia menutup muka dengan kedua tangannya.

("Suami egois! Tak adil! Aku benar-benar merasa seperti keranjang sampah. Sesak di dadaku semakin menggunung dan menggunung, lalu mendesak keluar. Air mataku mulai mengalir. Tiba-tiba aku terkesiap. Belum pernah aku membentak-bentak suamiku sebelumnya. Belum pernah aku mengahiri pertengkaran dengan bantingan telepon. Belum pernah aku seberani ini. Lalu, bayang-bayang pergumulanku dengan Rafi melintas. Karena itukah aku jadi berani?")

Aku memberanikan diri melirik ke arah Bi Laha. Perempuan itu tengah duduk sambil menutup muka di sofa. Shit! Kenapa liburanku harus diwarnai hal-hal seperti ini? Kenapa pula aku memilih tempat ini sebagai tempat berliburku? Aku menghela nafas. Ingin rasanya aku mendekati wanita yang tengah bersedih itu dan menghiburnya. Tapi saat itu, aku benar-benar tak tau harus berbuat apa.

Kriing.. Setan! Sekali lagi ia mengejutkanku, akan kulempar ke tong sampah. Telepon itu berdering berkali-kali namun Bi Laha tak juga beranjak mengangkatnya.

"Bibi ingin saya yang mengangkatnya?" Aku menawarkan diri. Bi Laha mengangkat mukanya. Matanya merah dan basah oleh air mata. Ia tersenyum kecil, dan menggeleng. "Ngga usah Fi.. kamu baik sekali.. biar bibi yang angkat.." Kasihan benar bibiku yang cantik ini. Andai aku dapat menghiburmu. Telepon itu ternyata dari Mang Iyus lagi. Mereka lagi-lagi terlibat pertengkaran soal hak isteri pertama dan kedua. Bi Laha juga tanpa tedeng aling-aling menuduh Mang Iyus telah melalaikan kewajibannya untuk memenuhi haknya sebagai isteri pertama. Aku membuka pintu depan dan duduk di teras agar tidak mendengarkan pertengkaran itu. Tapi sia-sia, karena di daerah yang sepi seperti Cilimus, orang bisa mendengar suara lebih dari 50 meter. Aku memenuhi paru-paruku dengan udara malam yang segar. aahh.. aku tersenyum sendiri mengingat pengalamannya hari ini. Adakah kesempatan seperti itu akan terulang lagi?

"Saya nggak peduli. Bapak nggak pulang selama sebulan juga saya nggak peduli. Sekarang saya akan kunci rumah, dan pergi tidur. Saya ngga mau liat mukamu malam ini!" Braak! Lagi-lagi Bi Laha mengakhiri pembicaraannya dengan acara banting telepon. Diam-diam aku kagum pada bibiku ini. Sehari-hari ia tampak begitu lincah dan ramah. Bertolak belakang dengan apa yang baru saja kulihat. Ia bagai seekor singa betina yang mengaum menggetarkan sukma. Aku menghela nafas, lalu masuk kembali dan mengunci pintu. Terlihat Bi Laha masih terduduk di sofa besar dekat meja telepon. Ia kini bersandar sambil menutupi matanya dengan tangan kanan. Tangan kirinya memegang tisu yang sesekali digunakan untuk menghapus air mata yang mengalir deras di pipinya. Dengan hati-hati aku duduk di sampingnya. Walau sempat ragu, kujulurkan tanganku memeluk pundaknya. "Mau berbagi cerita dengan saya Bi..? Mudah-mudahan bisa mengurangi beban Bibi." Bisikku dengan lembut. Tiba-tiba isteri pamanku ini menjatuhkan kepalanya ke dadaku dan menangis tersenguk-senguk.
"Bibi sangat setia pada pamanmu Fi.. bibi banyak berkorban untuknya.. tapi kenapa sekarang bibi disia-siakan.." Lalu ia menceritakan bagaimana ia membantu Mang Iyus membangun usahanya. Ia juga bercerita bahwa tanah rumah ini adalah pemberian orang tua Bi Laha. Ia juga bercerita suatu ketika Mang Iyus ditipu orang sehingga harus menjual sebagian hartanya. Bi Laha menjual seluruh perhiasannya untuk menolong suaminya itu. Dan begitu banyak cerita lainnya yang menyimpulkan betapa tegarnya perempuan ini. Ia pun tetap tegar ketika harus menerima kenyataan untuk dimadu. Kami terdiam beberapa saat. Tangan kananku memeluk pundaknya dan tangan kiriku membelai lembut rambutnya. Tangan kanan Bi Laha memeluk leherku sementara kepalanya masih terus bersandar di dadaku.

("Pemuda ini sungguh penuh perhatian. Kelembutannya melebihi lelaki manapun yang pernah kukenal. Hanya beberap menit, dan ia sanggup mengurangi kesal di hatiku." Perempuan itu mendongak memandang wajah keponakannya. "Rafi, sorot matamu sungguh sejuk. Bibi benar-benar merasa aman di dalam pelukanmu." Harum nafas pemuda itu terasa begitu dekat dengan bibirnya. Tiba-tiba Laha merasa sangat sayang padanya. Ia seakan telah mengenal lelaki itu sangat lama.)

Tangan kanan Bi Laha membelai pipi kiriku dengan kasih sayang, lalu ia mengecup pipi kananku lembut. "Terima kasih Fi.. terimakasih untuk menemani di saat bibi butuh seseorang.." Aku tersenyum. "Saya senang bisa membantu bibi.. Saya sayang pada bibi.." ujarku tulus. Kata-kataku itu membuat bibiku terharu. Kembali ia menyenderkan kepalanya seraya memeluk leherku dengan lebih erat. Aku pun hanyut oleh rasa kasih sayang yang menyelimuti hati kami. Dengan penuh ketulusan aku mencium kening Bi Laha lamaa sekali. Lalu kukecup pipinya yang terasa basah oleh air matanya. Bi Laha mendongakkan kepalanya memandangku dengan senyuman sayang. Hidung mancungnya dekat sekali dengan hidungku. Kami berdua bisa menghirup wangi nafas masing-masing. Mata kami saling beradu pandang. Oh, alangkah indahnya matamu bi.. alangkah cantiknya wajahmu.. kalau kau bukan isteri pamanku, aku pasti jatuh cinta padamu. Tak peduli kau 12 tahun lebih tua dariku.

("Ohh.. Rafi.. bibi benar-benar takluk melihat matamu. Seakan ada magnet yang membuat orang lain tertarik untuk terus memandangi.. Sayang bibi lahir terlalu cepat 12 tahun. Kalau tidak, kita pasti sebaya, dan kita pasti cocok satu sama lain dan akulah yang akan memuaskan malam-malam dinginmu dan aku juga yang pasti menjadi perempuan pertama yang menyedot dan menghisap.")

Aku menempelkan bibirku di atas bibir Bi Laha. Perempuan itu tanpa ragu menyambut ciuman lembutku. Ciuman ini terasa berbeda dari ciuman-ciuman sebelumnya. Ciuman kali ini lebih merupakan pernyataan kasih sayang dibanding sekedar nafsu.

("Sayangku, alangkah hangatnya bibirmu. Peluklah aku lebih erat lagi. Leburlah tubuhku dengan ragamu. Malam ini aku bukanlah isteri pamanmu. Malam ini aku adalah kekasihmu. Kali ini, kamu tak perlu lagi memperkosaku. Kamu boleh menggumuli tubuhku sepuasmu. Kamu boleh memasukkan penismu sepuas-puasnya. Oh, belum lebih dari satu jam, aku sudah amat rindu pada penismu itu.")

Entah siapa yang memulai tahu-tahu bibir kami sudah saling memagut. Lidah Bi Laha mencoba menerobos masuk ke mulutku. Beberapa kali lidahnya bertumbukan dengan lidahku yang juga berupaya untuk menjelajahi lorong mulutnya. "Emmh.. mmh.." Perempuan itu mengerang ketika lidahku berhasil melesak masuk mulutnya dan dengan cepat mulai menjelajahi langit-langitnya. Kedua tanganku kini memegang pipinya sehingga aku dapat mengontrol pagutan bibir dan lidahku. Lalu Bi Laha mencengkram tangan kiriku dan membimbingnya ke bawah melalui leher, pundak, terus ke dadanya yang busung. Aku mulai tak percaya dengan respon isteri pamanku itu. Belum genap satu jam yang lalu, perempuan itu masih meronta-ronta menolak remasan dan rabaanku. Tapi sekarang, bibiku tanpa malu-malu membawa tanganku ke dadanya. Kuselipkan tanganku ke balik kebayanya sehingga terpegang bukit daging yang masih dilapisi oleh beha. Lalu, kuselipkan telapak tanganku ke balik behanya yang elastis itu sehingga dengan mudah kukeluarkan buah dada kanan Bi Laha dari cup behanya. "Emmh.." perempuan itu menggelinjang ketika dengan gemas kuremas-remas buah dada montok berwarna putih itu. Remasanku membuat bentuk daging kenyal itu berubah-ubah dari bundar ke lonjong, bundar-lonjong, bundar-lonjong. Lalu, jempol dan telunjukku mulai memilin-milin puting berwarna coklat tua itu. "Yang keras Fi.. yang kerass.. Ahh.." Bi Laha mendesah seraya menyodorkan dadanya sehingga telapak tanganku semakin dipenuhi oleh gumpalan bukit kenyalnya. Dan tubuhnya semakin menggelinjang ketika kuciumi jenjang lehernya yang putih mulus bagai pualam. Desahannya nyaris menjadi jeritan ketika puting yang telah berubah menjadi keras dan panjang itu kupijit dan kutarik. "aahh.. gila, tarik lagi Fi.. tarik lagiih.. yang keraass.. euuhh."

("Saat ini puting buah dadaku terasa seperti tombol listrik yang mengalirkan gelombang kenikmatan keseluruh tubuh setiap kali dipelintir oleh tangan pemuda ini. Remasan-remasan di daging buah dadaku menunjukkan kombinasi gelora birahi muda dengan luapan kasih sayang. Sesekali kasar menyakitkan, namun lebih sering lembut menghanyutkan. Malam ini, aku merasa seperti orang yang terbebas dari kamar gelap, pengap dan terkunci. Paru-paruku terasa penuh oleh udara sejuk kebebasan. Baru kali ini aku merasa kedudukanku diatas suamiku. Perasaan itu timbul karena aku berani mengambil keputusan untuk tak mempedulikannya. Kini, aku hanya akan peduli pada diriku sendiri. Dan malam ini, aku hanya akan peduli pada nafsu birahiku.")

Bi Laha menghentikan pagutannya di bibirku. Ia menjauhkan tanganku dari buah dadanya, lalu berdiri. Seraya tersenyum dan memandang mataku dengan pandangan penuh birahi, perempuan itu membuka kancing kebayanya satu per satu. Lalu ia membuka kebayanya, menggerakkan pundak, dan seketika itu juga kain kebaya pink itu jatuh ke lantai melingkari telapak kakinya. Jantungku makin berdegup kencang melihat tubuh mulus isteri pamanku yang berdiri setengah telanjang di hadapanku. Dengan sigap, tangannya membuka stagennya, dan tak sampai satu menit, kain jarik itupun terjatuh menimbun kakinya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi. Maka, tubuh sintal itu kini hanya dibalut beha dan celana dalam saja. Mataku tekejap-kejap tak percaya melihat pemandangan di hadapanku. Bi Laha mengenakan beha berbentuk bikini yang hanya menutupi sebagian kecil ujung buah dadanya. Tali pundak dan punggungnya tampak tak lebih dari seutas tali kecil. Celana dalamnya yang berwarna putih juga berbentuk bikini pantai yang hanya menutupi daerah selangkangan dan pantat yang dihubungkan oleh seutas tali melintasi pinggul kiri dan kanannya. Di bagian selangkangan, gumpalan bulu keriting nampak menerawang di balik celana dalam tipis dari bahan nilon itu. Wow.. tak pernah kubayangkan di balik kain kebaya isteri pamanku ini tersembunyi beha dan celana dalam yang desainnya sangat merangsang!!
"Kamu suka modelnya Fi?" Bi Laha tersenyum memandang wajahku yang melongo terpesona. Kedua ibu jarinya mengait pada tali BH di depan dada. Pelan-pelan jempolnya menarik tali itu sehingga penutup buah dadanya bergeser ke atas. "Su.. suka sekali bi.." Aku menahan nafas melihat puting coklatnya sedikit demi sedikit terlihat. Tanganku dengan cepat membuka T-Shirt ku. Lalu, kuturunkan ritsluiting celana jeans-ku dan meloloskannya melalui kedua kaki. Tubuh atletisku kini hanya dibalut celana Calvin Klein merah tua. Dan celana itu tak mampu menutupi bola besarku yang diselimuti bulu-bulu keriting yang lebat. Batang penisku yang sudah tegak itu tampak menonjol di celana berbahan elastis itu. Mata Bi Laha berkejap-kejap memandangi bongkahan daging di selangkanganku itu. Lalu dengan gerakan cepat, Bi Laha menyentakkan tali behanya sehingga kedua buah melon montok itu melejit keluar dari cup-nya dan bergayut menantang untuk dijamah.

"Kamu tega membiarkan bibi kedinginan Fi..?" Katanya sambil membuang behanya ke sofa. Tak tahan dengan godaan perempuan berusia 35 tahun yang sangat mengundang itu, aku meloncat dari dudukku dan menubruk tubuh sintal telanjang yang cuma ditutupi celana dalam tipis itu. Tanganku memeluk erat pinggangnya dan Bi Laha menyambut dengan pelukan yang tak kalah erat di leherku. Dadaku terasa sesak digencet oleh kedua buah dadanya yang montok. Lalu sambil berdiri, kami saling memagut, menggigit, dan menjilat dengan buas. Jemari lentik perempuan itu membelai-belai rambut belakangku dan meremas punggungku. Tanganku bergerak ke bawah menelusuri punggungnya yang putih bak pualam itu sebelum menyelinap masuk ke dalam celana dalam nilonnya. Lalu dengan penuh nafsu kuremas dengan keras kedua buah pantatnya. "Emmhh.." Bi Laha mengerang keras sambil terus menyedot lidahku. Selama beberapa saat pantat bulat Bi Laha habis kuremas-remas membuat perempuan itu menggeliat-geliat keras sehingga buah dadanya menggesek-gesek dan menggencet dadaku.

("Oohh gila remasannya.. belum pernah suamiku menggunakan pantatku sebagai obyek seks-nya.. tapi pemuda ini.. aku betul-betul dibuat gila.. ingin rasanya aku berteriak-teriak liar dan menggeliat-geliat histeris untuk menyemburkan bara gelora yang sudah sedemikian lama terpendam. Dan, tanpa sadar aku sudah melakukannya. Aku mulai menggelat-geliat liar! Ooohh nikmatnya menggesek-gesekkan putingku ke dadanya yang bidang. Nikmatnya menggesek-gesekkan selangkanganku ke bongkahan daging di selangkangannya. Tunggu! Bongkahan itu! Bongkahan itulah yang saat ini amat sangat kurindukan.
Laha melepaskan pelukannya dari leher Rafi, lalu menempelkannya di dada bidang pemuda itu.
Uuuhh.. Rafi sayang, dadamu begitu kokohnya.. tak heran aku merasa begitu nyaman menyandarkan kepalaku disana. Ayo sayang, sekarang menggeliatlah.. biar kumainkan putingmu dengan jemariku. Yah, mengeranglah.. kamu keenakan kan? Auw!! Jangan cubit pantatku!")

"Nakal!" Bi Laha balas mencubit putingku. Aku meringis. "Habis saya nggak tahan waktu bibi memainkan puting saya.. gelii..""Hmm" Bi Laha tersenyum nakal sambil menurunkan kedua tangannya ke arah perutku. "Geli mana dengan ini Fi?" Dengan cepat perempuan itu memasukkan tangannya ke celana dalamku dan, "Oaahh", dalam sekejap penisku sudah berada dalam genggamannya.

("Pantas saja benda ini nyaris mengoyak vaginaku. Gila, diameternya! Kurasakan jempolku sampai tak bisa bertemu dengan jemariku yang lain! Dan kekenyalannya.. oohh.. sangat menggemaskan. Sangat menggoda untuk.. untuk.. dikulum! Oh, haruskah aku menunggu sampai lelaki ini meminta?")

