Ngentot Dengan Pegawai Pamanku Bahenol - Kejadiannya kira-kira dua minggu yang lalu. Hari Minggu itu keluarga paman yang terdiri dari paman, bibi dan ketiga anak laki-lakinya yang masih remaja mengajakku pergi ke suatu kota kecil dekat Malang, yaitu Batu. Daerah itu terkenal karena buah apelnya dan hawanya cukup dingin. Kami berenam naik mobil Panther kesayangan saya. Perjalanan kami saat itu cukup menyenangkan. Kami ngobrol kesana kesini tentang keadaan kota kecil yang akan kami datangi. Sama sekali tidak terpikirkan oleh saya bahwa mobil Panther yang saya kendarai itu bakal membuat masalah. Dan benar saja, sepuluh menit sebelum kami tiba di Batu, mobil itu mogok. Paman dan anak-anaknya berusaha mendorong dari belakang dengan sekuat tenaga. Sementara Bibi duduk dalam mobil itu dengan raut wajah cemas.
Seperempat jam mobil itu belum juga dapat dinyalakan mesinnya. Walaupun dibantu oleh beberapa orang tukang becak, namun si Panther masih juga mogok. Akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke bengkel yang tidak jauh dari tempat itu. Sementara itu keluarga Paman akhirnya pulang kembali ke Malang dengan naik angkutan umum yang lewat di sana.
Mobil yang dipaksa didorong itu akhirnya sampai juga di depan bengkel. Bengkel itu disebut BENGKEL TIARA oleh penduduk setempat, menurut mereka TIARA itu singkatan dari TIDAK ADA PRIA. Setelah kuperhatikan, ternyata semua montirnya, walau berseragam montir yang berlepotan oli, adalah para wanita muda yang cantik dan ****** Mereka terlihat ramah dan senang diajak ngobrol. Kasirnya juga seorang wanita. Jadi sama sekali tidak ada pegawai pria di sana. Hebat juga ya? Melihat kenyataan itu, pikiran isengku muncul.
Kebetulan mobil Pantherku mereka tarik ke ruang dalam bengkel yang sunyi senyap dan tertutup. Dua orang montir cantik ditugaskan untuk menangani mobil itu. Saat mereka tengah memeriksa bagian depan mobil Panther tempat mesinnya berada, dengan sengaja kujulurkan kedua tanganku ke arah pantat mereka. Mereka sedang berdiri menunduk untuk memeriksa mesin mobil. Perlahan kuraba pantat mereka dengan pelan. Tidak ada reaksi. Karena kelihatannya mereka tidak keberatan, lalu kuremas-remas pantat mereka berdua. Nah kali ini mereka menoleh.
“Mas… tangan Mas nakal deh… kalo mau yang lebih enak, tunggu ya. Begitu kami selesai menservis mobil ini, pasti yang punya mobil akan kami servis juga. Jangan kuatir deh.., kami ahlinya dalam menservis dua-duanya. Ha-ha-ha-ha…” ujar salah seorang montir cantik yang belakangan kuketahui bernama Gita sambil tersenyum genit.
Aku kaget bukan kepalang. Nah ini dia yang kucari. Jarang lho ada bengkel seperti ini. Ternyata apa yang dijanjikan Gita ditepati mereka berdua. Saat itu juga aku diajak ke lantai atas di sebuah rumah di belakang bengkel besar itu. Di sana ada beberapa kamar yang dilengkapi dengan perlengkapan tidur dan perlengkapan mandi yang serba moderen. Begitu mewah dan mentereng tempatnya. Jauh sekali perbedaannya bila dibandingkan dengan bengkel di depannya.
Kedua cewek montir tadi (seorang lagi bernama Tutut), saat aku terperangah menatap ruangan kamar itu, tiba-tiba entah dari mana muncul dengan hanya mengenakan pakaian minim. Alamaak..! Hanya BH dan celana dalam tembus pandang yang menutupi tubuh seksi mereka. Aku tidak menyangka bahwa tubuh mereka yang tadinya terbungkus seragam montir berwarna biru muda, begitu sexy dan montok. Buah dada mereka saja begitu besar. Gita kelihatannya berpayudara 36B, dan Tutut pasti 38. BH yang menutupinya seperti tidak muat. Langsung saja si penis andalanku mulai mengeras. Tanpa menunggu waktu lagi, aku segera membuka pakaianku.
Setelah hampir semua baju dan celanaku terlepas, keduanya tanpa banyak bicara mendorongku supaya jatuh telentang di atas tempat tidur. Aku pun diserbu. Saat itu hanya tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhku. Gita dengan ganasnya langsung menyerang bibir dan mulutku. Ciuman dan permainan lidahnya begitu menggebu-gebu, hampir saja aku tidak dapat bernafas dibuatnya. Tutut pun tidak kalah ganasnya. Tangannya langsung meraba-raba senjataku dari luar celana dalamku. Pelan tapi pasti rabaan dan remasannya itu membuatku menggelinjang hebat. Ia pun menjilati bagian penisku itu, terutama di bagian kepalanya.
Lalu dengan inisiatifnya sendiri, Tutut menurunkan celana dalamku. Maka si kecil pun langsung mencuat keluar, keras, tegak, dan besar. Tangan Gita langsung mengocok-ngocok penisku. Sementara Gita mulai terus menjilati buah zakar dan terus ke bagian pangkal penisku. Memang penisku tergolong besar dibandingkan ukuran rata-rata penis orang Indonesia, panjang 24 cm dan diameter 8 cm.
Kedua cewek montir itu sekarang bergantian menjilati, mengocok dan mengulum penisku seperti orang kelaparan. Aku sih senang-senang saja diperlakukan seperti itu. Sementara itu dengan leluasa kedua tanganku bergegas membuka pengait bra mereka berdua. Setelah penutup payudara mereka terbuka, tanganku mulai sibuk meremas-remas kedua gunung kembar mereka.
Beberapa menit kemudian, Tutut mulai membuka celana dalamnya. Lalu ia mengarahkan vaginanya ke mulutku. Oh aku mengerti. Kini gantian aku yang harus menghisap bagian liang kewanitaannya. Seumur hidupku sebenarnya aku belum pernah melakukannya. Aku takut karena baunya yang tidak sedap. Ternyata perkiraanku salah. Saat kuendus baunya, ternyata vagina si Tutut terasa amat wangi. Karena baunya menyenangkan, aku pun menjulurkan lidahku ke liang kemaluannya. Lidahku berputar-putar masuk keluar di sekitar vaginanya.
Sementara itu, Gita masih terus mengulum dan mengisap penisku. Kemudian tanpa dikomando, ia pun melepaskan CD-nya dan langsung duduk di atas perutku. Dengan lembut tangan kirinya meraih penis tegakku lalu pelan-pelan dimasukkannya ke dalam liang senggamanya.
“Bless… bless… bless..!” terdengar suara kulit penisku bergesekan dengan kulit vaginanya saat ia mulai turun naik di atas tubuhku.