Next :
Istri-Istri Pamanku 1
Istri-Istri Pamanku 2
Istri-Istri Pamanku 3
Istri-Istri Pamanku 4
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Masih Belum Sempurna 2

Masih Belum Sempurna 2
Masih Belum Sempurna 2 - Pengalaman mimpiku yang kedua kalinya tidak kuceritakan kepada suamiku karena aku merasa malu mempunyai imajinasi seksual semacam itu. Akan tetapi selanjutnya mimpiku itu semakin sering muncul terutama apabila suamiku tidak berada di tempat dan aku tidur sendirian. Bahkan dalam pengalaman mimpiku belakangan ini aku merasa hal itu bukan lagi suatu mimpi, karena aku yakin dan sadar pada waktu itu aku belum tertidur mengingat waktu baru saja menunjukkan pukul sepuluh malam.

Aku sedang bergolek di tempat tidur dan telah memakai baju tidurku tanpa BH. Dalam keadaan seperti itu, entah bagaimana mulanya tiba-tiba saja aku merasakan adanya suatu rangsangan birahi yang hebat dalam diriku kemudian disusul pada bagian liang kewanitaanku kurasakan berdenyut sedemikian rupa seperti ada sesuatu yang menerobos ke dalamnya. Rasanya persis sekali seperti rasa alat kejantanan seorang laki-laki ketika memasuki liang senggamaku.

Selanjutnya aku pun merasakan ada sesuatu yang bergerak dalam liang kenikmatanku membuat suatu gerakan mundur maju yang teratur sebagaimana lazim yang dilakukan oleh orang yang sedang bersanggama. Anehnya apabila sudah demikian, aku menjadi tidak sadarkan diri dan tenggelam dalam suatu keadaan histeris yang luar biasa. Kemudian di luar kesadaranku itu aku terus mengikuti gerakan tersebut sambil menggoyang-goyangkan pinggulku sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang hebat dan hal itu dapat terjadi sampai berkali-kali. Anehnya pula ketika aku terbangun di pagi hari, kudapati juga diriku tertidur tidak tanpa BH saja namun juga aku tidak mengenakan celana dalam.

Setelah mengalami beberapa kali kejadian tersebut, aku bertambah heran bercampur dengan rasa khawatir. Oleh karena itu apabila suamiku tidak berada di tempat aku meminta salah seorang pembantuku untuk menemaniku tidur. Dia tidur di lantai dengan menggelar kasur sedangkan aku di tempatku seperti biasa. Pada mulanya keadaannya biasa-biasa saja, tidak pernah terjadi hal-hal yang aneh maupun lainnya, akan tetapi setelah beberapa malam pembantuku tidur bersamaku, pada suatu pagi pembantuku yang kebetulan telah berumur bercerita.

"Neng, semalam Bibi takut sekali", katanya.
"Kenapa Bi?" kataku mulai curiga.
"Begini Neng, semalam itu Bibi rasanya tidak dapat tidur. Dada Bibi sesak sekali dan tidak bisa bernafas. Ketika Bibi bangun rupanya ada bayangan yang sedang menindih tubuh Bibi. Bayangan itu besar sekali dan rasanya dia ngomong kepada Bibi agar tidak tidur di situ lagi karena mengganggu hubungan suami istri. Terus Bibi tanya.. mengganggu suami-istri siapa, kan saya bukan istri di situ! Dia tidak menjawab Neng, tapi dada Bibi terus didudukinya sehingga rasanya tidak dapat bernafas. Mulanya Bibi kira Bibi mimpi, tapi kok rasanya tidak karena Bibi betul-betul tidak dapat bernafas, terus Bibi baca-baca ayat seadanya sampai bayangan itu pergi."
"Ih ngeri sekali Bi", kataku menutup-nutupi ketakutannya.
"Begini Neng, Bibi kira sebaiknya Neng tanya orang pinter saja, siapa tau ada yang mau mengganggu. Maklumlah Bapak kan orang penting di sini", kata pembantuku selanjutnya.
"Saya pikir betul juga Bi, akan tetapi saya tidak tahu siapa yang bisa begitu", kataku.
"Nanti Bibi coba tanya guru spiritual Bibi, siapa tahu dia bisa", kata pembantuku yang memang telah agak berumur dan orang asli daerah itu.

Setelah beberapa waktu pembantuku membawa ibu guru spiritualnya yang kebetulan juga penduduk asli daerah itu. Setelah dia merenung dan mulutnya komat-kamit, dia berkata bahwa gangguan itu datang dari bangsa jin. Akan tetapi dia tidak tahu jin dari mana karena dia tidak kuat untuk berkomunikasi dengan jin tersebut. Dia menyarankan agar aku meminta tolong kepada seorang ahli kebatinan yang agak kuat. Dia kenal seorang ahli kebatinan yang biasa menolong orang sakit yang terkena gangguan mahluk halus, terutama para ibu rumah tangga yang mempunyai masalah dengan suaminya.

Demikianlah pada suatu sore ahli kebatinan yang bernama Pak Zein, datang ke rumahku. Kebetulan pada saat itu suamiku sedang tidak berada di tempat karena dinas ke Jakarta. Ketika aku menemui Pak Zein tersebut, aku agak kecele. Karena pada mulanya aku bayangkan akan bertemu dengan seorang tua yang keriput, berambut penuh uban dan mungkin berjenggot putih serta memakai sorban di kepalanya sebagaimana ahli-ahli kebatinan yang pernah kulihat di layar putih. Akan tetapi rupanya bayanganku amat berbeda sekali. Pak Zein orangnya masih muda berumur kira-kira tiga puluh tahun dan berpenampilan seperti pemuda masa kini.

Pada saat itu dia memakai celana jeans dengan kemeja kotak-kotak sehingga penampilannya jauh sekali dari penampilan seorang ahli kebatinan. Melihat penampilannya itu aku menjadi agak ragu-ragu walaupun dari wajahnya tercermin bahwa dia itu seorang yang terpelajar dan cerdas. Untuk tidak membuatnya tersinggung kuajak bicara juga dan berbasa-basi menceritakan soal bayangan yang dilihat oleh pembantuku. Aku tidak menceritakan masalah mimpiku itu sama sekali. Hal itu juga aku lakukan baik kepada pembantuku maupun kepada ibu guru spiritual pada waktu dia membantuku dahulu.

Setelah selesai kuceritakan pengalaman pembantuku, Pak Zein terpekur sejenak kemudian dia mulai berkata kepadaku.
"Bu, setelah saya kontrol secara batin akhirnya saya dapat juga berkomunikasi dengan bayangan itu. Bayangan itu sebenarnya memang sebangsa makhluk jin. Jin itu dahulu merupakan peliharaan seseorang akan tetapi sekarang sudah dilepas karena mempunyai kelakuan yang tidak senonoh sehingga kini dia berkeliaran tanpa tuan", katanya.
"Jadi maksud Bapak bayangan itu memang benar-benar ada?" tanyaku agak ketir-ketir.
"Betul Bu, jin tersebut berada di sekitar sini dan sering melewati rumah Ibu setiap hari Rabu malam Kamis", balasnya menerangkan.

Aku agak merenung sejenak. Aku ingat-ingat setiap kejadian mimpiku itu memang selalu bertepatan pada setiap hari Rabu malam Kamis. Kini aku mulai agak yakin akan kemampuan Pak Zein. Oleh karena itu dengan agak antusias aku mulai gencar bertanya.
"Persisnya dia ada di mana Pak?" aku bertanya.
"Dia sekarang tidak mempunyai tempat, karena diusir oleh tuannya yang dahulu memeliharanya."
"Oo ya.. jadi jin juga bisa dipelihara..? Barangkali enak juga ya Pak! Mungkin bisa disuruh-suruh.. cuci piring atau apa saja", kataku menyeletuk.
"Maaf Bu.. maaf, jin ini agak nakal, dia diusir berhubung suka berbuat hal yang tidak senonoh dengan istri tuannya dan sifat itu rupanya sudah merupakan pembawaan jin itu sejak kecil."
"Perbuatan tidak senonoh yang bagaimana?" tanyaku.
"Maaf Bu.. kalau saya berkata terus terang. Jin itu suka menzinahi istri tuannya."

Mendengar keterangan Pak Zein tersebut kini aku menjadi agak terkejut. Jadi selama ini aku telah dizinahi oleh jin sampai berkali-kali.
"Jadi hal yang dialami si Bibi itu sebenarnya bukan pokok masalahnya", katanya selanjutnya, "Ketika saya tanya lagi masalah yang sebenarnya itu apa, jin itu menjawab bahwa dia merasa terganggu dengan adanya si Bibi di situ karena dia tidak bisa melepaskan hasratnya. Ketika saya tanya lebih jauh lagi hasrat apa dan kepada siapa, dia menjawab sebenarnya selama ini.. dan sekali lagi.. maaf ya Bu.. katanya sebenarnya selama itu dia telah sering melakukan hubungan suami-istri dengan Ibu sendiri."

Aku benar-benar terkejut ketika mendengar pendapatnya. Aku kini menjadi lebih yakin bahwa Pak Zein itu memang seorang ahli kebatinan yang pandai dan dia dapat melihat hal yang tidak diketahuinya sebelumnya secara benar. Karena masalah mimpiku itu tidak pernah kuceritakan kepada siapa-siapa, kecuali kepada suamiku dan itu juga hanya sekali pada saat permulaan aku merasa bermimpi.

"Secara terus terang memang sebetulnya saya sudah beberapa kali bermimpi melakukan hubungan suami-istri dengan seseorang.. tapi hal yang saya alami itu saya kira bukan apa-apa melainkan hanya sebuah mimpi saja. Saya tidak tahu bahwa hal itu ada hubungannya dengan jin. Jadi kalau memang betul begitu, bagaimana bisa terjadi dan mengapa jin itu memilih saya", kataku.
"Begini Bu, hal itu dapat terjadi karena jin adalah juga mahluk yang hidup bersama-sama dengan kita menghuni planet bumi ini. Bahkan kehadiran jin jauh lebih dulu daripada manusia, tetapi dia hidup di alam dua dimensi, tidak seperti kita manusia yang hidup dalam alam tiga dimensi. Oleh karena itu sifat zatnya dapat berubah bentuknya sebagai apa saja sesuai dengan ruang dan waktu. Jin itu juga mempunyai komunitas sosial, berkeluarga dan bermasyarakat. Dia juga mempunyai ukuran batas umur, hanya bedanya dengan manusia usia jin sangat panjang sekali. Apabila jin yang dikatakan sudah dewasa dia kira-kira berumur tiga ratusan tahun. Sebagai mahluk, jin juga terkena hukum dan kewajiban sebagaimana manusia, karena mereka memiliki akal, nafsu dan kehendak yang bebas. Jadi jin juga mempunyai sifat-sifat maupun selera seperti manusia demikian juga selera birahinya."

"Maksud Bapak..?" kataku agak heran.
"Seperti yang saya katakan pada permulaan tadi, jin itu dari kecil memang sudah mempunyai sifat yang jelek. Dia suka sekali kepada perempuan. Akan tetapi dia tidak bisa melakukan hal itu semaunya terhadap kaumnya sendiri, karena di situ dia akan mendapat sanksi dari pimpinan komunitasnya. Kebetulan dia dipelihara oleh manusia sejak kecil, maka menjelang dewasa dia tidak dapat menahan diri lagi dan mulai keluar sifat jeleknya. Mula-mula dia berzinah dengan istri tuannya dan hal itu menjadikan dia ketagihan sehingga dia terus mencari wanita-wanita yang bersuami yang dapat diajak berzinah."
"Tapi seperti saya tanya tadi.. mengapa hal itu terjadi pada diri saya?" kataku selanjutnya.
"Pertama-tama mungkin penampilan Ibu sesuai dengan seleranya. Seperti yang saya katakan tadi, jin itu juga mempunyai selera birahi seperti manusia. Dia suka juga kepada wanita yang cantik dan berpenampilan seksi."

Mendengar kata-kata Pak Zein itu aku menjadi agak tersipu-sipu. Kukira kata-katanya itu benar sekali karena boleh dikatakan parasku memang cantik dan bentuk tubuhku juga agak seksi. Buah dadaku masih terlihat segar dan kecang dengan ukuran yang agak besar sehingga sering membuat laki-laki berselera untuk menjamahnya.
"Akan tetapi hasrat jin kepada wanita yang tergolong mahluk manusia, tidak akan begitu saja kesampaian secara gampang", kata Pak Zein selanjutnya, "Karena jin itu juga terikat dengan kaidah-kaidah hukum alam, dimana dia tidak dapat melakukan sesuatu sekehendaknya saja. Oleh karena itu ada kondisi-kondisi yang harus dipenuhinya sehingga dia dapat mencapai hasratnya. Salah satunya adalah biasanya wanita yang dizinahi oleh jin tersebut adalah wanita yang emosinya agak labil sehingga dia tidak mempunyai kekuatan batin. Kondisi lainnya adalah.. dan ini biasanya yang paling dominan.. jin tertarik kepada para wanita yang telah melanggar kesuciannya, karena bagi wanita itu sudah tidak ada pagar lagi yang membatasi dirinya sehingga dengan mudah jin itu masuk ke dalam pikiran dan jasmaninya."

Aku agak terhenyak ketika mendengar penjelasan Pak Zein itu. Tiba-tiba saja dalam diriku berkecamuk berbagai perasaan, yaitu antara perasaan malu, takut dan penyesalan.
"Sekali lagi maaf Bu.." katanya selanjutnya, "Kalau tidak salah penglihatan saya, barangkali Ibu dahulu pernah berhubungan dengan laki-laki lain selain suami Ibu? Kalau boleh.. hal ini yang pertama sekali saya harus tahu?" dia bertanya.
"Eh.. eh.. memangnya kenapa Pak?" kataku agak gugup ketika mendengar permintaan tersebut. Aku heran mengapa dia tahu akan penyelewenganku dan hal itu bukan terjadi di sini melainkan nun jauh di sana di kota Jakarta. Sangat sukar sekali aku menjawab pertanyaannya itu karena hal itu berarti suamiku akan mengetahui penyelewenganku dahulu.

"Hal ini penting saya pastikan untuk pengobatan Ibu nanti. Karena apabila memang hal itu pernah terjadi maka dapat dipastikan masih ada sisa-sisa air mani laki-laki lain yang tertanam dalam tubuh Ibu dan itu telah menjadi satu dengan darah daging Ibu. Sisa-sisa air mani dari laki-laki lain yang bukan suami Ibu itulah yang mengundang jin sehingga dia berhasrat untuk menzinahi Ibu karena sisa-sisa air mani itu memudahkan dia untuk melangsungkan hasratnya. Seperti juga istri dari orang yang memelihara jin itu. Dia pernah menyeleweng dengan lelaki lain sehingga jin itu berhasrat minta bagian. Karena dengan adanya sisa-sisa air mani lelaki lain di tubuhnya jin itu sudah mendapatkan kondisi untuk dengan mudah melakukan hajatnya sebagai suami-istri kepada wanita itu."

"Ya Pak.." jawabku dengan suara yang tersendat, "Memang saya pernah khilaf dahulu, saya pernah tidur dengan laki-laki lain, tapi tolong Pak.. suami saya sampai kini tidak tahu."
"Baik Bu, saya akan memegang amanat ini, karena sudah menjadi sumpah saya waktu menerima ilmu ini dari guru saya bahwa saya tidak boleh menceritakan apa-apa kepada siapa pun mengenai masalah orang yang saya obati. Selanjutnya hal yang kedua yang saya perlu tahu, apakah waktu jin tersebut menzinahi ibu dia telah mengeluarkan air mani?"
"Saya rasa tidak pernah Pak..?" jawabku.
"Bagus kalau begitu, karena hal itu memang jarang sekali terjadi. Itulah bedanya antara jin dengan manusia. Apabila manusia begitu bersenggama dia akan mengeluarkan air mani, akan tetapi jin tidak. Karena umur jin relatif lebih panjang dari manusia maka hanya pada waktu-waktu tertentu saja dia bisa mengeluarkan air mani. Apabila dia mengeluarkan air mani hari ini misalnya, maka biasanya tahun depan dia baru bisa mengeluarkan lagi. Apabila jin itu mengeluarkan air mani di rahim manusia dan membenihkan janin maka orang itu akan mengalami penderitaan yang hebat, karena rahim manusia sesungguhnya bukan untuk anak jin, jadi rahim manusia secara normal tidak akan tahan mengandung anak jin. Apabila tidak ditolong oleh jin itu sendiri atau dengan kata lain apabila jin itu tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan yang dibuatnya, maka wanita yang mengandung anak jin tersebut akan menderita bahkan bisa-bisa dapat meninggal dunia. Dalam ilmu kedokteran kasus ini biasanya diduga sebagai penyakit kanker rahim atau sejenis dengan itu, akan tetapi menurut saya sebenarnya bukan disebabkan oleh hal itu melainkan dikarenakan wanita itu tidak tahan mengandung anak jin sehingga rahimnya pecah."

Aku semakin terkejut ketika mendengar kata-kata Pak Zein itu. Pikiranku segera bekerja keras mengingat-ingat keseluruhan kejadian yang kualami dalam mimpiku itu. Aku mengingat-ingat apakah selama itu jin tersebut pernah mengeluarkan air mani di rahimku. Tetapi aku merasa yakin bahwa selama aku dizinahi jin itu aku tidak pernah merasakan adanya air mani yang masuk ke dalam rahimku. Hal ini benar-benar dapat kuyakini. Karena walaupun hubungan itu kurasakan seperti mimpi, akan tetapi selama itu aku tetap dapat merasakan secara nyata adanya rabaan-rabaan di bagian tubuhku yang menimbulkan gairah birahiku serta aku juga dapat merasakan bagaimana alat kejantanan jin tersebut memasuki liang kewanitaanku. Demikian juga aku dapat merasakan betapa hangat dan istimewanya ukuran alat kejantanannya ketika memasuki tubuhku sehingga aku benar-benar terhanyut dalam gairah birahi yang hebat sampai aku mengalami orgasme berkali-kali.

"Hal yang ketiga yang perlu saya ketahui lagi.." katanya selanjutnya, "..adalah nama laki-laki yang pernah tidur dengan Ibu selain suami ibu sendiri. Ini sekali lagi maaf Bu.. bukan saya ingin mengada-ada, tapi memang perlu untuk pengobatan."
Aku terdiam saja ketika mendengar permintaan ini. Hatiku ragu untuk menyebutkan nama karena aku khawatir dia akan kenal.
"Jangan takut Bu, percayalah saya tidak akan mencampuri urusan rumah tangga Ibu, sekali lagi saya katakan bahwa saya tidak boleh mengatakannya kepada siapa-siapa apalagi kepada suami Ibu mengenai hal dari orang yang saya tolong, karena apabila saya lakukan itu, maka ilmu saya akan luntur dan saya akan mendapatkan balasan sesuai sumpah saya pada saat saya menerima ilmu ini dari guru saya", katanya seolah-olah membaca pikiranku.

Dengan suara yang agak perlahan aku menyebutkan nama temanku yang dahulu pernah mengajakku tidur bersama dan melakukan hubungan suami-istri.
"Begini Bu, saya harus menyiapkan bahan-bahannya dahulu dan baru kira-kira tiga hari lagi saya akan kemari. Ibu mesti saya sucikan dengan berlimau. Kemudian saya akan menaruh penangkal di badan ibu agar jin tersebut tidak lagi mendatangi Ibu", katanya selanjutnya.
"Maksud Bapak saya harus berlimau, jadi saya harus mandi?" aku bertanya dengan agak ragu-ragu.
"Betul Bu, tapi tentu saja tidak telanjang bulat, Ibu nanti bisa pakai kain putih yang sudah saya persiapkan sebagai petilasan. Hanya saja yang penting seluruh badan Ibu harus tersiram air limau tersebut. Selanjutnya untuk memasang penangkal di badan ibu, saya mohon maaf dan keihlasan Ibu, karena saya harus masukkan sesuatu melalui aurat ibu, karena di situlah pangkal soalnya. Di samping itu saya harus mengambil sisa-sisa air mani dari lelaki itu yang kini sudah menyatu dengan darah daging Ibu", katanya.

Aku tidak dapat berkomentar apa-apa lagi sehingga aku hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan olehnya. Karena aku sungguh merasa sangat takut sekali akan akibat bersenggama dengan jin itu walaupun pada mulanya hal itu aku mau biarkan saja karena aku merasa telah mendapatkan suatu kenikmatan seksual yang sangat hebat sekali.
"Ada satu hal lagi Pak..", kataku, "Apakah tidak bisa dilakukan segera, jadi tidak menunggu sampai tiga hari", kataku selanjutnya, karena aku khawatir suamiku dua hari lagi akan pulang dan aku tidak mau dia mengetahui masalahku, apalagi dengan cara dimandikan segala.
"Tidak bisa Bu, karena itu termasuk hitungan hari untuk berpuasa", jawabnya.

Next :
Masih Belum Sempurna 3
Masih Belum Sempurna 2
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Istri-istri Pamanku 3

Istri-istri Pamanku 3
Istri-istri Pamanku 3 - Sambil masih memilin puting kirinya dan menciumi lehernya, aku membuka ritsluiting celanaku, menurunkan sedikit celana dalamku, lalu kukeluarkan penis raksasaku. Tangan kananku menjulur kebawah lalu dengan sekali tarik kuangkat ujung baju kebayanya ke atas sehingga punggung mulus berhias tali beha hitam milik isteri Mang Iyus itu kini terpampang di hadapanku. Kuletakkan penisku yang sudah sangat tegang itu di atas kulit mulus punggung Bi Laha.
Lagi-lagi Bi Laha membuka matanya dengan pandangan kebingungan, antara keinginan melihat penisku bercampur dengan ketakutan akan melakukan persetubuhan dengan lelaki bukan suaminya. Ia hanya bisa mengerang dan menggelinjang sambil menoleh menatapku ketika dirasanya daging keras penisku mulai menggesek-gesek kulit halus punggungnya, dirasanya punggungnya mulai ditetesi oleh cairan bening yang keluar dari lubang penisku. Bi Laha benar-benar terlihat berada di simpang jalan. Ia begitu bergairah dengan sensasi yang belum pernah dialaminya selama hidup, namun ia begitu ketakutan melihat keponakannya dengan penuh nafsu tengah meremas-remas susunya, memilin putingnya, menggesekkan penis di punggungnya, dan.. perempuan itu dengan mudah menebak bahwa perbuatan ini akan berakhir dengan persetubuhan!

Jam dinding berdentang keras menandakan pukul 8 malam. Waktu dimana Mang Iyus biasa pulang. Seakan tersadar dari mimpinya, Bi Laha meronta dan menahan kedua tanganku yang masih sibuk meremas buah dada dan putingnya, "Fi.. tolong.. stoop.. inget Fi.. kamu keponakan bibi.." Sambil berkata, perempuan itu menjauhkan kedua tanganku dari buah dadanya. Tak kehilangan akal, begitu terlepas dari puting, tangan kananku langsung menyambar selangkangannya dan meraba gundukan daging di balik kain jarik yang sudah tak karuan bentuknya itu. Dengan cepat tanganku mengocok vagina Bi Laha dari luar. Bi Laha sempat terbelalak melihat reaksiku, ia sama sekali tak menduga gerakanku dan matanya tampak terkejap-kejap menikmati kocokan jemariku di celana dalam nilon yang menutupi daerah klitorisnya.

("aahh, tangan keponakanku ini benar-benar luar biasa. Kocokannya benar-benar membuat seluruh lorong vaginaku terasa geli. Dindingnya yang terasa amat basah itu mulai berdenyut. Ingin rasanya aku membuka celana dalamku dan membiarkan jemari kasarnya mempermainkan daging kemaluanku. Sial, haruskah aku menghentikan kenikmatan ini? Tapi, betapa kejamnya orang menghujat seorang isteri tak setia!")

Sempat ia merenggangkan paha beberapa saat seakan menyilakan tanganku mengeksplorasi vaginanya lebih jauh, namun dengan kekuatan entah dari mana, ia berteriak "Fii.. lepaskaann Bibi.." lalu meronta, dan mendorongku kebelakang hingga nyaris terjengkang. Perempuan itu meloncat dari duduknya dan lari menjauh. Rambutnya acak-acakan, buah dadanya bergelayutan keluar dari beha nya, kain jariknya nyaris lepas dari stagennya. Sial! Padahal dia hampir menyerah! "Fi.. cukup Fi.. kita nggak boleh berbuat lebih jauh dari ini, bibi yakin kalau kita teruskan ini akan berakhir di atas ranjang." katanya dengan nafas memburu sambil membelakangiku dan memasukkan kembali kedua buah dadanya ke dalam beha. "Nggak akan berakhir di ranjang bi.. kan saya sudah bilang dari awal.. bibi nggak akan saya apa-apain, masa bibi nggak percaya omongan saya?" Ia merapikan baju kebaya dan rambutnya "Bukan itu Fi, bibi ngga percaya pada bibi sendiri."

(Mendadak Laha sendiri ragu. Apakah ia harus bangga atau menyesal akan keputusannya ini)

Lalu ia berbalik ke arahku dan perempuan itu terbelalak, ia tampak terkejut dan tanpa sadar menjerit kecil, "Ya ampuunn Rafi.. besarnya.." Mata Bi Laha terpaku pada penisku yang masih mengacung tegang keluar dari celana dalamku. Urat-urat tegang tampak sekali menonjol di sekeliling batang berdiameter 3-4 cm itu. Kepala penisku menunjuk langsung ke wajah perempuan berusia paruh tiga puluh itu. Keraguan kembali tergambar di air mukanya. Dari situ aku yakin, bahwa birahi isteri pamanku itu masih tersisa terlalu banyak untuk dilewatkan begitu saja. Nafsuku benar-benar sudah naik ke kepala, aku sudah tak peduli, kubungkam suara hatiku, kubuang janji-janji bull shitku pada Bi Laha dan dengan cepat kuhampiri tubuh montoknya lalu kupeluk dengan erat. "Rafii mau apa kamuff.. mphh.." Teriakannya terpotong oleh lumatan bibirku di atas bibirnya yang ranum itu. Itulah kali pertama aku mencium bibiku.

("Hah, ia menciumku, ia menciumku! Rafi, kamu adalah laki-laki kedua dalam hidup yang pernah mencium bibir bibi. Oh, nikmat betul merasakan lidahmu menyapu seluruh rongga mulut bibi. Nikmat betul merasakan bibirku disedot dan digigit. Uh, apakah kamu juga akan menjadi lelaki kedua yang akan.. yang akan.. menyetubuhiku? Dan gelagat itu sudah tampak. Coba lihat, tanganku tak bisa bergerak. Tubuhku didekapnya erat. Jangan-jangan, jangan-jangan.. pemuda ini sungguh-sungguh berniat memperkosaku. Hah, bagaimana kalau orang lain tahu?" Bagi perempuan ini, kata 'perkosa' kini menimbulkan gairah sekaligus kekhawatiran.)

Pelukanku sedemikian eratnya sehingga terasa buah dadanya yang menggencet dadaku seakan hendak pecah. Ia melepaskan bibirnya dari lumatanku dan memalingkan muka mencoba untuk melawan. "Rafi.. jangan.. saya istri pamanmu.. ohh.. nanti bibi teriak!" Tak kuhiraukan kata-katanya. Di kupingku terngiang bisikan-bisikan yang terasa semakin keras: Dia mau.. Dia mau.. Paksa dia.. Perkosa dia..! Maka dengan bertubi-tubi kuciumi lehernya sehingga walaupun ia meronta dan memukul-mukul punggungku, terasa sesekali badannya menggelinjang karena geli. Bunyi kecupan bercampur erangan birahiku dan desahan yang memohon aku melepaskannya menggema di udara dingin rumah besar di Kabupaten Garut itu. Ia memejamkan matanya tak berani menatapku yang kini mulai menjilati telinga dan lehernya, "TOLOONG.. TOLooNG!!" Tiba-tiba perempuan itu menjerit.

("Aku takut! aku benar-benar takut! Saat ini aku memang dahaga lelaki. Dan itu bukan berarti aku mau diperkosa oleh keponakanku sendiri. Apalagi katanya, seorang pemerkosa cenderung selalu berbuat kasar. Oh tiba-tiba aku merasa begitu ngeri melihat pemuda itu menciumi leher dan kupingku dengan ganas. Tapi, haruskah berteriak?")

Aku terkejut mendengar teriakan Bi Laha. Ini bahaya..! Bisa bubar semua rencana! Lalu kudorong dengan paksa dan kurebahkan tubuh sintal yang meronta-ronta itu ke atas meja. Kedua tanganku dengan kuat menahan pergelangan tangannya yang kini membentang ke atas. Bi Laha semakin meronta. Kepalanya di palingkan dengan keras ke kiri ke kanan untuk menghindari bibirnya dari lumatanku. Pinggulnya yang terbaring di pinggir meja disentak-sentak untuk menjauhkan penisku dari selangkangannya. Well, tak ada pilihan lain, sorry Bi Laha. Lalu dengan kasar kutindih tubuh montok itu sehingga rontaanya tertahan, pinggulku mengunci gerak selangkangannya, penisku kini tergencet oleh perutku dan selangkangannya.

("Betul dugaanku. Lelaki ini tiba-tiba jadi kasar! Aduh, aku jadi betul-betul ngeri! Aku takut ia menamparku, aku takut ia melukaiku. Aku juga takut, ia akan mengoyak-ngoyak vaginaku. Ya Tuhan, malang nian nasibku. Aku takut darah!")

Lalu tanpa sengaja penisku itu tergencet oleh sebuah gundukan daging hangat yang terasa ditutupi oleh bulu-bulu lebat. Berani taruhan bulunya pasti lebat sekali, soalnya dari luar kain kebayanya saja sudah terasa kelebatannya, mengingat itu darahku terasa berdesir.

("Tunggu Laha, ketakutanmu terlalu berlebihan. Pemuda ini cuma kasar ketika menindihmu. Itu pun karena kau berteriak!" Logika Laha mulai bicara. Tiba-tiba perempuan itu menyadari betapa sesungguhnya kekasaran pemuda itu tak lebih dari reaksi akibat terakannya tadi. Lalu kengerian itu sirna. Lalu ada kehangatan di selangkangannya. "Ouuh Rafi, sungguh hangat dan keras penismu itu. Ayo, gesekkan, gesekkan penismu di atas vagina bibi.. Tapi.. tapi.. bagaimana kalau suamiku tiba-tiba pulang?")

"Silakan berteriak bi.. ngga ada gunanya.. di rumah ini nggak ada siapa-siapa.. orang di jalanan juga ngga bisa denger.." kataku menantang dengan nafas tak kalah memburu dengan Bi Laha. "Kalaupun ketahuan paling saya diusir.. tapi bibi..? Bibi bisa dicerai oleh Mang Iyus yang sudah punya Nuke, jadi apa untungnya berteriak?" Bibiku tak bisa menjawab namun matanya menyorotkan sinar kemarahan padaku. Entah marah karena kata-kataku atau perbuatanku.

("Jangan pernah kau sebut nama sundal itu di hadapanku!")

"Bi.. saya tau bibi selama ini kesepian, apalagi setelah Mang Iyuspunya Nuke makanya bi.. pikir praktis saja.. kalau Mang Iyus boleh punya perempuan lebih dari satu.. kenapa bibi nggak..?" Aku mulai coba meyakinkan bibiku dengan logika-logika ngawurku. Bi Laha kembali memejamkan mata dan memalingkan muka seraya menggigit bibir. Tampak betul ia tengah berusaha menekan kemarahan di dalam dadanya. Mataku menelusuri tubuh sintal yang tertindih oleh tubuhku. Baru kusadari betapa merangsangnya posisi tubuh Bi Laha itu dilihat dari atas. Kedua tangannya membentang ke atas dan pahanya mengangkang. Ketiaknya yang tampak putih di balik kebaya brokat hijau itu dipenuhi oleh bulu keriting yang lebat. Wangi khas menyebar dari ketiaknya menandakan mental perempuan itu saat ini tengah tertekan. Tapi wangi itu membuat gairahku meningkat lagi. Suka atau tidak, isteri pamanku ini akan kesetubuhi! Aku kembali menciumi leher Bi Laha dengan bertubi-tubi, terus ke dada mengitari puting susu lalu mampir ke ketiaknya yang rupanya merupakan weak point bibiku karena terdengar ia mendesah ketika aku mulai mengecupnya, tanganku melepaskan pergelangan tangan Bi Laha dan, brett..! Dengan kasar kurobek kebaya di bagian dada sehingga buah dada besar yang masih tertutup BH hitam itu terbuka menantang wajahku. Tangan Bi Laha berusaha menutupi dadanya yang kini bebas dilihat oleh mataku. "hh.. Fii.. bibi malu.." bisiknya lirih.