Aku jadi merem melek dibuatnya. Kenikmatan yang luar biasa. Ia juga terlihat terangsang berat. Tangan kanannya memegang payudara kanannya sementara matanya terpejam dan lidahnya seperti bergerak keluar masuk dan memutar. Dari mulutnya terdengar suara erangan seorang wanita yang sedang dilanda kenikmatan hebat.
Rupanya si Tutut tidak mau kalah atau tidak dapat bagian. Ia mendekati Gita yang sedang bergerak dengan asyiknya di atas perutku. Gita pun mengerti. Ia turun dari perutku dan menyerahkan penisku kepada Tutut. Dengan raut wajah terlihat senang, Tutut pun duduk di atas penisku. Yang lebih gilanya lagi, gerakannya bukan saja naik-turun atau memutar, tapi maju mundur. Wah.., aku jadi tambah terangsang nih jadinya. Dengan sengaja aku bangkit. Lalu kucium dan kuemut payudara kembarnya itu.
Dua puluh menit berlalu, tapi ‘pertempuran’ 2 in 1 ini belum juga akan berakhir. Setelah Tutut puas, aku segera menyuruh keduanya untuk berjongkok. Aku akan menyetubuhi mereka dengan gaya doggy style. Konon gaya inilah yang paling disukai oleh para montir wanita yang biasa bekerja di bengkel-bengkel mobil bila ngeseks. Aku mengarahkan penisku pertama-tama ke liang kenikmatan Gita dan tanpa ampun lagi penis itu masuk seluruhnya.
“Bless! Jeb! Jeb..!”
Kepala Gita terlihat naik turun seirama dengan tusukanku yang maju mundur.
Tiba-tiba saja Gita memegang bagian kepala ranjang dengan kuatnya.
“Uh..! Uh..! Uh..! Aku mau keluar, Mas..!” erangnya dengan suara tertahan.
Rupanya ia orgasme. Lalu aku pun mencabut penisku yang basah oleh cairan kemaluannya Gita dan kumasukkan ke vagina Tutut. Perlu kalian tahu, vagina Tutut ternyata lebih liat dan agak sulit ditembus dibanding punyanya Gita. Mungkin Tutut jarang ngeseks, walau aku yakin betul kedua-duanya jelas-jelas sudah tidak perawan lagi.
Begitu penisku amblas ke dalam vagina Tutut, penisku seperti disedot dan diputar. Sambil memegang pantat Tutut yang amat besar dan putih mulus, aku terus saja maju mundur menyerang lubang kenikmatan Tutut dari belakang. Hampir saja aku ejakulasi dari tadi. Untung saja aku dapat menahannya. Aku tidak mau kalah duluan. Sepuluh menit berlalu, tapi Tutut belum juga orgasme. Maka kubaringkan dia sekali lagi, dan aku akan menusuk vaginanya dengan gaya konvensional. Seperti biasa, ia berada di bawahku dan kedua kakinya menjepit punggungku. Aku dapat naik turun di atas tubuhnya dengan posisi seperti segitiga siku-siku. Matanya merem melek merasakan kedahsyatan penis ajaibku.
Permainanku diimbangi dengan usahaku untuk mengulum puting payudaranya yang besar dan kenyal. Ternyata dengan mengulum payudara itu, spaningku semakin naik. Penisku terasa semakin membesar di dalam kemaluannya Tutut. Dan tiba-tiba.., sesuatu sepertinya akan lepas dari tubuhku.
“Crot..! Crot..! Crot..!” aku mengalami ejakulasi luar dahsyatnya.
Sebanyak dua belas kali semprotan maniku berhamburan di dalam vaginanya Tutut. Aku pun lemas di atas tubuhnya.
Saat aku sudah tertidur di atas kasur empuk itu, tanpa setahuku Tutut dan Gita cepat-cepat mengenakan pakaiannya kembali dan kemudian pergi entah ke mana. Lalu kudengar langkah seorang pria berjalan masuk ke kamar itu. Ia mendekati ranjang dan membangunkanku.
“Van.., bangun, Van..!” tangannya yang kekar terasa menggoyangkan punggungku yang telanjang.
Saat aku membuka mata, ternyata Paman!
“Lho, Paman.., bukankah Paman tadi udah pulang bersama Bibi dan adik-adik..?”
Ia menjawab sambil mengganggukkan kepala, “Benar, Ivan… kedua wanita tadi adalah pegawai-pegawai Paman sebenarnya… Mereka berdua Paman suruh men’servis’ kamu karena Paman dan Bibi tidak sempat memberimu hadiah ultahmu ke 28 bulan yang lalu, jadi itu hadiahnya. Dan mengenai mobil Panther itu, Paman sengaja mengotak-atik kabel mesinnya, lalu kuajarkan si Sri Hadiyanti dan Regita Cahyani itu untuk membetulkannya. Anggap aja kejutan ya, Van… tapi kamu puas kan atas pelayanan mereka berdua? Jangan kuatir.., selama kau berada di sini, Paman mempersilakan kamu mengencani mereka sampai kamu bosan. Kebetulan kan tiap hari mereka masuk kerja. He-he-he-he…”
Wah.., pengalaman tidak terlupakan nih! Memang sejak itu, selama 15 hari aku berada di Malang dalam rangka libur semesteran kuliahku di Amerika, aku sepertinya tidak bosan-bosan melayani kencan seks kedua gadis seksi itu. Setiap kali kami selesai melakukannya, Gita selalu berkata, “Mas Ivan… kami belum pernah merasakan penis yang begitu hebat dan perkasa menerobos vagina kami.., biasanya kalo tamu Pamanmu, mereka baru 1 menit udah KO! Tapi kau kuat sekali… bisa sampai dua setengah jam… minum apa sih, Mas..?” Setiap kali ditanya begitu, aku hanya tersenyum simpul dan menjawab, “Ada deh…” Keduanya menatap keheranan.
2,,,,,,,,,,,
Cerita Dewasa – Sex Akibat Bolos Kuliah Emang Nikmat
Cerita dewasa seks ini adalah sebuah cerita sex kiriman dari beberapa penggemar website ini yang menceritakan cerita seks dewasa nya kepada kami. Pengen tahu lebih lanjut ceritanya gimana ? Yuk kita simak bareng-bareng aja pengalaman sex yang bakalan ada di website ceritadewasaseks.org ini. Ini merupakan cerita sex dan cerita dewasa yang merupakan pengalaman dari berbagai orang yang kita tulis kembali di situs cerita dewasa seks ini. Ya udah gag usah panjang lebar lagi kita simak saja bagaimana cerita dewasa kali ini.
Kenalkan, namaku Tama. Aku adalah seorang mahasiwa tingkat 3 di sebuah perguruan negeri tinggi di Kota Bandung. Postur tubuhku biasa saja, tinggi 173 cm dengan berat 62 kg, namun karena aku ramah, lumayan pintar, serta lumayan kaya maka aku cukup terkenal di kalangan adik maupun kakak kelas jurusanku.