("Ya Tuhan, ia akan melakukannya.. ia akan melakukannya! Ia akan memperkosaku! Ooohh.. semoga tak ada kekasaran lagi.")

Aku kembali meraih tangan Bi Laha dan menahannya dalam posisi membentang ke atas. Posisi itu membuat bagian depan kebaya brokatnya terbuka ke samping sehingga perutnya yang kencang dan mulus itu terlihat dengan jelas. Buah dadanya terangkat keatas tertarik behanya yang cuma mampu menutupi 3/4 bagian buah dada bibiku itu. Bagian bawah bukit kembarnya menonjol keluar dari bagian bawah beha hitam berukuran 34 itu. "Susu bibi seksi sekali.. Mang Iyus benar-benar lelaki beruntung.. " Dan aku pun mulai menciumi daging empuk di bagian atas buah dadanya, lalu aku gigit behanya dan kuangkat kedua cup-nya sehingga kedua buah dada itu melejit keluar. Wuiihh.. benar-benar buah dada yang indah, begitu putih dan mulus, urat-urat birunya tergurat halus di sekitar putingnya yang berwarna coklat kemerahan. Aku mulai mengecup dan menjilati buah dada kenyal itu dengan rakus, kecupan dan jilatanku itu mulai menyusuri daerah sekeliling putingnya. Gerakan melingkar itu semakin kecil dan semakin kecil, "Ehh.. Euhh.. ss.." Ditengah rontaannya yang mulai melemah, terdengar Bi Laha merintih dan mendesis keenakan sambil terus membuat gerak melingkar lidahku sesekali menyentil putingnya membuat rintihannya semakin keras diselingi dengan nada kesal karena merasa dipermainkan.. hehe.. rupanya perempuan ini ingin cepat-cepat diisap, if that what you want that is what you get. Satu, dua.. dan.. tiga! Lalu kumasukkan puting dan 1/2 buah dada istri pamanku itu ke dalam mulutku. "Aohh.. ss.." Gerakan tubuh Bi Laha mulai liar. Lalu dengan rakus kusedot dan jilat putingnya bergantian kiri dan kanan. Sambil merintih Bi Laha menjilati bibirnya sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Rambutnya sudah awut-awutan dan setengah basah terkena tumpahan air minum di meja. Denyutan di penisku terasa makin keras, akupun tak mau berlama-lama. Sambil terus menyedot buah dada dan putingnya, tangan kiriku melepaskan tangan Bi Laha dan dengan cepat menyingkap kain kebaya Bi Laha sampai sebatas perut sehingga terlihatlah pahanya yang putih mulus itu mengangkang di depan penisku. Dari luar celana dalam nya yang berwarna krem, terbayang segumpal bulu keriting lebat yang menutupi vagina. Sebagian daripadanya nampak keluar dari celana dalam yang basah di daerah selangkangan itu. Duh Bi Laha.. aku benar-benar tak sabar untuk segera mencium, menjilat, dan memasukkan penisku ke vaginamu yang seksi. Lalu tangan kiriku dengan cepat meraba pahanya dari lutut sampai selangkangan. Begitu sampai, jari tengahku langsung kutempelkan di belahan vaginanya, dengan seketika jariku merasakan kehangatan pada celana dalam yang sudah basah dan lengket itu. Pelan-pelan kutekan jari tengahku sehingga kain celana dalamnya ikut melesak masuk ke liang vaginanya. Otot Bi Laha menegang, pinggulnya terangkat sedikit membuat jariku dan kain celana dalamnya semakin terbenam, "Fii.. eehh.." Dengan mata terbelalak ia merintih. Kepanikan mulai terbayang di wajahnya.

("Oooh Rafi, terus terang aku takut. Aku yakin perbuatan kita ini akan berakhir dengan persetubuhan. Dan aku takut kalau suamiku benar-benar pulang! Dan menceraikanku dengan tuduhan bersetubuh dengan keponakannya! Tapi bukankah aku diperkosa?" Laha tersentak. Ternyata ia mulai mencari justifikasi.)

Tangan kanannya yang bebas memegang dadaku seakan siap untuk mendorong.. Oh NO YOU DON'T.. tak akan kubiarkan terulang lagi, kuhentikan semua aktivitasku lalu SReeT..! Dengan cepat kedua tanganku menarik celana dalam isteri kesepian itu ke bawah sehingga lolos melalui kedua pergelangan kakinya. "Ahh.. FII JANGaaNN.." Bi Laha menjerit dan mencoba bangkit. Tapi.. BRAAK!! Dengan cepat kutindih kembali tubuh montok yang hampir saja terduduk itu sehingga punggungnya yang mulus sedikit terhempas ke meja. Wajah Bi Laha semakin panik ketika kutempelkan kepala penisku ke liang vaginanya.

("Ya Tuhan, ia mulai kasar lagi dan penisnya, penis besarnya akan memasukiku! Sanggupkah aku menampungnya? Sakitkah rasanya? Aduuh, kenapa aku jadi panik begini? Persis seperti seorang gadis yang akan diperawani. Oh.. Rafi, bibi benar-benar mengharapkan kau melakukannya. Bibi benar-benar ingin bersetubuh denganmu. Tapi bibi malu karena kamu keponakanku sendiri. Bibi juga takut Mang Iyus tahu perbuatan kita. Oh Rafii, gelinya bibir vagina bibi.. jangan berlama-lama sayang, persetan dengan pamanmu, masukkan sekarang.").

Next :
Istri-istri Pamanku 4
Istri-istri Pamanku 3
Istri-istri Pamanku 2
Istri-istri Pamanku 1
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Masih Belum Sempurna

Masih Belum Sempurna
Masih Belum Sempurna - Malam itu aku bertengkar lagi dengan suamiku. Persoalannya sepele saja, suamiku merasa tidak diperhatikan. Pasalnya ketika dia pulang dari kantor, sore itu aku tidak menyediakan paganan apa-apa untuk teman minum kopinya. Hal itu mulanya tidak begitu serius. Akan tetapi pada saat akan makan malam, aku juga tidak memasak makanan kesenangannya. Nah, itulah yang menjadi pemicu persoalan. Suamiku jadi agak uring-uringan. Dia merasa telah membanting tulang seharian mencari nafkah untuk keluarganya, akan tetapi untuk kepentingannya istrinya tidak memperhatikan.

Sebenarnya dalam hatiku, aku merasa bersalah. Tetapi perasaan egoku membuatku tidak mau mengakui kesalahan itu. Malahan aku melemparkan kesalahan itu kepada suamiku. Hal ini membuat suamiku menjadi tambah emosi dan akhirnya dia pindah tidur ke kamar lain. Aku juga tidak tahu mengapa akhir-akhir ini aku agak segan melayani suamiku. Bukan dalam masalah perut saja, akan tetapi juga dalam masalah yang terletak agak di bawah perut. Dalam hubungan suami istri belakangan ini aku agak malas untuk melakukan hubungan badan dengan suamiku. Hal ini kurasakan baru belakangan-belakangan ini saja. Kupikir apakah mungkin disebabkan belakangan ini suamiku selalu mengalami ejakulasi dini, sehingga begitu selesai dia terus melingkar membelakangiku dan tidur dengan nyenyak tanpa perduli apa-apa lagi, sedangkan aku masih belum merasakan apa-apa dan harus terbaring dengan mata melotot dalam perasaan yang tidak menentu.

Memang posisi suamiku sebenarnya cukup baik di tempat tugasnya. Suaminya bekerja pada sebuah perusahaan pertambangan dan sebagai orang kedua di perusahaan itu. Tugas suamiku juga tidak terbatas. Sebagai orang yang bertanggung jawab atas jalannya penambangan, maka suamiku praktis bersiaga selama 24 jam. Kadang-kadang apabila ada kesulitan pada malam hari, suamiku harus berangkat menyelesaikannya. Demikian juga karena sifat tugasnya itu suamiku sering berpergian ke luar daerah. Oleh karena itulah sebenarnya dapat dimaklumi apabila suaminya agak uring-uringan malam itu disebabkan dia merasa tidak diperhatikan olehku sebagai istrinya. Ditambah lagi kami tinggal dalam komplek perumahan pertambangan dengan lingkungan yang masih terpencil dan jauh dari keramaian apalagi pusat hiburan.

Rumah yang kami tempati memang sangat besar sekali, karena dibuat pada zaman Belanda. Demikian juga pekarangan rumah itu sangat luas sekali dengan pepohonan yang rimbun dan sangat tua umurnya. Karena di daerah itu sekolah hanya sampai pada tingkat SMP saja, maka tiga orang anak kami semuanya tinggal bersama neneknya di Jakarta, sehingga di rumah itu praktis hanya aku dan suami saja yang tinggal besama 2 orang pembantu. Aku dan suamiku menempati kamar di rumah induk dan para pembantu di belakang. Sedangkan kamar lainnya di rumah induk yang diperuntukkan anak-anakku terpaksa kosong dan terisi hanya apabila anak-anakku datang berlibur. Apabila suamiku tidak ada di rumah maka praktis tinggal aku dan kedua pembantu itu saja yang ada dalam rumah. Apalagi bila malam hari ketika kedua pembantuku sudah tidur semua, maka tinggal aku sendiri yang digelut sepi. Jadi tidak heran juga akhirnya kebosanan jualah yang melanda diriku sehingga terbawa dalam sikapku sehari-hari dalam melayani suami.

Pada saat suamiku pindah kamar sebenarnya aku ingin sekali meminta maaf kepadanya, akan tetapi egoku timbul kembali, sehingga kubiarkan saja suamiku keluar kamar. Kupikir tidak lama lagi suamiku akan berbaikan karena aku hafal benar akan sifatnya. Dia tidak pernah marah sampai berlarut-larut. Sebentar saja akan reda dan menemuiku kembali. Kalau sudah begitu maka suamiku biasanya terus mencumbuku dan kami akan terlibat dalam suatu hubungan suami-istri yang dahsyat. Oleh karena itu pada saat aku akan tidur kubiarkan saja lampu kamarku menyala dan tidak memasang lampu tidur. Selanjutnya aku mempersiapkan diri untuk menerima suamiku dengan mengenakan baju tidur yang tipis dan longgar yang biasa kukenakan apabila akan melakukan hubungan badan dengan suamiku. Selain itu aku juga sengaja tidak mengenakan BH maupun celana dalam sama sekali.

Kira-kira lewat tengah malam antara jam 12:30 ketika baru saja aku terlelap tidur, aku merasakan secara samar-samar ada sesosok bayangan yang masuk ke kamarku dan langsung mematikan lampu kamar tidurku sehingga keadaan menjadi gelap gulita. Dalam keadaan antara sadar dan tiada serta dalam suasana kamar yang telah menjadi gelap gulita aku berpikir suamiku kini sudah reda marahnya dan mengajak berbaikan seperti kebiasaannya dengan melakukan hubungan intim suami istri. Oleh karena itu secara refleks aku pun segera merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar dan memasrahkan tubuhku untuk digauli sebagaimana lazimnya.

Saat kami mulai melakukan hubungan badan, kurasakan alat kejantanan suamiku agak lain dari biasanya. Aku merasa alat kejantanan suamiku agak besar dan keras sekali dari biasanya. Sehingga aku benar-benar terhanyut dalam kenikmatan birahi yang amat hebat malam itu. Selain itu selama kami melakukan hubungan badan, kudapati suamiku juga agak istimewa. Suamiku malam itu sangat perkasa dan hebat sekali sampai aku terpaksa mengalami orgasme berkali-kali. Dan yang terlebih hebat lagi sampai akhir hubungan itu suamiku tidak mengalami orgasme sama sekali. Akibat aku mengalami orgasme berkali-kali membuat tubuhku akhirnya kehilangan tenaga dan langsung tertidur dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang belum pernah kualami.

Aku terbangun keesokan harinya ketika matahari sudah mulai terang. Kudapati suamiku sudah bangun terlebih dahulu dan telah berada di kamar makan. Buru-buru aku keluar kamar untuk menemaninya makan pagi sebelum dia berangkat ke kantor.

"Wah Papah hebat benar semalam.. pakai obat ya?" kataku berbisik kepadanya sambil tersipu-sipu.
Mendengar bisikanku itu suamiku agak tersentak. Kemudian dia berbalik bertanya, "Hebat apa maksud Mamah!?"
"Itu.. tu.. semalam Papah benar-benar hebat sekali deh, sampai Mamah kewalahan dan tidak tahan lagi rasanya.. jadi pakai obat apa sih Pah? Karena selama ini belum pernah Mamah merasakan "itu" Papah sedemikian keras dan besar sekali, lagi pula.. tahan lama, Mamah sampai kewalahan semalam.. tapi jadi benar-benar puas!" kataku dengan tetap tersipu-sipu.

Mendengar ucapanku itu suamiku menjadi lebih terbengong dengan mulut yang agak ternganga dan alisnya pun berkerenyit.
"Ah, Mamah mimpi barangkali.. aku semalam ketiduran di kamar sebelah dan baru terbangun pagi subuh tadi. Memang mulanya aku bermaksud pindah lagi ke kamar kita, tapi entah mengapa tiba-tiba aku merasa sangat mengantuk sekali, mataku berat sehingga aku jadi ketiduran tanpa ampun", jawab suamiku.
Mendengar jawaban suamiku itu kini aku yang berbalik menjadi terbengong. Aku berpikir apakah aku telah bermimpi? Tetapi mengapa mimpiku itu begitu sangat terasa seperti nyata? Mengapa aku merasakan kepuasan seksual yang begitu hebat apabila semua itu hanya mimpi? Kalau aku tidak bermimpi jadi siapakah yang telah menyetubuhi diriku semalam? Mudah-mudahan saja benar ucapan suamiku tadi, bahwa aku semalam memang bermimpi. Hal itu memang sangat boleh jadi, karena dalam mimpiku itu aku tidak merasakan suamiku mengalami orgasme dan pada alat kewanitaanku juga tidak terdapat bekas-bekas sperma laki-laki.

Pada mula aku tidak begitu peduli akan kejadian itu dan telah melupakan mimpiku itu. Akan tetapi setelah beberapa minggu kemudian dan kebetulan pula harinya bertepatan dengan hari dimana aku bermimpi untuk pertama kalinya, yaitu pada hari Rabu, malam Kamis, aku kembali bermimpi melakukan hubungan persetubuhan dengan seseorang. Pada saat itu kebetulan suamiku tidak ada di rumah karena sedang berpergian ke luar daerah. Oleh karena itu aku tidur sendirian saja di kamarku. Setelah beberapa saat aku tertidur, tiba-tiba aku kembali merasa ada sesosok tubuh berada di dekatku. Ketika aku akan bangun tiba-tiba aku seperti mendapat semacam bisikan bahwa sosok tubuh itu tidak lain adalah suamiku yang sekarang yang ingin melepaskan hasratnya kepadaku sebagai istrinya. Bagaikan terkena oleh suatu kekuatan hipnotis yang besar aku tidak jadi terbangun dan menuruti bisikan untuk melayaninya dalam suatu hubungan suami-istri yang sempurna. Aku merasakan kembali suamiku begitu hebat. Terutama alat kejantanannya terasa begitu nikmat dan menggairahkan sekali ketika berada dalam liang senggamaku. Aku merasakan alat kejantanan suamiku itu begitu besar dan keras sekali.

Dalam hubungan tersebut aku benar-benar merasakan suatu kenikmatan seksual yang sangat besar sebagaimana yang pernah kualami dalam mimpiku yang pertama beberapa waktu yang lalu, sehingga aku rasanya seperti kuda binal meronta-ronta ke sana ke mari dan berteriak-teriak kecil merasakan kenikmatan birahi yang sangat hebat. Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba sekilas terlintas kesadaranku dalam diriku.

Tiba-tiba aku teringat bahwa suamiku sedang tidak berada di tempat, sehingga siapakah yang sedang menyetubuhi diriku ini. Dengan suatu kekuatan dalam diriku, kupaksakan mataku membuka untuk meyakinkan apakah aku bermimpi atau bukan. Kali ini lampu tidurku kebetulan tidak dipadamkan sehingga ketika aku membuka mata aku dapat melihat secara samar-samar dalam cahaya lampu tidur yang temaram sesosok tubuh seperti bayang-bayang berada di atas perutku dalam posisi duduk sedang asyik menyetubuhi diriku. Mulanya memang aku merasa terkejut dan agak heran sekali. Aku berpikir apakah semua ini juga merupakan bagian dari mimpi lainnya. Akan tetapi anehnya kesadaranku tiba-tiba hilang begitu saja, kemudian aku kembali terhanyut oleh perasaan birahi yang meluap-luap sehingga aku pun dengan sangat bernafsu sekali terus melayani sosok bayangan tersebut dalam suatu hubungan suami-istri yang sangat hebat. Malam itu kembali aku merasakan suatu kepuasan yang sangat luar biasa pada akhir hubungan suami-istri tersebut. Aku kembali mengalami orgasme berkali-kali yang membuat diriku menjadi lelah sekali dan akhirnya aku terlelap tidur dengan sangat nyenyak sekali.

Keesokan harinya ketika aku terbangun aku jadi kembali berpikir-pikir, mengapa aku mengalami mimpi seperti itu lagi? Apakah hal itu merupakan bayang-bayang imajinasiku karena pada saat itu kebetulan aku baru saja beberapa hari selesai haid dimana dalam periode tersebut biasanya aku mengalami masa birahi yang memuncak? Akan tetapi mengapa aku mempunyai bayangan imajinasi semacam itu? Atau apakah karena aku selama ini aku kurang mendapat kepuasan dari suamiku sehingga hal itu merupakan refleksi dari alam bawah sadarku terhadap ketidakpuasan seksualku terhadap suamiku itu sehingga muncul sebagai suatu mimpi? Atau pula mungkin disebabkan oleh faktor lain.

Untuk alasan yang pertama aku kurang yakin karena periode haidku secara rutin datang setiap bulan, jadi mengapa baru sekarang tercipta dalam mimpi. Untuk alasan yang kedua kemungkinannya bisa saja terjadi, karena terus terang aku pernah menyeleweng sekali bersama temanku yang sebenarnya juga adalah teman suamiku. Peristiwa itu terjadi sudah agak lama sekali dan aku juga telah melupakannya. Penyelewenganku itu terjadi ketika aku sedang berada di Jakarta sendirian menengok anak-anakku. Pada saat itu memang hatiku sedang kacau dan perasaanku tidak menentu. Keberangkatanku ke Jakarta sebenarnya juga atas saran suamiku karena beberapa waktu sebelumnya kami sering bertengkar yang disebabkan hanya karena persoalan kecil saja. Suamiku rupanya menyadari bahwa perilakuku yang kadang-kadang suka keras kepala dan marah-marah kepadanya sebagai suatu akibat dari kehidupan di lingkungan kami yang sangat datar dan jauh dari keramaian. Oleh karena itulah suamiku menyarankan kepadaku agar menukar suasana sebentar dan pergi ke Jakarta sambil menengok anak-anak.

Di Jakarta aku bertemu dengan temanku. Dia memang sering datang ke rumah menemui suamiku pada saat aku masih tinggal di Jakarta. Kebetulan istrinya juga adalah teman kuliah suamiku dan dia sendiri memang teman baik suamiku. Sehingga kami mengenal dengan baik seluruh keluarganya.

Pada saat itu dia mengantarkan aku belanja ke sebuah Toserba. Selesai kami berbelanja, dia mengajakku makan malam di kawasan pantai Ancol. Karena memang kami sudah berkenalan lama dan suamiku juga mengizinkan bila aku pergi bersamanya, maka kupenuhi ajakan temanku itu. Ketika kami makan, temanku banyak bercerita tentang dirinya. Dia bercerita bahwa dia seorang yang perkasa dan menyukai serta disukai banyak wanita. Akan tetapi wanitanya itu katanya bukan sembarang wanita. Dia tertarik kalau wanita itu benar-benar istimewa, baik dalam penampilan maupun bentuk tubuhnya. Dia mengatakan bahwa aku juga merupakan salah satu wanita yang dianggap sangat istimewa olehnya. Aku jadi terlambung dan terkesan sekali akan ceritanya. Malahan aku sempat bertanya bagaimana caranya agar seorang laki-laki itu menjadi seorang yang perkasa. Akan tetapi masalahnya rupanya tidak sampai disitu saja. Ketika kami selesai makan malam dalam perjalanan pulang, entah bagaimana mulainya, dia tiba-tiba membelokkan mobilnya masuk ke dalam sebuah motel yang ada di sekitar situ dan membisikkan kepadaku bahwa sebentar lagi aku akan mengetahui jawaban akan keperkasaan seorang laki-laki.

Selanjutnya aku juga tidak tahu mengapa aku tidak menolak diajak ke situ. Kupikir hal itu mungkin disebabkan pikiranku sedang kacau dan aku tergoda untuk mendapatkan kenikmatan badani bersamanya yang mana jarang kuperoleh dari suamiku. Sehingga ketika kami sudah dalam kamar kubiarkan saja tubuhku ditelanjangi habis-habisan dan kami pun bersama-sama berpolos bugil menikmati keindahan tubuh masing-masing. Kelanjutan dari adegan itu sudah dapat dimaklumi kiranya, akhirnya aku dan dia bercumbu habis-habisan di tempat tidur bagaikan sepasang suami istri yang sedang berbulan madu. Semua tehnik dan gaya permainan persetubuhan di tempat tidur kami lakukan bagaikan dalam adegan sebuah film biru. Bahkan dengan tidak segan-segannya kami juga melakukan oral seks dalam menggali kenikmatan tubuh masing-masing. Sehingga seluruh tubuhku sudah tidak ada lagi yang tersisa yang tidak pernah dinikmatinya.

Namun hubungan kami hanya untuk sekali itu saja karena setelah itu aku merasa sangat malu sekali apabila bertemu dengannya. Di samping itu memang kesempatan aku bertemu berduaan seperti itu tidak pernah ada lagi. Selain itu aku juga berpikir kenikmatan yang kuperoleh dengannya sebenarnya biasa-biasa saja. Dia juga tidak lebih hebat dari suamiku. Dia juga tidak dapat tahan terlalu lama ketika tubuh kami bersatu dan telah menumpahkan spermanya dalam rahimku secara bertubi-tubi ketika aku masih dalam birahi. Demikian pula ukuran dan bentuk alat kejantanannya, kurasakan juga tidak lebih istimewa bahkan tidak jauh berbeda dengan alat kejantanan suamiku, yang membedakannya hanyalah alat kejantanannya itu merupakan alat kejantanan kepunyaan laki-laki lain dan suami wanita lain. Semenjak hubungan itu aku menghindarkan diri darinya dan aku merasa kapok berzina dengan dia, akan tetapi yang paling utama sebenarnya adalah aku takut berdosa. 

Next 2
Masih Belum Sempurna 1
Masih Belum Sempurna 3
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Rabu, 11 Juli 2012 Berbagi Istri Berbagi Suami

Berbagi Istri Berbagi SuamiBerbagi Istri Berbagi Suami - Sebenarnya apa yang terjadi sehingga aku mengetahui perselingkuhan mereka…? Pagi itu, Aku akan mengolah data-data penting milik klien perusahaanku. Data-data itu ada di komputerku di rumah dan aku lupa mengcopykannya ke flashdisk, sehingga aku segera pulang ke rumah untuk mengcopy data. Aku tiba di rumahku sekitar jam 9 pagi.

Sesampai di rumah, kudapati ruangan tengah rumah berantakan dengan mainan anak-anak yang sedang dimainkan oleh anakku dan anak Anton, tapi tak kutemukan istriku, barangkali istriku sedang pergi ke warung atau ngerumpi sesama ibu rumah tangga.

Karena aku ada perlu ke istriku, maka aku berusaha mencari istriku ke rumah Anton. Terlihat seperti sendal istriku tergeletak di depan pintu, namun pintu depan tertutup rapat.
Kuintip dari jendela ruang tamu, terlihat ada berkas-berkas MLM yang belum dirapihkan serta 2 gelas kosong serta sisa makanan ringan atas meja, tapi istriku tak tampak. Aku mencoba berjalan ke pinggir rumah, ketika aku melewati kamar tidur Anton yang kaca nakonya terbuka. Kudengar desahan-desahan khas orang yang sedang bercumbu.

Memuaskan rasa penasaranku, kuintip dari celah-celah yang terbuka , mataku langsung tertarik pada apa yang kulihat, gairahku muncul seketika menyaksikan apa yang terjadi di kamar itu. Kulihat Anton dalam keadaan bugil sedang menghentak-hentakan pantatnya menyetubuhi seorang wanita yang kuyakini sebagai istrinya. Tapi tubuh istrinya tak terlihat karena terhalang oleh tubuh Anton, yang terlihat hanyalah tangan mulus seorang wanita yang bergerak-gerak penuh gairah serta dua bilah betis yang terayun-ayun dipinggir pinggang Anton yang sedang asyik menghentak-hentakan pinggul dan pantatnya.

Aku semakin penasaran, terbayang tubuh bugil istri Anton yang selama ini selalu jadi obsesiku, terutama ingin sekali kudengar desahan nikmat dari mulut istri Anton bila sedang disetubuhi. Diam-diam kuambil camera digital yang selalu kubawa-bawa di dalam tas pinggangku. Kuaktifkan tombol rekaman agar persetubuhan mereka terekam.

Rangsangan demikian kuat mengalir di pembuluh darahku dan aku jadi teringat sudah seminggu aku tak bercumbu dengan istriku. Aku ingin istriku segera pulang dan mengajaknya bercinta seperti yang sedang dilakukan oleh Anton. Nafasku semakin tersengal-sengal menahan gairah nafsu sambil menyaksikan apa yang Anton lakukan.

Kulihat Anton menghentikan gerakannya dan mencabut penisnya. Istrinya memutarkan badannya kepinggir sehingga aku dapat melihat wajahnya.

Tiba-tiba nafasku sesak, mulutku ternganga tak percaya, pandangan serasa gelap. Kukucek-kucekan mataku dengan jari tanganku seolah aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Badanku semakin lemas…., ternyata yang sedang disetubuhi Anton itu bukan istrinya melainkan istriku yang sedang kutunggu.

Darahku mendidih….., terbakar amarah… Ingin aku melabrak masuk ke rumah Anton ini dan menghajar mereka, namun apa daya…. Tangan dan kakiku lemas tak berdaya serta tak mampu kugerakkan. Selama beberapa menit aku terpaku diam, lemas dengan nafas yang semakin sesak serta pikiran yang berkecamuk dan akhirnya buntu tak mampu berpikir bagaikan orang yang kehilangan kesadaran. Sementara mataku melotot tak berkedip…., serta tak mampu mengalihkan pandangan dari celah yang memperlihatkan apa yang terjadi di dalam kamar..

Tubuh istriku yang sangat seksi sedang dalam posisi merangkak dengan pinggang yang ditarik kebawah sedang digenjot dengan liar oleh Anton dari belakang. Buahdadaku istriku yang besar dan montok terayun-ayun akibat sodokan yang dilakukan oleh tetangaku. Istriku terlihat begitu menikmati…, matanya terpejam dan mulut yang teranganga.
Secara perlahan rangsangan gairah yang tadi melanda diriku, kembali menjalar diseluruh pembuluh darah dan hatiku. Rangsangan itu perlahan-lahan mengalihkan rasa marah yang membludak di dalam dada. Semakin lama, rangsangan yang kurasakan semakin menggeser rasa marah yang melanda dada ini. Sehingga ada dorongan untuk terus menyaksikan perselingkuhan yang dilakukan oleh istriku dengan Anton. Penisku kembali mengeras dan tegang menyaksikan adegan yang sangat merangsang itu, nafasku semakin sesak dan terengah-engah.

Beberapa menit kemudian kulihat tubuh mereka berkelojotan bersamaan dengan erangan dan dengusan yang semakin keras dan akhirnya mengejang kaku dan mengalami orgasme secara bersamaan
Tanpa terasa akupun mengejang dan cret…. cret…. cret … spermakupun muncrat membasahi celana. Badanku terasa lemas namun nyaman, nafasku tersengal-sengal menikmati sensasi orgasme yang sangat aneh ini.
Kumatikan kameraku, secara perlahan aku meninggalkan tempat itu dan kembali menuju rumahku dengan perasaan tak menentu. Sesampai di rumah, kulihat anakku dan anak Anton tertidur kelelahan di ruang tengah yang berantakan. Aku langsung menuju ruang kerjaku dan menyalakan komputer untuk menyalin file yang berisi bukti adegan persetubuhan istriku dan Anton ke dalam flashdisk. Kumatikan komputerku dan dengan gontai aku melangkah menuju ruang tamu dan duduk di kursi sambil melamun dengan pikiran yang berkecamuk.

Di dalam keheningan itu, perlahan-lahan otakku dapat berpikir kembali. Rasa cemburu, marah dan kecewa bercampur menjadi satu, ingin rasanya kuceraikan istriku saat ini juga, tapi rasa cintaku demikian besar pada istriku dan aku tak sanggup berpisah dengannya.

Walaupun aku selalu membayangkan dapat menyetubuhi istri Anton, tetapi aku sama sekali tak berniat untuk meninggalkan istriku,karena aku sangat mencintainya.
Pikiranku seperti diarahkan agar membiarkan saja ini terjadi, demi menjaga keutuhan rumah tanggaku dan rumah tangganya. Tapi sebagai pembalasan atas apa yang mereka lakukan aku akan balas menyetubuhi istri Anton dengan seijin istriku dan Anton.. Biarkan saja perselingkuhan itu sebagai bumbu kehidupan berumah tangga yang dapat menambah gairah kami dalam meningkatkan kemesraan hubungan suami istri. Bahkan ada bisikan-bisikan yang menganjurkan agar masing-masing kami pernah menyaksikan istri atau suaminya bercinta dengan tetangganya. Dan akhirnya lamunanku lebih terarah ke bagaimana caranya agar semuanya bisa setuju dengan kondisi yang kuhayalkan tadi. Tapi apakah istri Anton yang solehah ini dapat menyetujuinya ?
————-
Ketika aku termenung itulah, istriku pulang dari rumah Anton setelah mereguk kenikmatan bercinta dari Anton.
————-
Istriku menangis sesegukan di kakiku…., sambil berkata “maafkan Mamah, Pah!… Ampuni Mamah…! Mamah rela melakukan apa saja untuk menebus kesalahan yang Mamah lakukan….asal Papah mau memaafkan Mamah…..Huu.huuu..huu” kata istriku sambil terus menangis
“Betul…? Mamah akan melakukan apa saja ?” Tanyaku menekannya
“Betul.., Pah !” jawab istriku tanpa pikir panjang sambil terus menangis di kakiku.
“Udah… bangun… “ kataku menyuruhnya bangun
“Maafkan dulu Mamah…hu..hu..” kata istriku belum berani beranjak dari kakiku.
“Udah…. Bangun…., Mamah akan Papah maafkan…. Asal…!” kataku terpotong
“Asal apa, Pah ?” tanya istriku lagi sambil menengadahkan wajahnya menatap wajahku., matanya merah berlinangan air mata penyesalan.
“Asal Mamah rela, bila Papah menyetubuhi istri tetangga kita dan Papah ingin Mamah mengintip Papah yang sedang menyetubuhi istri tetangga kita, sebagaimana Papah lihat, bagaimana Mamah menjerit-jerit nikmat disetubuhi oleh tetangga kita, seperti yang terdapat pada rekaman ini.” Kataku kalem sambil menunjukkan kamera yang berisikan rekaman perselingkuhan istriku.
“Papah.. merekamnya..?” tanya istriku terbelalak kaget
“Ya… sebagai bukti perselingkuhan kalian.” Jawabku ketus.
“Tapi…Pah…!” Kata istriku menyanggah..
“Tapi , apa..?”
“Adakah cara lain…?”istriku berusaha menawar
“Hanya itu syarat dari Papah…, agar Papah memaafkan perbuatan Mamah. Kalau tidak…, terpaksa kita bercerai dan rekaman ini dapat menjadi bukti perselingkuhan kalian. Dan untuk memuaskan dendam Papah kepada kalian berdua yang telah menghianati Papah, maka akan Papah sebarkan rekaman ini di internet…” Ancamku.
“Jangan, Pah…, jangan ceraikan Mamah…., Mamah sangat cinta pada Papah. Lakukan saja yang ingin Papah lakukan , kalau memang itu merupakan syarat dari Papah untuk memaafkan penghianatan Mamah….” Kata istriku menyerah.