Pagi itu aku tergesa – gesa memarkir Honda Accordku di parkiran kampus. Setengah berlari aku menuju ke gedung kuliah yang berada sekitar 400 m dari parkiran tersebut, sambil mataku melirik ke jam tangan Albaku yang telah menunjukkan pukul 8.06. Shit..! Kalau saja tadi malam aku tidak nekat menonton pertandingan bola tim favoritku (Chelsea) sampai pukul 2 larut malam pasti aku tidak akan terlambat seperti ini.
“Kalau saja pagi ini bukan Pak Noel yang mengajar, tentu saja aku masih berjalan santai menuju ruang kuliah. Ya, Pak Noel yang berusia sekitar 40 tahunan memang sangat keras dalam urusan disiplin, terlambat sepuluh menit saja pastilah pintu ruangan kuliah akan dikuncinya. Kesempatan “titip absen” pun nyaris tidak ada karena ia hampir selalu mengecek daftar peserta hadir. Parahnya lagi, kehadiran minimal 90% adalah salah satu prasyarat untuk dapat lulus dari mata kuliah ajarannya.”
Tersentak dari lamunanku, ternyata tanpa sadar aku sudah berada di gedung kuliah, namun tidak berarti kesulitanku terhenti sampai disini. Ruanganku berada di lantai 6, sedangkan pintu lift yang sedari tadi kutunggu tak kunjung terbuka.
Mendadak, dari belakang terdengar suara merdu menyapaku. “Hai Tama..!” Akupun menoleh, ternyata yang menyapaku adalah adik angkatanku yang bernama Dwi. “Hai juga” jawabku sambil lalu karena masih dalam keadaan panik. “Kerah baju kamu terlipat tuh” kata Dwi. Sadar, aku lalu membenarkan posisi kerah kemeja putihku serta tak lupa mengecek kerapihan celana jeansku. “Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti kamu buru – buru ya?” kata Dwi lagi. “Iya nih, biasa Pak Noel” jawabku. “Mmh” Dwi hanya menggumam.
Setelah pintu lift terbuka akupun masuk ke dalam lift. Ternyata Dwi juga melakukan hal yang sama. Didalam lift suasananya sunyi hanya ada kami berdua, mataku iseng memandangi tubuh Dwi. Ternyata hari itu ia tampil sangat cantik. Tubuh putih mulusnya setinggi 167 cm itu dibalut baju kaos Gucci pink yang ketat, memperlihatkan branya yang berwarna hitam menerawang dari balik bajunya. Sepertinya ukuran payudaranya cukup besar, mungkin 34D. Ia juga mengenakan celana blue jeans Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu terurai dengan indahnya. Wangi parfum yang kutebak merupakan merk Kenzo Intense memenuhi udara dalam lift, sekaligus seperti beradu dengan parfum Boss In Motion milikku. Hmm pikirku, pantas saja Dwi sangat diincar oleh seluruh cowo di jurusanku, karena selain ia masih single tubuhnya juga sangat proporsional. Lebih daripada itu prestasi akademiknya juga cukup cemerlang. Namun jujur diriku hanya menganggap Dwi sebagai teman belaka. Mungkin hal itu dikarenakan aku baru saja putus dengan pacarku dengan cara yang kurang baik, sehingga aku masih trauma untuk mencari pacar baru.
Tiba – tiba pintu lift membuka di lantai 4. Dwi turun sambil menyunggingkan senyumnya kepadaku. Akupun membalas senyumannya. Lewat pintu lift yang sedang menutup aku sempat melihat Dwi masuk ke sebuah ruang studio di lantai 4 tersebut. Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya keadaannya kosong. Aku juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Hehehe…
Setelah itu lift pun tertutup dan membawaku ke lantai 6, tempat ruang kuliahku berada. Segera setelah sampai di pintu depan ruang kuliahku seharusnya berada, aku tercengang karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi “kuliah Pak Noel ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen”
Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja kalau pulang lagi ke kostan aku malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu, aku tiba – tiba saja teringat akan Dwi. Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4 sambil berharap kalau Dwi masih ada disana.
Sesampainya di lantai 4 ruang studio, aku tidak tahu apa Dwi masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan ditutupi tirai. Akupun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana ada Dwi yang sedang duduk disalah satu sofa didepan meja ketik menoleh ke arahku, tersenyum dan bertanya “Hai Tama, ngga jadi kuliah?” “Kuliahnya diundur” jawabku singkat. Iapun kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Aku memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suaraku, suara Dwi, dan suara AC yang bekerja. Secara tidak sadar aku mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Dwi. Maklum, namanya juga cowo, huehehe…
Penasaran, aku segera mendekati Dwi. “Hi Dwi, lagi ngapain sendirian disini?” “Oh, ini lagi ngerjain tugas. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi.” “Eh, kebetulan ada Tama, udah pernah ngambil kuliah ini kan?” Tanya Dwi sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya. Aku mengangguk singkat. “Bisa ajarin Dwi ngga caranya, Dwi dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?” pinta Dwi. Akupun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut. Daripada aku bengong, pikirku. Mulanya saat kuajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun telah selesai.
“Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih banget ya Tama, udah ngerepotin kamu.” Kata Dwi ramah. Iapun menutup laptop Toshibanya dan mengemasnya. “Apa sih yang ngga buat cewe tercantik di jurusan ini” kataku sekedar iseng menggoda. Dwi pun malu bercampur gemas mendengar perkataanku, dan secara tiba – tiba ia berdiri sambil berusaha menggelitiki pinggangku. Aku yang refleksnya memang sudah terlatih dari olahraga karate yang kutekuni selama ini pun dapat menghindar, dan secara tidak sengaja tubuhnya malah kehilangan keseimbangan serta pahanya mendarat menduduki pahaku yang masih duduk. Secara tidak sengaja tangan kanannya yang tadinya ingin menggelitikiku menyentuh kemaluanku. Spontan, adik kecilku pun bangun. “Iih, Tama kok itunya tegang sih?” kata Dwi sambil membenarkan posisi tangannya. “Sori ya” kataku lirih. Kami pun jadi salah tingkah, selama beberapa saat kami hanya saling bertatapan mata sambil ia tetap duduk di pangkuanku.
Melihat mukanya yang cantik, bibirnya yang dipoles lip gloss berwarna pink, serta matanya yang bulat indah membuatku benar – benar menyadari kecantikannya. Ia pun hanya terus menatap dan tersenyum kearahku. Entah siapa yang memulai, tiba – tiba kami sudah saling berciuman mulut. Ternyata ia seorang pencium yang hebat, aku yang sudah berpengalamanpun dibuatnya kewalahan. Harum tubuhnya makin membuatku horny dan membuatku ingin menyetubuhinya.