Kurengkuh tubuh istriku yang masih terduduk di lantai , kucium mesra bibirnya sambil berkata “Papah sangat mencintai Mamah…”. Istriku membalas dengan ragu ciuman mesra penuh rasa cinta yang kuberikan. Kuangkat tubuhnya agar duduk disampingku. Istriku memeluk diriku erat-erat dan kepalanya dia sisipkan di dadaku.
Cukup lama dia memelukku. Kemudian wajahnya menghadap wajahku dan bertanya “Bagaimana, Papah bisa memiliki rekaman itu ?”

“Papah merekamnya, waktu mengintip apa yang sedang mamah lakukan dengan tetangga kita” kataku.
Istriku terdiam dan percaya akan apa yang kuceritakan, kemudian dia bertanya lagi “Bagaimana caranya agar istri tetangga kita mau bercinta dengan Papah, bukankah dia wanita yang solehah dan taat beribadah. Dan lagi apakah suaminya setuju jika istrinya digauli oleh Papah..”
“Suaminya pasti setuju dan harus setuju, kalau tidak…… ancaman Papah untuk menyebarkan rekaman ini akan dilaksanakan. Oleh sebab itu…. tugas Mamah merayunya agar dia setuju.” Kataku lagi
“Bagaimana caranya Papah bisa menggauli istri tetangga kita yang solehah itu ?” kembali istriku menanyakan hal yang tadi dia tanyakan.
“Akan kuperlihatkan rekaman ini padanya….., dia pasti marah dan dendam pada kalian berdua…., Sehingga dengan mudah Papah bisa mempengararuhinya dan merayunya agar dia mau melayani Papah..” kataku lagi.
Istriku hanya bengong mendengar rencanaku. Dia tidak bisa berbuat apa-apa mendengarucapanku itu.
“Hayooo…. Mengapa bengong ! Sudah sana pergi temui tetangga kita dan perlihatkan rekaman ini, serta ceritakan syarat dari Papah. Rayu dia agar setuju dengan syarat dari Papah, biar posisi kita menjadi seri.” Suruhku pada istriku untuk menemui Anton.

Dengan langkah berat, istriku kembali menemui Anton di rumahnya. Cukup lama aku menunggu istrku kembali. Aku sudah tak peduli dengan apa yang mereka lakukan, yang ada di pikiranku adalah malam ini aku bisa menikmati tubuh istri Anton yang menjadi obsesiku selama ini.

Lama kutunggu-tunggu, istriku belum pulang juga. Hingga akhirnya istriku datang dibuntuti oleh Anton. Tampak sekali Anton merasa rikuh menatapku, tatapan mata orang yang merasa sangat bersalah, karena tertangkap basah perselingkuhannya dengan istriku terekam oleh kamera.
Dengan terbungkuk-bungkuk dia menyembah diriku sambil meminta ampun dan memohon agar aku tidak melaporkan tindakannya ke polisi serta memohon dengan sangat agar rekaman itu tidak disebarkan ke internet. Dia menyanggupi syarat yang kuajukan sebagai balasan atas apa yang dia lakukan terhadap istriku.
Aku bilang padanya bahwa nanti malam aku akan mengunjungi rumahnya, kemudian dia harus meninggalkan aku dan istrinya berdua di rumahnya

Dan kuminta dia dan istriku mengintip apa yang kulakukan dengan pada istrinya sehingga dia merasakan bagaimana perasaannya jika istrinya digauli oleh laki-laki lain. Dengan berat hati dan terpaksa, Anton menyetujui usulku. Dan akhirnya dengan gontai ia kembali ke rumahnya.

Sisa hari itu kugunakan dengan menunggu kejadian mendebarkan yang akan terjadi dan akan merubah suasana perkawinan keluarga kami, dan akhirnya waktu yang kutunggu itupun tiba.

Sekitar jam 9 malam, Aku segera mendatangi rumah Anton dan mengetuk pintu. Tak lama kemudian, istriku Anton membukakan pintu, dan seperti biasa dia mengenakan baju longgar dan panjang serta kepala dan dadanya ditutup oleh jilbab yang lebar.
“Ehhh….bapak ! Ada apa Pak ?” katanya kaget. Aku berusaha bertindak tenang seolah-olah orang yang
sedang benar-benar bertamu.
“’Ngga apa-apa, Bu ! Bapak ada ?” Jawabku. Dia mempersilahkanku duduk di kursi tamu, dan menutup pintu.
“Pah…! Pah..! Ada tamu…” teriak istri Anton memanggil suaminya.
“Ada siapa Mah ? “ jawab Anton sambil keluar dari kamar.
“Aihh…, Bapak…., ada apa Pak ?” tanya Anton bersandiwara.
“Ahh…, pingin silaturahmi aja Pak…, Mana si kecil ? sudah tidur ?” jawabku berbasa basi.
Kemudian kami ngobrol berbasa-basi, sebelum akhirnya dia bilang akan meninggalkanku sejenak, dengan alasan mau ke warung untuk beli rokok.

Setelah Anton meninggalkan rumah, aku mulai bertanya pada istri Anton yang selalu menggoda hatiku ini. “Bu !, Ngomong-gomong…, saya ingin bertanya…!” kataku
“Mau nanya apa sich ?” balasnya sambil menatapku.
“Bagaimana, perasaan ibu, kalau ibu tahu suami ibu berselingkuh ?” tanyaku langsung pada persoalan.
“Kenapa, Bapak menanyakan hal yang tidak sopan seperti itu ?” jawab istri Anton dengan nada tersinggung.
“Jawab saja pertanyaan saya !” desakku padanya
“Tentu saja saya sangat kecewa dan marah padanya. Saya minta Bapak jangan memfitnah suami saya dan sebaiknya bapak pulang sekarang, saya tersinggung dengan ucapan Bapak” jawabnya istri Anton tersinggung dan mulai emosi.
“Bagaimana kalau ternyata, dia berselingkuh dengan istriku ?” kataku lagi tanpa menghiraukan kata-kata pengusiran yang dilontarkannya.
Dia terhenyak dan menatapku tajam “Kenapa bapak berkata begitu ? Apakah dia berselingkuh dengan istri bapak ?” katanya mulai melemah dan terhenyak lemas.
“Itulah sebabnya saya tanyakan pada Ibu, apa reaksi ibu kalau ternyata suami ibu berselingkuh dengan istriku ?” tanyaku tanpa memperdulikan pertanyaannya.
“Bapak jangan memfitnah suami saya, suami saya orang baik-baik…, mana buktinya ?” emosi istri Anton mulai naik kembali.
“Saya punya rekaman perselingkuhan suami ibu dengan istri saya..” jawabku tegas sambil memperlihatkan flashdisk padanya, “Jadi…, apa reaksi ibu, kalau tahu suami ibu selingkuh dengan istri saya ?” desakku lagi.
“Saya sangat kecewa, tapi tak bisa apa-apa….. karena saya sangat mencintai suami saya, dan tak mungkin saya minta cerai padanya. Karena saya sudah sebatang kara, tidak punya sanak saudara.. Tapi…… apakah benar seperti itu ? dari mana bapak dapatkan rekaman itu ? dan apakah benar isi rekaman itu adalah suami saya?” berondongan pertanyaan dia lontarkan padaku dengan penasaran dan rasa khawatir.

Aku tak menjawabnya, tapi langsung menuju meja komputer yang ada di ruang tengah. Lalu kunyalakan komputernya sambil berkata “Saya punya bukti perselingkuhan mereka di flashdisk ini…”. Dia termenung dan menanti dengan tak sabar apa tindakanku selanjutnya. Kupersilahkan dia duduk di kursi yang ada di depan komputer sementara aku berdiri di sampingnya sambil memasang flashdsk pada CPU.

Kemudian aku membuka file rekaman yang berisi adegan persetubuhan yang dilakukan suaminya.
“Aihhhh…” mulutnya menjerit tertahan, dan kedua tangannya menutup mulutnya yang menganga, jantungnya seolah berhenti berdetak, nafasnya sesak serta matanya melotot tak berkedip ketika dia menyaksikan tubuh seorang lelaki yang mirip tubuh suaminya dalam keadaan bugil sedang menghentak-hentakan pantatnya pada selengkangan seorang wanita yang tak tampak pada layar karena terhalang oleh tubuhlelaki itu. Hanya terdengar samar-samar suara erangan dari seorang wanita yang sedang meraih nikmat…
“Benarkah….. itu suami saya…? Wajahnya kan tak terlihat, tapi……, itu ‘khan kamar kami…!” keringat dingin keluar dari pori-porinya dan sorot matanya memperlihatkan bahwa dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tapi suasana kamar yang diperlihatkan pada layar memang menunjukkan kamarnya…..
“Kapan gambar ini direkam ?” disela-sela nafasnya yang tersengal
“Tadi pagi sekitar jam 9 pagi..” jawabku.

Nafasnya semakin sesak….., sementara erangan-erangan nikmat yang terdengar mulai merangsang gairahnya. Berbagai macam perasaan berkecamuk di kepalanya. Membuat pikirannya buntu.
Mulutnya menjerit tertahan ketika lelaki itu berpindah posisi sehingga wajah lelaki dan wajah wanita yang ada dalam itu jelas memperlihat wajah suaminya dan wajah istriku. Dia memalingkan wajahnya seolah tak percaya dan tak mau melihat apa yang tampak di layar monitor. Tapi tak lama kemudian dia mengintip dari sudut matanya untuk melihat kejadian selanjutnya yang ditampilkan dari layar monitor.

“Bu…, saya sangat cemburu dan marah luar biasa pada saat saya pulang dan mencari istri saya ternyata istri saya sedang asyik bercinta dengan suami ibu. Ingin rasanya saya melabrak masuk dan membunuh mereka berdua. Tapi keinginan itu kutahan karena saya sangat mencintai istri saya. Dan tak ingin lingkungan kita menjadi gempar karena saya memergoki istri saya dan suami ibu berselingkuh.”
“Keluarga kita berdua bisa malu…,kasihan anak-anak. Itu sebabnya saya merekam perbuatan mereka supaya mereka tidak bisa mungkir.”

Lalu lanjutku lagi “Untuk membalas perbuatan mereka agar impas dan mambalas rasa sakit hati saya, maka saya sudah minta pada suami ibu agar saya bisa mengauli ibu dan suami ibu menyetujuinya agar kita bisa membalas perbuatan mereka.Itulah sebabnya suami ibu meninggalkan kita berdua sekarang”
Istri Anton mulai terpengaruh oleh ucapanku, sebab diapun sakit hati terhadap apa yang dilakukan suaminya dengan istriku. Timbul dendam didalam hatinya untuk membalas apa yang dilakukan oleh suaminya dan istriku.

Sementara itu di layar, terlihat bahwa istriku dalam posisi merangkak sedang digenjot oleh suaminya dengan hentkan-hentakan yang membuat mata istriku terpejam menahan nikmat dari dari mulut istriku kembali terdengar erangan-erangan nikmat.

Cemburu, kecewa dan amarah yang berkecamuk di dalam dada istri Anton menimbulkan dorongan untuk membalas perbuatan suaminya dengan berselingkuh denganku. Apalagi dilihatnya istriku begitu terlonjak-lonjak menikmati sodokan penis suaminya, Istri Anton iri dengan kenikmatan yang di dapat istriku dari suaminya
Disamping itu apa yang dilihatnya itu menimbulkan rangsangan berahi yang mulai menggeser rasa marah dan kecewanya. Tangannya mulai meremas-remas pegangan kursi dengan keras, terlihat bulu-bulu halus ditangannya berdiri yang menunjukkan bahwa dirinya sudah terangsang. Gairahkupun sebenarnya sudah meninggi menyaksikan persetubuhan yang mengairahkan yang dilakukan istriku dan suaminya.
Semakin lama tampaknya gairah nafsu berahi semakin menguasai diri istri Anton, dadanya turun naik terpompa gairah yang semakin membumbung tinggi. Keinginan untuk segera membalas dendam semakin besar. Duduknya gelisah dan mulai menggeliat, hingga pada saat tayangan menampilkan kondisi dimana istriku dan suaminya melonjak-lonjak dan mengejang kaku mencapai orgasme, rupanya nafsu istri tetangga sudah tak tertahankan lagi dia langsung berdiri dan berkata “Kalau suami saya berselingkuh dengan istri bapak, mengapa saya tidak boleh? Saya juga mampu melakukan seperti apa yang mereka lakukan, bahkan saya akan melakukannya lebih dari apa yang mereka lakukan. Apalagi seperti yang bapak bilang bahwa suami saya mengijinkan bapak menggauli saya. Ayo Pak! Tunggu apa lagi ?” katanya parau. Cemburu , marah dan gairah bercampur menjadi satu.

Tangannya merengkuh leherku dan bibirnya langsung melumat bibirku dengan penuh nafsu birahi yang meronta-ronta ingin menemukan pelampiasan. Rupanya ia ingin membalas sakit hati yang dirasakannya dan berharap suaminya melihat apa yang dilakukannya padaku.

Begitu ganas istri Anton yang berjilbab lebar ini mnciumiku, hawa dari mulutnya terasa panas menandakan gairah nafsu yang membara, kakinya terjinjit agar wajahnya semakin mendekat dan rapat ke wajahku, pelukannya sangat erat dan kepalanya bergerak lincah sambil bibirnya menghisap dan mengecup bibirku. Kembali istri Anton ini merasa sakit hati akan kelakuan suaminya. Dan rasa sakit hatinya ini membuatnya ingin segera membalas rasa sakit hati pada suaminya.

Dia langsung membuka seluruh pakaiannya hingga tak ada selembar benangpun yang menempel pada tubuhnya, aku terpana memandang mulusnya tubuh istri Anton yang selama ini hanya ada dalam lamunanku saja. Sekarang secara nyata ada di hadapanku.

Yang kuhayalkan selama ini memang benar, kulit tubuh istri tetangga ini demikian putih, mulus dan halus bak pualam. Ohhhh… ‘the dream come true’. Rangsangan yang merasuk ke aliran darahku semakin deras. Terutama saat kupandangi buahdadanya yang masih mengacung montok sangat indah.
Aku tak tahan menikmati pemandangan indah ini. Kuhampiri tubuh bugil istri Anton ini, kupeluk dengan nafsu yang menggebu-gebu, kuciumi seluruh pundak, leher dan buah dadanya dengan nafas yang berat dan terengah-engah. Tanganku tak tinggal diam, turut meremas-remas buah dada yang montok dan menggemaskan.

Nafsu istri Anton semakin terbakar, tubuhnya menggelinjang menikmati cumbuanku, erangan nikmat keluar dari mulutnya yang mungil “Ouh… euhh… auhhh….”. Kepalanya terdongak sambil mengerang dengan mata terpejam. Buah dadanya semakin membusung, mulutku langsung menjilati dan menghisap putting susu yang semakin menonjol keras.

Penisku semakin keras dan tegak, mendorong celana yang kukenakan, terasa sakit terjepit oleh celana yang seolah tak mampu membendung membengkaknya batang penisku.
Aku melepaskan seluruh pakaian yang kukenakan. Melihat apa yang kulakukan, gairah istri Anton semakin tak tertahankan, dia menarik lenganku agar bersama-sama naik ke sofa.

Nampaknya nafsu istri Anton sudah tak tertahankan, vaginanya terasa basah dan sangat gatal ingin segera digaruk. Dan rasa gatal itu semakin meronta-ronta melanda vaginanya ketika matanya melihat batang penisku yang mengacung keras dan tegang. Dia membanting tubuhku agar telentang, dengan tergesa-gesa dia mengangkangi pinggangku, meraih batang penisku dan mengarahkannya pada liang vaginanya yang semakin basah, berdenyut dan gatal. Pantatnya ditekan sambil memejamkan mata menanti kenikmatan yang datang menjelang

Lalu bleessshhh…….”Ahhhkk……” erangan nikmat dan merangsang keluar dari bibirnya yang tipis. Matakupun mendelik merasakan kepala penisku menerobos liang vaginanya yang sempit menjempit namun panas membara. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar ke seluruh penjuru urat nadiku. “Oohhhh…..” akupun melenguh nikmat.