Seolah mengetahui keinginanku, Dwi pun merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di atas pahaku dengan posisi berhadapan, daerah vaginanya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan penisku yang juga masih berada didalam celanaku dengan nikmatnya. Bagian dadanya pun seakan menantang untuk dicium, hanya berjarak 10 cm dari wajahku. Kami berciuman kembali sambil tanganku melingkar kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan dadaku yang bidang. “mmhh.. mmmhh..” hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, akupun mengangkat tubuh Dwi sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. Akupun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas – remas gundukan payudaranya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi tanganku. “Aaah, Tama…” Erangannya yang manja makin membuatku bergairah. Kubuka kaos serta branya sehingga Dwi pun sekarang telanjang dada. Akupun terbelalak melihat kecantikan payudaranya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang. “Tama…” katanya sambil menekan kepalaku kearah payudaranya. Akupun tidak menyia – nyiakan kesempatan baik itu. Tangankupun meremas, menjilat, dan mencium kedua belah payudaranya. Kadang bibirku mengulum putting payudaranya. Kadang bongkahan payudaranya kumasukkan sebesar mungkin kedalam mulutku seolah aku ingin menelannya, dan itu membuat badan Dwi menggelinjang. “Aaahh… SShhh…” aku mendongak keatas dan melihat Dwi sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan erangan menikmati permainan bibirku di payudaranya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan ia semakin bernafsu akan “pekerjaanku” di dadanya.
Puas menyusu, akupun menurunkan ciumanku kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu. Lalu ciumanku makin mengalir turun ke arah selangkangannya. Akupun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan itu, namun itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan vaginanya yang begitu gemuk dari pandanganku. Akupun mendekatkan hidungku ke arah vaginanya, tercium wangi khas yang sangat harum. Ternyata Dwi sangat pintar dalam menjaga bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diriku dapat merasakan miliknya Dwi.
Akupun mulai menyentuh bagian depan celana dalamnya itu. Basah. Ternyata Dwi memang sudah horny karena servisku. Jujur saja aku merasa deg – degan karena selama ini aku belum pernah melakukan seks dengan kedelapan mantan pacarku, paling hanya sampai taraf oral seks. Jadi ini boleh dibilang pengalaman pertamaku. Dengan ragu – ragu akupun menjilati celana dalamnya yang basah tersebut. “Mmhhh… Ooggghh…” Dwi mengerang menikmati jilatanku. Ternyata rasa cairan kewanitaan Dwi gurih, sedikit asin namun enak menurutku. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya makin banyak meleleh.
“Buka aja celana dalamku” kata Dwi. Mendengar restu tersebut akupun menurunkan celana dalamnya sehingga sekarang Dwi benar – benar bugil, sedangkan aku masih berpakaian lengkap. Benar – benar pemandangan yang indah. Vaginanya terpampang jelas di depan mataku, berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi. Bagai orang kelaparan, akupun segera melahap vaginanya, menjilati bibir vaginanya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari telunjukku ke dalamnya. Berhasil..! Aku menemukan G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Dwi terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini. “Emmh, please don’t stop” kata Dwi dengan mata terpejam. “OOuucchh…” Rintih Dwi di telingaku sambil matanya berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari tubuhnya.”Ssshhh…Ahhh”, balasku merasakan nikmatnya vagina Dwi yang makin basah. Sambil terus meremas dada besarnya yang mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong kepalaku, seolah menginginkanku untuk menjilati vaginanya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepalaku. Tak lama kemudian, “Uuuhhh.. Dwi mau ke… lu… ar…” seiring erangannya vaginanya pun tiba – tiba membanjiri mulutku mengeluarkan cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun terasa lebih gurih dan hangat. Akupun tidak menyia – nyiakannya dan langsung meminumnya sampai habis. “Slruuppp…” suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut. Nafas Dwi terdengar terengah – engah, ia menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah akupun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan cintanya sendiri.
“Mmhh, Tama… makasih ya kamu udah bikin Dwi keluar.” “kamu malah belum buka baju sama sekali, curang” kata Dwi. “Gantian sini.” Setelah berkata lalu Dwi mendorong tubuhku sehingga aku duduk diatas sofa. Iapun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana dalamku. Iapun kaget melihat batang penisku yang berukuran cukup “wah.” Panjangnya sekitar 16 cm dengan diameter 5 cm. kepalanya yang seperti topi baja berwarna merah tersentuh oleh jemari Dwi yang lentik. “Tama, punya kamu gede banget…” setelah berkata maka Dwi langsung mengulum kepala penisku. Rasanya sungguh nikmat sekali. “mmh Dwi kamu nikmat banget…” kataku. Iapun menjelajahi seluruh penjuru penisku dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat dibawah penisku, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakarku. “aah… uuhh… ” hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu iapun kembali ke ujung penisku dan berusaha memasukkan penisku sepanjang – panjangnya kedalam mulutnya. Akupun mendorong kepalanya dengan kedua belah tangannya sehingga batang penisku hampir 3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil membuka bajuku sendiri aku mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti menelan penisku sebanyak 5 – 6 kali.
Puas dengan itu ia pun berdiri dan duduk membelakangiku, tangannya membimbing penisku memasuki liang kemaluannya. “Tama sayang, aku masukin ya..” kata Dwi bergairah. Lalu iapun menduduki penisku, mulanya hanya masuk 3/4nya namun lama – lama seluruh batang penisku terbenam ke dalam liang vaginanya. Aah, jadi ini yang mereka katakana kenikmatan bercinta, rasanya memang enak sekali pikirku. Iapun terus menaik – turunkan vaginanya sambil kedua tangannya bertumpu pada dadaku yang bidang. “Pak.. pak… pak.. sruut.. srutt..” bunyi paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali aku menarik tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena cupanganku.
“Dwi, ganti posisi dong” kataku. Lalu Dwi berdiri dan segera kuposisikan dirinya untuk menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang vaginanya yang memerah tampak semakin menggairahkan. Akupun segera memasukkan penisku dari belakang. “aahh, pelan – pelan sayang” kata Dwi. Akupun menggenjot tubuhnya sampai payudaranya berguncang – guncang dengan indahnya. “Aaahhkk…Tama…Ooucchhhkgg..Ermmmhhh” suara Dwi yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin banjir membuatku semakin tidak berdaya menahan pertahanan penisku. “Ooohh…yeahh ! fu*k me like that…uuhh…i’m your bitch now !” erang Dwi liar.
“Aduhh.. aahh.. gila Dwi.. enak banget!” ceracauku sambil merem-melek. “Oohh.. terus Tama.. kocok terus” Dwi terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya. “Yak.. dikit lagi.. aahh.. Tama.. udah mau” Dwi mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks. “Dwi.. Aku juga.. mau keluar.. eerrhh” geramku dengan mempercepat gerakan.
“Enak nggak Tama?” tanyanya lirih kepadaku sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mataku. “Gila.. enak banget Dwi.. terusin sayang, yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah payudaranya untuk meremas – remasnya. Sesekali tanganku memutar arah ke bagian belakang untuk meremas pantatnya yang lembut.
“uuhh.. sshh.. Dwi, aku udah ga tahan nih. Keluarin dimana?” tanyaku. “uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan” kata Dwi. Makin lama goyangan penisku makin dalam dan makin cepat.. “Masukin yang dalem dooo…ngg…”, pintanya. Akupun menambah kedalaman tusukan penisku, sampai pada beberapa saat kemudian. “aahh… Tama.. kita keluarin sekarang…” Dwi berkata sambil tiba – tiba cekikan vaginanya pada penisku terasa sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil tubuhnya bergetar. Akupun tak mampu membendung sperma pada penisku dan akhirnya kutembakkan beberapa kali ke dalam liang vaginanya. Rasa hangat memenuhi penisku, dan disaat bersamaan akupun memeluk Dwi dengan eratnya dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang bercucuran keringat menyatu, akhirnya akupun mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya. Aku menyodorkan penisku ke wajah Dwi dan ia segera mengulum serta menelan habis sperma yang masih berceceran di batang penisku. Aku menyandarkan tubuhku pada dinding ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“Dwi.. mau keluar nih..” kataku lirih sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan hisapan Dwi. “Bentar, tahan dulu Tama..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya. “Loh kok ngga dilanjutin?” tanyaku. Tanpa menjawab pertanyaanku, Dwi mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan kedua payudaranya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gundukan kembar itu membuatku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Penisku serasa diurut dengan sangat nikmatnya. Terasa kurang licin, Dwi pun melumuri payudaranya dengan liurnya sendiri. “Gila Dwi, kamu ternyata liar banget..” Dwi hanya menjawab dengan sebuah senyuman nakal.
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi. “Enak nggak Tama?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku. “Gila.. Bukan enak lagi.. Tapi enak banget Sayang.. Terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah mulutnya, dan ia langsung mengulum jariku dengan penuh nafsu. “Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.
Tak lama kemudian, “aah… Dwi aku mau keluar lagi…” setelah berkata begitu akupun menyemprotkan beberapa tetes spermaku kedalam mulutnya yang langsung ditelan habis oleh Dwi. Iapun lalu menciumku sehingga aku merasakan spermaku sendiri.
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu akupun pulang kekostan setelah mengantarkan Dwi ke kostannya menggunakan mobilku. Dialam mobil ia berkata bahwa ia sangat puas setelah bercinta denganku serta menginginkan untuk mengulanginya kapan – kapan. Akupun segera menyanggupi dan mencium mesra bibirnya. Setelah itu aku mengarahkan mobilku ke kostanku yang berada di daerah Dago. Soal kuliahnya Pak Noel, aku sudah cuek karena hari itu aku mendapatkan anugerah yang tidak terkira, yaitu bisa bercinta dengan Dwi.
Nikmatnya Bercinta Dengan Gadis ABG - Aku adalah seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di kawasan Depok jurusan sosial politik. Ayahku seorang pegawai kecil di Jakarta. Untuk menghemat biaya transportasi pun kuputuskan untuk kos saja. Aku tidak memilih kos di kawasan kos-kosan yang dekat kampus seperti teman-temanku yang lain, tapi kupilih di perkampungan yang jaraknya agak jauh dari kampus. Tentu dengan alasan biaya yang ringan dan yang kedua agar aku bisa bersosialisasi dengan masyarakat sesuai ilmu yang aku tekuni. Untuk gojak-gajik ke kampus kugunakan sepeda motor kreditanku yang aku cicil dari honor yang kuperoleh kerja sambilan sebagai guru les bahasa Inggis di pusat kursus.
Sebenarnya rumah yang kutempati amat jauh dari sebutan kos, Tidak mewah, tapi tidak juga jelek-jelek amat. Tidak besar memang tapi dibanding dengan perumahan cukup lumayanlah. Ku kontrak rumah ini dengan harga 1,5 juta setahun dengan satu kama tidur, ruang tamu, kamar tengah, dapur dan kamar mandi. Rumah itu tidak di pingir jalan, agak masuk sedikit, dan di kelilingi kebun yang agak luas. Rumah yang sederhana ini sangat ramai teutama malam hari tempat anak-anak muda berkumpul. Maklumlah aku ingin menerapkan ilmu yang aku punya untuk kemajuan kampung. Aku dipercaya kepala kampung menjadi ketua karang taruna. Awalnya banyak tantangan, maklumlah aku pendatang. Tapi dengan ilmu yang kumiliki aku bisa mendekati para pemuda di sana. Bahkan dapat membawa pemuda di sana yang tadinya arahnya tidak jelas, sekarang semakin jelas. Mereka punya kegiatan dan kesibukan yang posistif.
Kiprahku di organisasi kepemudaan yang baru enam bulan kujabat, tentu membawa konsekuensi tersendiri. Termasuk salah satu digandrungi para wanita. Maklumlah aku mahasiswa yang agak jelek-jelak amat. Dari sekian banyak wanita yang ingin menjadi pacarku, justru hatiku tertambat pada seorang gadis berusia 14 tahun dan baru duduk kelas 2 SMP. Tadinya aku tak menyangka kalau dia baru kelas 2 SMP, karena dari sosok tubuhnya yang 162cm dengan berat badan kira-kira 48kg, dada berukuran 32B. Aku menyangka dia siswi SMA kelas 2 berkulit kuning langsat, rambut hitam lurus sepunggung. Namanya Fitri. Dia dekat denganku. Orang mengetahui aku pacarnya. Padahal aku belum pernah menyatakanya cinta kepadanya. Tatapi memang hati selalu ser padanya. Fitri mempunyai kakak Irfan kelas 2 SMA anggota karang taruna dan Kurdi yang bekerja di kawasan industri, ayah pedagang di Jakarta yang pulang seminggu sekali. Ibunya ibu rumah tangga.
Pagi ini senin, seharusnya aku kuliah, tapi karena semalam ada kegiatan bazaar danberakhir sampai dini hari. Paginya, aku terlalu letih. Apalagi Fitri pagi-pai begini udah datang ke rumah.
“ Mas, bisa ga ajari aku? Ada PR bahasa inggris ni!” katanya padaku saat kubuka pintu depan karena diketuknya. Aku sempat kaget kok tumben-tumbenan dia datang dan minta diajari mejawab PR-nya. Terlebih kaget lagi saat kubuka pintu dia langsung nyelonong ke dalam rumahku sambil membawa buku dan menuju ruang tengah tempat aku belajar, aku nggak enak dengan masyarakat sekitar rumahku, dengan keadaan diri baru bangun tidur aku keluar melihat keadaan di luar. Sepi, tidak ada orang berarti aman dan tidak mengahasilkan gunjingan. Lalu aku masuk kedalam dan mengunci pintu dan menuju ke kamar mandi. Saat menuju kamar mandi, Fitri kembali bertanya.
“ Ni lo Mas PR-nya!” mengugahku untuk melihat seperti apa PR-nya.
“Oh itu, mudah itu Question tag, Non” kataku menjelaskan.
“ Ehm…!” spontan Fitri menutup hidung, “Mas bau badannya”
“Iyalah mau mandi kamu panggil” kataku sambil meninggalkanya menuju kamar mandi.