Rasa nikmat dan puas semakin bertambah, karena mimpiku jadi kenyataan. Dan diluar dugaanku ternyata istri Anton ini demikian liar dalam bercinta bertolak belakang dengan prilakunya sehari-hari yang lembut dan anggun.Aku semakin puas dan nikmat menghadapi kenyataan ini.
Dinding vaginanya berdenyut keras seolah menghisap kepala dan batang penisku, lalu dia melonjak-lonjakan tubuhnya dengan hebat dan tak lama kemudian dia menjerit panjang sambil tubuhnya mengejang kaku “Aaaaaaakkkhhhhh…….”.

Dendam dan Gairah nafsu yang begitu meronta-ronta mengakibatkan orgasmenya begitu cepat datang menjemput. Beberapa saat kemudian dia ambruk menimpa tubuhku, kepalanya diletakkan di atas dadaku. Dinding vaginanya berdenyut kuat dan cepat dan dasar liang vaginanya meremas dan menghisap-hisap kepala penisku memberikan kenikmatan yang tak terhingga padaku.
“Ouhhhh…..” keluar nikmat tanpa terasa keluar dari mulutku merasakan nikmatnya vagina istri Anton ini. Vaginanya memang lain dari yang biasa kurasakan dari istriku. Remasan dan hisapan yang dilakukan vagina istri Anton ini demikian kuat menyentuh simpul-simpul syarat kenikmatan yang ada di sekeliling batang dan kepala penisku.Uuuhhh….. luar biasa

Denyutan dinding vaginanya semakin lama semakin melemah namun terasa semakin basah dan licin. Setelah denyutan dinding vaginanya menghilang dan nafasnya teratur kembali, dia mulai menggerakan pinggulnya ke atas ke bawah agar batang penisku yang masih ditelan oleh vaginanya mengocok dan menggaruk seluruh dinding vaginanya dan masih gatal. Gerakan pinggulnya kadan-kadang berubah ke kiri dan kekanan bahkan diputar agar sambil menekannya dalam-dalam agar penisku masuk semakin dalam menggaruk dinding vaginanya.

Rasa nikmat yang teramat sangat kembali menjalar di tubuh kami, aku membalas gerakan pinggulnya dengan menghentak-hentakan pantatku ke atas dan kebawah agar garukan batang penis semakin lebih terasa nikmat.
Pinggulnya bergerak demikian lincah dan liar, tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga mataku terpana melihat buahdadanya yang montok dan sekal berayun dan berguncang-gucang. Kujulurkan kedua tanganku untuk meremas dengan gemas dan penuh nafsu kedua buahdada indah itu. Kepuasan dan kenikmatan semakin menjalar di seantero pembuluh darah kami.

Kedua tangannya memegangi kedua pergelanganku yang sedang memberikan kenikmatan tambahan dengan meremas dan memilin buahdadanya sebagai pegangan pada saat lonjakannya semakin keras meronta-ronta.
Lonjakan tubuhnya semakin liar dan pinggulnya menghentak-hentak kaku, sementara itu, penisku terasa seperti dijepit kuat dan dipelintir oleh mesin penggilingan yang sangat nikmat hingga mataku melotot dan melenguh “ouhhhhhhh…..”

Pinggulnya menghentak sangat keras dan dalam, cengkraman kedua tangannya pada pergelangan tanganku sangat kuat, punggungnya menjauh, tubuhnya melenting kaku dengan mata mendelik dan berteriak cukup nyaring “Aaaaaaakkkhhhhh…….”
Kembali istri Anton ini mengalami orgasme yang lebih luarbiasa dibandingkan dengan orgasme pertamanya, sesaat kemudian tubuhnya melayang dan ambruk kembali di atas tubuhku.
Sensasi orgasme yang kedua darinya kembali dirasakan penisku, kali ini remasan dan kedutan dinding baginanya terasa lebih kuat dan lebih cepat dibandingkan yang pertama, sehingga akupun merasa lebih nikmat.

Sambil telungkup lemah di atas tubuhku, dengan lemas dia julurkan kakinya sehingga berada di samping luar kedua kakiku yang agak terbuka, kedua tangannya dia susupkan ke bawah bahuku dan merengkuh pundakku dari bawah. Kemudian mulutnya menciumi dadaku, merayap ke atas , ke leher , ke pipi hingga kembali bibir kami bertautan dengan hisapan yang dalam dan panjang.
Sambil berciuman, pantatnya kembali bergerak ke atas dan ke bawah agar batang penisku yang masih keras kembali menggaruk rasa gatal pada dinding vaginanya yang kembali datang walaupun telah terpuaskan.
Helaan pantatnya yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar dan menekan, semakin cepat dan bertenaga, buahdadanya menggesek-gesek dadaku akibat gerakan pinggulnya yang memelintir nikmat batang penisku yang masih kuat dicengkram oleh dinding vaginanya. Gerakan melonjak yang kejang dan kaku kembali dialami oleh istri Anton setelah beberapa saat dia menghela batang penisku. Kepala terangkat menjau dari wajahku, matanya terpejam rapat dan “Aaaaaakkkkhhhhh…..” kembali dia meraih orgasme yang semakin cepat dapat diraihnya. Dan kembali tubuhnya lunglai lemas di atas tubuhku.

Rasa dendam pada suaminya membuat dirinya demikian lincah dan binal. Sehingga Berkali-kali dia meraih orgasme di atas tubuhku dalam posisi dia diatas tubuhku. Berbagai gaya goyangan pinggul dia peragakan mulai dari menaik-turunkan pantatnya, memutar pinggulnya hingga memaju-mundurkan pantatnya.
Batang penisku seperti dipelintir, dijepit dan dihisap-hisap luar biasa nikmat. Teriakan dan erangan nikmat yang keluar dari mulutnya semakin keras dan merangsang, seolah ingin di dengar oleh suaminya bahwa dia juga bisa selingkuh seperti suaminya.

Akhirnya istri Anton betul-betul ambruk dan tak mampu menggerakkan pinggulnya beberapa saat. Namun tampaknya rasa gatal yang menyerang dinding vaginanya belum juga hilang sepenuhnya. Dia menggulingkan tubuhnya hingga telentang di sampingku. Dan tangannya menarik tubuhku agar aku di atas.

Aku paham dengan apa yang diinginkannya. Tubuhku bangkit, kukangkangkan pahanya, lalu aku meletakan kedua lututku tepat dibawah pahanya, kuarahkan penisku yang semakin bengkak dan keras pada mulut liang vaginanya yang mengkilat basah oleh cairan kenikmatan. Dan blessshhh…… penisku menerobos liang vagina yang semakin basah , namun tetap terasa sempit dan menjepit serta memijit-mijit batang penisku.
Aku mulai memompa pantatku hingga batang penisku mengocok-ngocok dan mengaduk-aduk liang nikmat itu. Setelah sekian lama aku menggenjotnya, dia mulai membalas dengan menghentak-hentakan pinggulnya menyambut setiap sodokan batang penisku dengan erangan-erangan nikmat yang kembali dia perdengarkan.
Pada saat istri Anton sedang melonjak-lonjak merasakan nikmat atas sodokan-sodokan batang penisku, tiba-tiba suaminya dan istriku masuk melalui pintu yang tadi lupa tidak ditutup. Istri tetangaku terperanjat dan terpekik kaget “Awww….”. Dan kekagetannya semakin bertambah setelah melihat bahwa suaminya dan istriku langsung melepaskan pakaian yang sudah setengah terbuka.
Dia berusaha melepaskan diri dari himpitan tubuhku yang sedang menekan pinggulku dalam-dalam hingga seluruh batang penisku amblas hingga ke pangkalnya di dalam vaginanya. Tapi urung dilakukan karena ternyata suaminya masuk bukan untuk menghentikan kami yang sedang berpacu meraih nikmatnya persetubuhan.

Dia menggandeng tangan istriku, dan menuju sofa dimana aku dan istrinya sedang bercumbu.
Betapa besar rasa cemburunya ketika dia melihat bagaimana istrinya dengan lincah dan ganas melonjak-lonjak di atas tubuhku. Namun baik istriku dan Anton tak berdaya untuk menghentikan apa yang sedang kami lakukan. Mereka hanya melihat apa yang kami lakukan dengan perasaan yang tak menentu.

Tetapi perasaan cemburu dan bersalah yang melanda hati Anton dan istriku secara perlahan tergantikan oleh rangsangan berahi yang menjalar di seluruh pembuluh darah mereka melihat bagaimana aku dan istrinya melonjak-lonja meraih nikmat serta mendengar erangan-erangan istrinya yang membuat nafsu berahi keduanya naik dengan cepat.

Sambil melihat apa yang kami lakukan, mereka saling meremas dan meraba membuat nafsu mereka membumbung tinggi., Dan mereka bercumbu di depan pintu sambil memperhatikan kami, pakaian yang istriku kenakan sudah setengah terbuka. Buah dada istriku yang besar membusung indah sudah terbuka dan diremas-remas oleh Anton sambil melihat yang kami lakukan

Dan pada saat aku sedang di atas tubuh istrinya, nampaknya nafsu mereka sudah tak tertahankan lagi, mereka langsung melepaskan semua pakaian hingga akhirnya bugil.

Istriku dibimbingnya agar berbaring dibagian kosong di sofa lain di ruang tamu itu, namun kaki istriku masih terjulur di lantai. Tanpa memperhatikan kami yang sedang bengong melihat kedatangannya. Anton langsung mengangkat paha istriku hingga terkangkang, meletakkan kedua lututnya ke pinggir sofa dan mengarahkan batang penisnya yang sangat tegang dan keras ke mulut liang vagina istriku yang basah menunggu dimasuki oleh batang penis yang keras.

Lalu dia mulai menggenjot tubuh istriku dengan cepat hingga tubuh istriku melonjak-lonjak dan mengerang nikmat. Rangsangan nafsu begitu menguasai istriku dan Anton, sehingga mereka langsung merasa berada di awang-awang dilambungkan oleh kenikmatan yang tak terhingga.

Rangsangan kembali menjalar di tubuh istri Anton melihat suaminya tidak mempedulikan dirinya. “Aku.. akan melayanimu Mas…., aku akan memuaskanmu mas…., kalau Mas Anton aja bisa dan sangat bersemangat memberikan kenikmatan pada istrimu. Mengapa aku harus merasa terpaksa melayanimu Mas ?. Ayo mas …aku akan membuatmu melayang-layang…” demikian katanya sambil kedua tangannya memeluk erat tengkukku.
Ciuman yang istri Anton berikan pada bibirku demikian ganas dan panas membara memberikan rasa nikmat yang membuat diriku melayang. Kemudian dengan liarnya, bibir dan lidahnya menciumi serta menjilati sekujur bidang dadaku sampai ke perut kemudian naik lagi kearah puting susuku yang kiri dan kanan secara bergantian. Dihisap-hisapnya dengan penuh nafsu kedua puting susuku sehingga aku melayang nikmat.
”Ouhhhh… ” keluhku. Kemudian tangan istri Anton dengan cekatan memegang pangkal penisku dan mengocoknya, sementara bibirnya langsung mengemut, menghisap dan menjilati penisku membuat aku semakin melayang diterpa nikmat yang luar biasa

”Akh…..hoohhh…..hoh… Aduh jeng….enak….ohhh…” kata-kataku keluar dari mulutku secara terpotong-potong.

Secara sekilas kulihat bahwa posisi istriku dan Anton sudah berubah. Mereka sudah tidak lagi berdiri dipinggir sofa melainkan sudah berbaring diatas karpet . Anton terlentang dalam keadaan telanjang bulat . Tangan kanan istriku memegang pangkal penis Anton dan tangan kirinya mengusap-ngusap dada Anton, sementara mulut dan bibir istriku sibuk mengemut, menghisap dan menjilati kepala penis Anton membuat badan Anton terlonjak-lonjak dan kedua kakinya terkejang-kejang menahan nikmat yang diberikan istriku.
Aku disinipun tak mau kalah… kuangkat badan mungil istri temanku ini, kuciumi seluruh bagian leher jenjang yang menggairahkan ini kejilat dan kuhisap-hisap hingga mata istri temanku ini terbeliak-beliak menahan nikmat dan mulut yang megap-megap serta keluarlah suara desisannya.. ”Hsssstttt….hhssstt..”

Tanganku segera bekerja untuk meremas buah dada indah ini dan memilin-milin puting susunya sedang mulutku langsung menghisap dan menjilati puting susu yang sebelahnya.
Desahan istri temanku sudah berubah menjadi erangan kenikmatan : ”Euh…euh… ouh…ouh….” dengan mata yang kadang terpejam rapat dan terkadang terbeliak-beliak menahan nikmat.
Lalu kedua tanganku langsung meraih pantat indahnya dan bibirku langsung menuju selangmasan istri temanku ini dan dengan rakus aku menciumi, menjilati bahkan menghisap-hisap dan menggigit-gigit gemas vagina istri temanku ini. Perbuatanku ini membuat kaki istriku terjinjit-jinjit didera rasa nikmat dan kedua tangannya bertahan pada pundakku dan erangannya sudah berubah menjadi jeritan-jeritan serta teriakan nafas tertahan

”Auw…auw… ouhh…ouh enak mas…makasih mas….ouh…enak…mas…auw …” demikian ucapnya tiada henti seiring dengan ciuman dan jilatan lidahku pada vaginanya.
Sampai akhirnya ia menjinjitkan kakinya tinggi-tinggi dan lurus kaku, kedua tangannya mencengkram pundakku dengan keras bagaikan cakar burung elang yang menangkap mangsa dan badannya melenting bagaikan busur panah, pantatnya ditekankan ke wajahku keras-keras sambil berteriak..”Aaaakkkhhhh……” kemudian badannya melonjak-lonjak dengan pantat yang berkedut-kedut dan setelah itu badannya terjengkang kebelakang hingga hampir jatuh telentang jika tidak kutahan..

Kubangunkan dia dan kubawa ke atas sofa, kulihat matanya basah oleh air mata yang keluar akibat menahan nikmat yang teramat sangat sambil berucap terbata-bata .. ”Makasih mas…enak banget…aku sangat melayang dan terhempas kehilangan keseimbangan…” kemudian ia memeluk erat diriku sambil merasakan sisa-sisa kenikmatan yang masih datang menghampirinya.

Sementara itu Anton telah diguncang-guncang kenikmatan yang diberikan oleh istriku. Tubuh istriku sedang menduduki selangkangan Anton dan dia bergerak sangat lincah dan erotis memberikan segala kenikmatan yang ada. Buah dadanya berguncang-guncang menggairahkan akibat gerakannya yang sangat liar. Mata Anton terbeliak-beliak menahan nikmat sementara dari mulut istriku keluar teriakan-teriakan seperti orang yang sedang berolah raga dengan nafas yang tersengal-sengal.
”Hhoh…Hhohh.. ..hessshhh ….heshhh ” seiring dengan gerakan pantatnya yang maju-mundur, keatas kebawah, kekiri-kekanan dan diputar-putar.

Teriakan-teriakan istriku rupanya cepat membangkitkan kembali nafsu istri Anton untuk melanjutkan persetubuhan denganku.
Badannya berdiri diatas sofa, kedua kakinya diletakkan dikiri dan kanan pinggulku , kemudian dia berjongkok mengarahkan liang vagina yang telah basah dan licin tepat di depan kepala penisku yang sedang tegak berdiri dengan gagahnya.

”Aku akan memberikan kenikmatan yang belum pernah mas rasakan sebelumnya, percayalah..!” katanya tersenyum manis berpromosi.. Tangan mungilnya mengarahkan kepala penisku ke depan liang vaginanya, kemudian pantatnya menekan ke bawah.

Dan….blessshhh…penisku telah masuk ke liang kenikmatan istri temanku secara perlahan-lahan. Sepanjang perjalanan kepala penisku menerobos liang vagina istri temanku, kepala dan batang penisku seperti disambut dengan jilatan-jilatan beribu-ribu lidah kecil yang menjilati seluruh permukaan syaraf nikmat yang terdapat diseluruh permukaan penisku. Membuat mulutku ternganga dan mata melotot menahan nikmat yang amat sangat yang tidak pernah kualami selama bersetubuh dengan istriku. Janji istri temanku ini memang benar.
Istri temanku ini tersenyum manja melihat aku melotot dan ternganga menahan nikmat yang diberikan oleh vaginanya..