Cerita Sex - Biasa aku mandi tak terlalu lama. Selesai aku keluar menuju ke kamarku dengan tubuh dibalut handuk. Dengan langkah cepat menuju kamar sempat kulihat Fitri yang sedang pusing mengerjakan PR-nya. Dalam kamar kubuka lemari pakaian ku. Kupilih celana dalam putihku dan kukenakan sambil melepaskan handukku.
“ Mas, ini gima…..?” suara Fitri dari luar kamar saat dia membuka pintu kamaku yang tak terkunci.
“ Ah. Mas !” Fitri kaget saat membuka pintu kamarku melihatku hanya mengenakan celana dalam saja. Aku sempat kaget dan bengong ketika Fitri membalikkan tubuhnya dan menutup mukanya dengan buku. Entah setan apa yang tiba-tiba saja masuk ke benakku. Mendadak penis dalam celana dalamku bangun saat kulihat tubuh FItri dari belakang yang bediri kaku di depan pintu kamarku. Tubuh gadis beusia 14 tahun itu bak gitar spanyol. Pinggulnya yang padat berisi terbalut blues terusan biru muda dengan bawahan berempel selutut. Kuhampiri dia.
“ Da pa si, Yang?” rayuku sambil memeluk tubuhnya dari belakang dan buku yang menutup mukanya dengan buku bahasa Inggrisnya, kemudian kuturunkan dan kulihat buku itu.
“Oh soal ini, gampanglah.” kataku sambil memeluk erat tubuhnya dan melempar buku PR-nya ke lantai. Kudekap erat pinggangnya. Kubisikan kata mesra di telinganya.
“Fit, aku tahu maksudmu datang ke sini, tapi terus terang aku juga suka padamu” kataku yang menebak isi hatinya yang sebenarnya senang kepadaku. Awalnya aku ga ada rasa padanya. Bukan karena dia kurang cantik, ga dia sangat cantik. Tapi bukan itu, karena aku ketua karang taruna maka aku harus jaga wibawa di hadapan anak-anak lain baik cewek maupun cowok. Tapi saat ini rasa wibawa ga ada artinya berganti hasrat seksual yang tak terbendung. Penisku semakin menegang saat tertekan ke pinggulnya yang bahenol itu.
“Fit, maukah kamu jadi pacar saya?” tanyaku sambil membalikkan tubuhnya sehingga kami saling berhadapan. Fitri tak menjawab hanya terdiam pasrah saat tubuhnya kupeluk erat. Bahkan kedua tangan melingkar ke pinggangku. Dia agaknya sudah lupa dengan rasa malunya saat melihat tubuhnya yang hanya becelana dalam saja. Bahkan dia tak menolak saat bibirnya kukecup. Dia diam pasrah tak membalas apa pun saat bibirnya yang segar merekah kulumat dengan mesrah. Terasa olehku dadanya menganjal di dadaku dengan degup yang kecang. Matanya terpejam. Bahkan tak merasakan sama sekali saat retseleting blues biru muda yang ada punggungnya kuturunkan. Dia sudah dimabuk asmara. Ketika blues terusan itu turun diujung kakinya di lantai tak dirasakannya. Hingga kami berciuman sambil berpelukan hanya mengenakan pakaian dalam saja. Sambil berdiri kupeluk erat tubunyayang setengah telanjang di depan pintu kamarku. Dengan bibir saling berpanggutan kedua tanganku merasakan punggung Fitri yan halus dan putih bersih. Tubuh Fitri yang hanya mengenakan bra pink dan celana dalamnyapun berwarna pink dengan motif bunga tulip beukuran kecil-kecil. Inilah yang membuatku tak tahan. Mendadak libido menaik melesat. Hangat berpelukan dan berciuman seperti ini. Tangan kiriku meraba punggungnya yang putih bersih, sementara tangan kananku meremas-remas pantatnya yang terbungkus celana dalam pink yang berkain katun halus itu. Penisku semakin membengkak, seperti tak tahan berlama-lama besarang dalam celana dalamku. Ingin segera dikeluarkan. Akhirnya kuturun celana dalamku sendiri sepahaku, sehingga penisku menyembul menabrak dan melangsak memek Fitri yang masih terbungkus rapi celana dalamnya. Uh…. Oh…. Kurasakan gesekan demi gesekan antara penisku dengan celana dalamnya membuat kenikmatan tersendiri. Apalagi bhnya entah kapan kubuka, telah jatuh ke lantai dan mulutku dengan buas melumat habis kedua buah dada Fitri yang berpentil seukuran kacang tanah. Dalam keadaan berdiri ini kulakukan. Agak lama memamng dan tampaknya dengkul Fitri mulai gemetar tak tahan menopang diri yang sudah dimabuk nafsu dan akhirnya kami berdua jatuh ke springbed yang berada di belakang kami sambil tetap berpelukan. Dari ujung penisku tampaknya mulai mengeluarkan cairan. Benar-benar aku tak tahan. Dan akhirnya kutarik celana dalam kembang-kebang itu hingga lepas ke lantai. Ou …. Vagina gadis berusia empat belas tahun begitu indah. Putih bersih dan baru ditumbuhi satu dua rambut hitam. Tidak banyak ,bisa dihitung dengan jari. Hingga dengan jelas terlihat garis belahan memeknya yang dari tadi tersodok-sodok penisku, namun tak tembus juga ke dalam. Bahkan sampai kedua pahanya kulebarkan, tetap juga penis meleset, kadang ke bawah , kadang meleset kesamping. Sampai akhinya aku punya penis tak menahan cairan birahiku. Penisku meleset ke atas pusar Fitri dan sperma melesat mengenai mukanya. Cret .. membasahi perut dan memeknya. O…. benar-benar tak tahan. Menyesal benar aku belum bisa membobol gawang vagina Fitri. Tubuhkupun lunglai jatuh di atas tubuh fitri yang telanjang bulat. Kudengar napas Fitri yang menderu turun naik. Ada sekitar sepuluh menit aku tak sanggup berdiri, bahkan sempat tertidur. Sampai aku sadar Fitri mendoong tubuhku ke samping. Kemudian bangun dan mengambil tissue yang di meja belajarku kemudian melap spermaku yang menempel di tubuhnya. Di punguti satu per satu pakaiannya dan di kenakannya kembali mulai dari bh, celana dalam dan gaunnya. Kemudian lari pergi keluar dari rumahku.
“ Fit, tunggu !” teriakku beranjak dari spingbed. Tapi Fitri tetap lari keluar dan lenyap dari pintu depan tak mau mendengarkan kata-kataku apalagi menjawab. O … benar-benar saya telah mengecewakannya. Entah kaena aku tak bias memuaskanya, atau dia kecewa karena perlakuanku yang tak senonoh menurutku. Karena tak satu pun suara keluar dari mulutnya seusai hajat tadi. Yang jelas dia kecewa. Dan akupun kecewa belum bisa mendapatkan apa yang seharusnya kudapat. Dalam keadaan lemas kuambil celana dalamku lalu keloyor ke kamar mandi. Kubersihnya penisku yang basah oleh spermaku sendiri. Kukenakan celana dalamku dan beranjak ke dapur. Kubuat telur mata sapi dan nasi goreng. Pesetubuhan tadi benar-benar menguras tenaga ku. Dengan sedikit tenaga kulahap nasi goreng dan telur goreng itu di ruang tengah sambil menonton liputan siang. Maklum waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Aku yakin Fitri sudah pergi ke sekolah. Karena memang dia sekolah di siang hari hingga pulang pukul 17.00. Sedikit-demi sedikit tenagaku mulai pulih kembali. Ku ambil kaleng bir bintang dari kulkas kecilku kteguk bir itu sedikit demi sedikit hingga tenagaku pun pulih kembali.
Saat sedang asyik menonton berita, karena memang nasi gorengku sudah habis, terasa di telinggaku suara ketukan pintu dari depan rumahku. Aku beranjak dari dudukku untuk melihat ke depan. Ternyata masya Allah diluar dugaan. Fitri dengan pakaian seragam sekolah putih biru berdiri tegak di depan pintu. Memang pintu itu tak terkunci sejak dia pergi. Dan kini si cantik telah kembali lagi. Ini pun tak kusia-siakan. Kuhampiri dia dan kupeluk dia dengan erat seaakan tak mau pisah lagi seperti kedua orang yang baru bertemu setelah lama bepisah. Dia pun membalas dengan dekapan erat.
“Kenapa kamu ga berangkat ke sekolah?” bisikku basah-basih di telinganya.
“Enggak ah Mas, tanggung udah terlambat. Mas si gara-garanya!” katanya pelan. Aku tahu dia rindu dengan kejadian tadi, hingga tak konsentrasi untuk belajar di sekolah. Dia berankat dari rumah izin dengan ibunya untuk ke sekolah, tapi mendadak di tengah jalan dia malah berbelok kearah umahku. Aku sangat bersyukur.
“Lo kok Mas yang disalahkan?” kataku meledek.
“Iyalah.” Jawabnya mantap
“ Iyalah apa iya dong?” kataku sambil mengecup pipinya, sedangkan tangan kananku mengunci piintu depan yang di belakang tubuh Fitri.
“ Ah ..mas” jawabnya malu. Dan kami tak menyiakan ini. Mulut kami berpelukan. Tangan kananku meremas-remas buah dadanya yang masih berbaju putih tanpa kaos dalam sepeti anak sekolah pada umumnya, sehingga dari luar transparan bhnya terawang dari luar tubuhnya. Sedangkan tangan kiri meremas-remas pinggulnya yang tertutup rok ketat birunya.
“ Buka sepatunya ya?” pintaku dan ia pun mengangguk. Aku pun jongkok. Kulepas sepatu ketsnya seta kaos kakinya. Tak hanya itu dalam keadaan jongkok kutarik retseleting rok birunya ke bawah hingga rok itu turun ke lantai. Tampak di depan mukaku terpampang gundukan memek Fitri yang berbalut celana dalam berwarna merah cabe menyala. Waou.. benar-benar mengagumkan. Kutarik pinggulnya ke depan, hingga memek berbungkus celana dalam merah terdorong ke depan mukaku. Kuciumi celana itu ke atas ke bawah. Kedua batang pahanya pun tak lepas dari sapuan lidah dan bibirku. Ke atas kebawah. Bergantian kanan dan kiri. Sementara kedua tangan meemas-emas pinggul yang bercelana merah itu. O.. nikmat menciumi memek terbalut kain merah itu. Entah mengapa kedua tangan Fitri mala menarik pundakku ke atas. Aku pun kembali berdiri dan kembali bercium sambil tetap kedua tanganku meremas-remas pinggulnya. Aku tak puas dengan itu. Kubuka baju putihnya hingga turun ke bawah. Jelas buah dada yang ranum itu terbungkut bh putih bersih dengan renda meah muda bermotif melati di pinggirnya. Sungguh indah sekali tubuh mulus Fitri yang setengah telanjang. Kali ini akulah yang mendapat rejeki nomplok. Dapat memeluk, mendekap, membelai, meraba, meremas bahkan menciumi tubuh halus itu. Lama sekali kami saling berciuman, membelai punggung dan meremas pinggulnya. Tak terasa pantatku menekan ke depan bergeser kekanan dan ke kiri hingga terasa oleh penisku yang terbungkus celana dalamku hangatnya memeknya Fitri yang masih terbalut celana dalamnya yang merah merona itu. O…. nikmat sekali ini. Ada sekitar setengahjam lebih kami bercumbu dalam keadaan berdiri. Kali ini aku berjanji tidak akan mengecewakannya lagi. Karena sampai saat ini belum ada tanda-tanda penisku akan menyemburkan kenikmatan, walaupun ketegang penisku boleh diuji sekuat baja. Justru yang kurasakan malah Firi yang mengawang-ngawang di mabuk asmara. Apalagi saat kubuka kancing bh yang ada di punggungnya, sehingga bh yang indah itu terlembar jauh ke lantai. Dan kali ini buah dada yang indah itu tampak di depan mataku. Tak kusia-siakan barang sedikitpun. Mulutku dengan sigap menyedot pentil buah dada Fitri yang sebesar kacang tanah kanan dan kiri. Kusedot, ku gigit-gigit kecil tetek Fiti yang berukuan 32 B itu. Bahkan sempat kucupan di belahannya.
“ Ah….Mas” desah Fitri. Tampaknya Fitri sudah tak tahan ingin segera dilanjutkan permainan yang lebih nikmat. Kutarik turun sebatas dengkul celana dalam merahnya. Lalu dengan kaki kananku kuinjak celana itu hingga turun ke lantai. Dan selanjutnya celana dalamku sendiri yang kuturunkan, hingga tongkat penis menyembul tegang mengesek-gesek belahan memek Fitri yang sudah basah. Namun tetap saja sangat sulit memasukkan penisku ke liang vaginanya. Apalagi dalam keadaan bediri. Ketika kusodok meleset lagi ke bawah memeknya, kadang meleset ke atas pusarnya. Maklumlah penisku walaupu tidak besar sekitar berdiameter 3 cm, tapi cukup panjang sekitar 22 cm. Cukup panjang untuk ukuran orang Indonesia. Kuangkat paha kanannya, hingga pergelangan kakik kanannya berada di pundakku. Dengan begini belahan vaginanya terbuka lebar, sehingga dengan mudah penisku dengan sedikit bantuan tanganku mengarahkan penis tegangku lobangnya dan kudorong masuk barang 5cm.
“Ah..” desah Fitri kaget.
“ Kenapa sayang? “ tanyaku
“ Sakit Mas!” katanya mengigit bibirnya sendiri.