”Itu tadi baru permulaan…” katanya dilanjutkan dengan mencium bibirku penuh nafsu, kemudian secara perlahan-lahan pantatnya mulai bergerak secara teratur keatas-kebawah, kedepan-kebelamas, dan diputar-putar..
Gerakan-gerakan tersebut secara periodik terus dilakukan oleh secara konstan, memberikan kenikmatan yang sangat bagi penisku. Aku sampai mabuk kepayang dan melayang-layang didera oleh angin topan kenikmatan yang diberikan oleh vagina istri temanku yang luar biasa ini.
Sepertinya istri temanku ini merasa heran, kenapa aku belum juga mencapai puncak, padahal biasanya bila jurus yang barusan saja dia peragakan padaku dia berikan pada suaminya, maka tak menunggu banyak waktu suaminya akan sampai menuju puncak dan menjerit nikmat sambil melepaskan sperma yang deras. Sementara dirasakan olehnya bahwa penisku masih tetap tegang dan keras padahal dia melihat aku terbeliak-beliak menahan nikmat

Istriku temanku semakin ganas menggerakkan pantatnya, dan mulai memperdengarkan suara dengusan dan erangan yang memburu
”Aaah…hekhs…heks… ouh…ouh….auw…” jeritannya berulang-ulang. Dan akhirnya gerakannya sudah mulai sangat cepat dan tak teratur. Denyutan , kedutan dan jilatan lidah-lidah kecil di rongga vagina istri temanku semakin keras dan akhirnya…

”Aaaaahhh…..” istri temanku menjerit sangat keras sambil melentingkan badan dan mencakar dadaku. Vaginanya ditekan kuat-kuat ke selangmasanku sehingga penisku amblas sampai dalam sekali dan kakinya kaku dan BRUK…. dia ambruk menindih tubuhku yang sudah hampir menuju puncak tapi Istri temanku ini keburu ambruk dan terdiam sehingga orgasmeku kembali surut

”Oooh…mas…benar-benar nikmat banget… mas benar-benar hebat” katanya memujiku sambil membaringkan kepalanya di dadaku menikmati sisa-sisa orgasme.
Sementara di ruang tengah, posisi sudah berubah lagi. Anton diatas istriku sedang memompa pantatnya ke selengkangan istriku. Penisnya dengan cepat keluar-masuk vagina istriku. Tangannya seperti biasa selalu bermain dibuah dada istriku yang sangat digandrunginya. Matanya melotot seperti mau copot seolah sedang mengejar sesuatu yang akan segera dia raih.
Gerakan pinggul istriku dibawah tubuh Anton sangat cepat dan tidak teratur, teriakan-terikan istriku keluar menunjukkan bahwa dia sedang didera kenikmatan yang teramat sangat yang sebentar lagi akan menuju puncak

”Auw..auw…auw…oh…ouh……”
Dan akhirnya secara bersamaan gerakan mereka berdua sangat keras dan tak terkendali dan ….
”Aaahhh…….” teriakan Anton dan istriku berbarengan. Lalu kedua tubuh mereka menegang kaku dan akhirnya terhempas lemas dengan diakhiri dengan kedutan-kedutan pantat mereka untuk saling menekan selangmasan masing-masing. Dan diakhiri dengan menggelosornya tubuh Anton dari atas tubuh istriku kesamping tubuh istriku. Dan mereka tertidur kelelahan sambil berpelukan damai.

Sementara aku sudah mulai merangsang kembali istri Anton yang masih telungkup diatas tubuhku yang terduduk di sofa ruang tamu. Kubelai rambutnya yang indah, kukecup lembut bibirnya yang tipis dan matanya yang indah lalu kembali mengulum dan menghisap-hisap bibir istri temanku dengan penuh nafsu. Dia membuka matanya dan membalas ciumanku dengan tak kalah ganasnya. Tanganku kembali mempermainkan buahdada indah milik istri temanku. Perlahan-lahan kembali pantatnya bergerak mengucek penisku yang masih berada didalam vaginanya. Tetapi nampaknya gerakan pantatnya masih kurasakan lemah, karena mungkin masih lelah karena telah dua kali merasakan puncak orgasme yang sangat hebat yang menguras banyak energinya. Akhirnya kupegangi pantatnya, kemudian aku berdiri dari dudukku sehingga posisi saat ini menjadi aku yang sedang memangku istri temanku yang mungil dan menggairahkan. Kedua kakinya dia ikatkan ke pinggangku dan kedua tangannya merangkul tengkukku sebagai gantungan, sementara selangmasannya menekan keras selangmasanku sehingga penisku menusuk vaginanya hingga ke pangkalnya.

”Ouhh…. nikmatnya…” erangku.
”Ouhmmh… mas…. aku juga enak….euh….” sahutnya sambil mendekapku seperti orang yang sedang memanjat pohon kelapa.
Kemudian aku mulai melonjak-lonjakan tubuhnya dengan melurus-luruskan kakiku. Istri temankupun ikut melonjak-lonjakan tubuhnya sehingga persetubuhan yang kulakukan sangat berat dan melelahkan namun juga sangat nikmat sehingga erangan kenikmatan kami saling bersahutan…
”Ouh….ouh….” erangannya
”Euh….hek….hek hsssttt..” Keluhku
Lututku semakin kurasakan leklok. Akhirnya kupangku istri temanku ini memepet kan punggungnya ke dinding ruang tamu dan kakinya aku turunkan sehingga kakinya terjinjit tertahan vagina yang diganjal oleh penisku yang sangat tegang. Bebanku berkurang dan pantatku dapat bergerak bebas untuk maju-mundur mengocok penisku didalam vagina dengan beribu-ribu lidah kecil yang terus menerus menjilati seluruh permukaan penisku disertai dengan kedutan dinding yang memijit-mijit nikmat penisku. Kenikmatan ini semakin tak terlukiskan dan akupun tanpa sadar terus-menerus mendengus dan melenguh menahan nikmat

”Ouh…heh…heh……ouh….hekss…” dengusku keras.

Tiba-tiba gerakan pantat istri temanku ini semakin liar dan dia mulai menjerit-jerit kembali…”Auw…auw…auw…ohhhh….hoh…..hoh….hhhssstttt… ”

Dan akhirnya ”Aaaahhhhh…” Istri temanku kembali menjerit panjang badannya melenting kaku.. giginya menggigit dadaku dan tangannya mencakar punggungku.
Beberapa detik kemudian kembali pantatnya berkedut-kedut dan vaginanya berkontraksi sangat hebat memijit-mijit batang penisku dengan ketat..
”Oohhh…….” aku melenguh menahan nikmat. Sejurus kemudian badannya lemas tak berdaya hampir mengelosor jatuh terduduk jika tak ditahan oleh pelukanku
”Ouhh…hssss makasih mas… kenikmatan orgasme ini benar-benar melelahkanku…” katanya lemah ….
Aku bimbing kembali istri temanku ke sofa dan kubaringkan. Badannya sudah sangat basah kuyup oleh keringat. Benar-benar suatu persetubuhan yang sangat luar biasa menguras tenaga…Aku biarkan dia terbaring beberapa saat sambil kubelai-belai rambutnya yang indah. Aku tak bosan-bosan menikmati keindahan tubuh mungil istri temanku ini. Rupanya istri temanku ini merupakan tipe wanita penikmat sex, karena walaupun telah beberapa kali meraih orgasme yang hebatpun gairahnya cepat kembali bangkit untuk meraih kepuasan orgasme berikutnya., ditambah lagi keistimewaan kedutan vagina miliknya yang bagaikan memiliki ribuah lidah kecil yang selalu menjilat dan memeras penis yang menjelajahinya.

Kuarahkan dia agar kepalanya berbantalkan pegangan tangan sofa, kemudian kaki kanannya kuturankan kelantai dan kaki kiri terlipat di atas sofa, sehingga posisi istri temanku sekarang menjadi nungging dengan kaki kanan menahan di lantai dan dengkul kaki kiri menahan di sofa. Kemudian kedekati pantat seksi yang menggairahkanku ini.

Kuarahkan penis tegangku ke vagina istriku dari belamas, kemudian blesss…. kembali batang penisku merasakan jepitan liang vagina yang memiliki ribuan lidah menjilat ini..
”Ouhh…ouhh,…..” keluhku dan erangan istri temanku berbarengan.
Aku memulai mengocok penisku ke vagina istri temanku. Ku maju mundurkan pantatku hingga menekan pantatnya sehingga terdengar suara yang keras akibat tumbukan antara selangmasanku dan pantat istri temanku. Plok…plok…plok

Gerakanku mulai cepat-cepat tapi tetap teratur disertai dengan tolakan yang kejang-kejang. Hingga akhirnya pinggul istri temanku bergerak-gerak liar sehinga bunyi benturan itu semakin keras.
PLOK…PLOK…PLOK

Dan akhirnya kembali dia menjerit dan melenguh keras…

”Aaakhhh….” jerit istri temanku ini…

”Hhhooohhhhh…..” dengus napasku. Tubuhnya kaku beberapa saat dan kemudian terjadi kontraksi pada vaginanya dengan berkedut-kedut beberapa kali sangat keras.
Lalu…BRUKK… kami jatuh telungkup di atas sofa
”Ouhh… kenapa selalu enak begini, mas..? ” pertanyaan yang tak perlu dijawab dilontarkan lemah oleh mulutnya ..

Tapi saat ini aku tidak akan membiarkannya lama-lama beristirahat karena kurasakan orgasme bagi diriku sudah sangat dekat karena mataku sudah berkunang-kunang dan perasaan sudah tak menentu. Kemudian kubalikkan badannya dan langsung menindih badannya kurahkan venisku ke liang vaginanya yang sudah sangat banjir dan kemerahan dan …

Blesss… kembali kurasakan liang vagina dengan ribuan lidah menjilat ini. Aku mulai memompakan pantatku mengocok dan mengaduk-ngaduk vagina istri temanku dengan penisku. Gairah istri temanku ini kembali meninggi dan dia mulai mengeluh dan mengerang menahan nikmat..
Erangan istri temanku semakin keras…”Euh..euh..”
Dan tiba-tiba gerakan pantatnya menjadi liar dan cepat. Erangannyapun telah berubah menjadi teriakan-teriakan yang merangsang

“Aaah…aahhh…aaahhh” Dan diakhiri dengan jeritan panjang melepas nikmat “AAAaaaaahhhhhh…..” Tubuhnya kaku, badannya melenting dan vagina berkonstraksi sangat hebat membuat penisku tidak mampu bertahan. Dan aku pun menjerit melepaskan beban nikmat “Aahhhh…”
Tubuhku tegang, pantatku kutekan dalam-dalam dan.. cret…cret…cret spermaku terpancar sangat deras dan kental menyemprot dinding vagina istri temanku yang sedang berkonstraksi. Akhirnyanya tubuh kami pun berkedut-kedut menghabiskan sisa-sisa kenikmatan yang masih bisa terasakan. Kemudian…Bruk…. kali ini ..tubuhku benar-benar ambruk menindih tubuh mungil istri temanku, tapi aku gelosorkan kesamping tubuhnya, kemudian aku memeluknya sambil mata terpejam menikmati sisa-sisa orgasme yang sangat luar biasa… dan tanpa sadar kamipun tertidur.

Dini hari aku dan istri temanku terbangun karena terganggu oleh erangan dan jeritan-jeritan nikmat yang keluar dari mulut Anton dan istriku. Rupanya Anton dan istriku kembali mengayuh berahi menggapai nikmat membuat aku dan terutama istri Anton menjadi terangsang kembali. Aku merangsang gairah istri Anton dengan cara menciumi leher, dada dan akhirnya menjilati, mengulum dan menghisap puting susu istri Anton yang sudah menonjol keras, Istri Anton hanya mengerang nikmat mendapat rangsangan dariku dan akhirnya kubisikan agar pindah ke ruangan dimana suaminya dan istriku sedang menagyuh nikmat, Istri Anton memandangku sejenak, namun akhirnya mengangguk dan secara bersamaan kami berdiri dan berjalan beriringan menuju ruang tengah dengan telanjang bulat. Aku dan istri Anton semakin terangsang, begitu masuk ke ruang tengah kami lihat istriku dan Anton sedang bersetubuh dengan nafsu yang bergelora, kulihat

Anton begitu semangat mengayunkan pantatnya agar batang penisnya mengaduk-ngaduk liang vagina istriku, tangan Anton tak henti-hentinya meremas-remas buah dada istriku yang montok. Sementara itu, kepala istriku tergeleng-geleng ke kiri dan kekanan menikmati genjotan Anton sambil terus menerus mengerang nikmat, pantat istriku bergerak lincah menyambut setiap helaan pantat Anton.

Anton dan istriku yang sedang seru mengayuh nikmat hanya menoleh selintas padaku dan istri Anton ketika kami datang dan mengambil posisi disamping mereka, kemudian tanpa mempedulikan kehadiran kami mereka melanjutkan pergulatan mereka merengkuh nikmat disertai dengan suara erangan dan keluhan nikmat yang bersahutan.Aku dan istri Anton pun tidak mempedulikan kondisi mereka. Kami mulai bercumbu mengayuh nikmat yang jauh lebih seru dan lebih panas dibanding tadi, karena saat ini kami dapat melakukan dengan bebas karena kami lakukan di atas karpet yang luas.

Geliat tubuh istri Anton semakin liar dan ganas seperti mendapat tambahan tenaga baru ketika dia lihat disampingnya suaminya dengan liar dan ganas sedang menghentak-hentakan pinggulnya dia atas tubuh istriku
Dengan tiada lelah Aku terus memberikan kenikmatan yang sensasional pada istri Anton dengan cara dan variasi yang berbeda-beda. Demikian pula nampaknya dengan istri Anton, Dia mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk memberikan kenikmatan yang dalam beberapa hal belum pernah kudapatkan dari istriku.
Entah berapa puluh kali istri temanku ini mengalami orgasme dan entah berapa ronde kami melakukan pertarungan yang sangat melelahkan dan menguras banyak tenaga. Pertarunganku dan istri Anton baru selesai ketika kokok ayam jago terdengar, sementara Anton dan istriku sudah cukup lama tertidur kelelahan setelah mereka selesai melakukan pertarungan babak kedua dini hari tadi..

Akibat kejadian semalam, keakraban kami menjadi sangat lain, orang lain akan bingung bila meperhatikan kemesraan kami, bingung untuk menentukan mana yang merupakan pasangan suami istri. Sebab aku menjadi sangat mesra dengan istriku dan istri Anton, demikian juga dengan Anton menjadi sangat mesra terhadap istrinya dan istriku.

Sejak saat itu sering kali aku pulang siang-siang bukan ke rumahku tapi ke rumah Anton dan bersetubuh dengan istrinya Anton. Demikian pula dengan Anton sering kali siang-siang ke rumahku dan bersetubuh dengan istriku. Pernah beberapa kali aku memergoki Anton sedang bergulat meraih nikmat di atas tubuh seksi istriku. Aku tidak marah tapi langsung aja kubilang akan kerumah Anton. Mereka maklum dan terus melanjutkan pergulatan yang sempat terganggu atas kedatanganku.

Kejadian hari ini adalah pengalaman pertama yang tak terlupakan, dimana kami main berempat. Dan sejak saat itu seolah-olah telah diresmikan oleh kami berempat, aku boleh meniduri istrinya kapan saja aku mau dan akupun merelakan istriku digaulinya kapankun dia mau.

Sampai saat ini status perkawinan kami tidak tergannggu. Aku dan istriku tetap saling mencinta demikian juga dengan Anton dan istrinya. Dan kami tetap melakukan hubungan suami istri dengan pasangan perkawinan masing-masing. Hanya saja sampai saat ini kami belum pernah melakukan keroyokan. Dan nampaknya tidak akan pernah kami lakukan. Tetapi kalau menukar pasangan ditengah permainan beberapa kali pernah kami lakukan. Pada saat kami melakukan acara kumpul bersama.

END
»»   Readmore...
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Tambahkan Suka Anda !

 
Copyright 2012 Cerita Dewasa Jingga
Carbon 12 Blogger Bits Supported by Blogger