“ Ya, ga pa-pa , sebentar juga hilang” kataku mengibursambil kutekan kembali penisku ke depan hingga penisku sudah setengah dalam memeknya. Terasa hangat di batang penisku. Sambil tetap memeluk tubuh halusnya. Kucium bibirnya, berganti ke lehernya. Terasa oleh tangan kananku tetes darah perawan Fitri yang hilang dipelukanku, saat kuraba batang penis sudah amblas 100% dalam liang memek Fitri.
“ Ah!” dia melengguh
“Kenapa, sakit?” tanyaku. Kepalanya mengeleng. Kukukira masih sakit sedikit.
“Ah.” desahnya. Mulutnya mengangga. Memang masi terasa sedikit perih, tapi kini sudah hilang olah kenikmatan yang tiada tara. Terasa memang basah seluruh batang penisku di dalam memeknya oleh cairan yang keluar dari dinding vaginanya. Walaupun begtu masi terasa sesak. Kutarik kembali batang penisku, kudorong lagi ke depan. Dalam keadaan berdiri dan Fitri bersandar ke dinding ruang depan aku mengeluarkan dan memasukan penisku ke liang memeknya. Pantatku maju dan mundur berulang, mulanya pelahan-lahan lama-lama agak cepat.
“ O..Mas” desah Fitri. Kuangkat paha kirinya ke pinggangku dan kuturun kaki kananya ke pinggangku sehingga Fitri sepeti monyet yangkugendong, sementara penisku masih terasa hangat dalam memek Fitri. Dalam keadaan tubuh Fitri kugendong aku berjalan ke belakang. Setiap kakiku melangkah, semakin terasa penis menyentuh dinding vaginanya ke dinding kiri dan kanan. Dan setiap langkah juga mulutnya menganggah dan mendesah. “Sst ……!” Sambil berjalan, Fitri yang kugendong, kuciumi bibirnya yang merekah. Berpindah ke lehernya yang jenjang. Lama aku berjalan mengendong Fitri dari depan ke belakang, ke depan lagi, ada barangkali 45 menit. Setiap langkah menghasilkan kenikmatan yang tiada tara akibat penis yang menyentuh-nyentuh dinding vagina. Ini tidak saja dirasakan olehku tetapi juga dinikmati oleh Fitri. Benar-benar nikmat karena ini persetubuhan kami yang petama, pertama bagiku dan pertama bagi Fitri.
Cerita Dewasa - Kini kami sampai di ruang tengah. Kuletakan pantat Fitri duduk di atas meja makan. Dengan sigap dan lincah pantatku maju mundur menghujamkan batang penisku ke dalam liang kenikmatan milik Fitri. Kupeluk tubuhnya yan mulus. Kulumat habis buah dadanya yang ranum kanan dan kiri. Kusapu lehernya yang jenjang dan bibir dan lidahku. Dan kukecum mesrah bibirnya yang merah merekah. Ada dorongan hasrat yang besar dari dalam diri kami untuk segera ke puncak asmara. Kuangkat kembali tubuh itu ke kamar dan kubaringkan di atas spring bedku. Sambil berpelukan dan berciuman tubuh kami berguling-guling ke kanan dan ke kiri dengan tidak membiarkan lobang itu lepas dari hujaman batang penisku. Kali ini tubuh Fitri di atas tubuhku. Dia berusaha belajar memberi vaiasi lain. Secara naluri pinggul yang montok itu begerak ke atas dan ke bawah, tapi sangat lemah. Mungkin hasrat kenimatan yang terlampau besar membuat terlalu berat mengangkat pinggulnya.
“ Coba duduk, Sayang!” pintaku berbisik ke telinganya, agar dia mau duduk di atas tubuhku. Dia memang gadis yang baik. Dia menuruti perintahku, bangun dan menduduki tubuhku sambil tak melepaskan batang penisku dari lobang memeknya yang super hangat dan nikmat itu. Dari bawah ku lihat wajahnya yang cantik, matanya yang sayu, rambutnya yang terurai sepunggung.
“ Angkat pantatnya, Sayang!” perintahku lembut ke padanya sambil kedua tanganku meremas-emas buah dadanya yang kencang dan kenyal itu. Dia berusaha untuk mengangkat tubuhnya namun tak kuasa menahan birahinya sendiri yang besar dan ambruk rebah lagi di atas tubuhku.
“Enggak bisa, Mas!” desahnya sambil mengelengkan kepalanya. Kukecup bibirnya, kudekap erat tubuhnya, dengan sisa tenaga kubalik tubuh mulus itu. Kini tubuh itu berada di bawah tubuhku. Agaknya kami akan segera mencapai klimaks dalam hubung seks ini. Pantatku semakin lama semakin cepat menghunjamkan penis ku ke dalam memeknya.
“Wau … nikmat sekali “ desahku dalam hati. Ingin rasanya aku nikmati sepanjang hari tanpa putus. Tapi mana mungkin. Ini sudah ada kodratnya. Sudah ada batasnya. Cuma ada yang lama ada yang sebentar. Kami telah melakukan sejak pukul 12.00 siang, sekarang jam menunjukan pukul 14.00 kurang lima. Cukup untuk tidak mengecewakan lagi.
Ah… rasanya spermaku akan keluar. Aku binggung dan ragu. Mau dikeluarkan diluar memeknya Fitri, agaknya sangat disayangkan seperti ada kenikmatanyang teputus. Mau dikeluarkan di dalam memeknya Fitri, takut Fitri hamil, karena kami belum menikah dan aku memang tidak menyiapkan kondom, karena kejadian ini tidak direncanakan, spontan. Tapi setelah ini aku akan selalu menyiapkan kondom di dompet atau di kamarku. Pasti setelah ini kami akan selalu ketagihan untuk melakukan lagi, melakukan lagi, dimanapu dan kapanpun yang penting ada kesempatan dan mood. Tentu himbauan pemerintah untuk menyiapkan dan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks tentu sangat bijak. Karena seks merupakan naluri makhluk hidup. Semua ingin melakukan, termasuk yang membuat UU anti pornografi dan porno aksi. Hanya orang yang munafik yang pura-pura suci, nggak taunya istrinya lima, tapi mengaku seperti malaikat yang ga butuh seks. Orang dimanapun akan mempertuhankan hasrat birainya dan berusaha mencari apapun walaupun untuk merangsang birahinya yang katanya surge dunia. Sebenarnya yang dibutuhkan bukanlah pelarangan, karena tidak adak makhluk hidup pun ga bisa menyembunyikan itu. Yang diperlukan adalah pendidikan seks sejak usia dini, supaya mereka bias menjaga dan menggunakannya dengan aman.
St… akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan spermaku di dalam liang memeknya. Ini kulakukan untuk memberi pelajaran pertama pada Fitri begitu nikmatnya melakukan ini. Ingin memberikan kenangan kenikmatan yang fowerfull tidak putus. Kalau putus pasti kecewa. Hamil? Wah untung-untungan. Karena tadi pagi sperma pertamaku sudah keluar banyak sebelum berhasil menebus liang memeknya. Tentu spermaku yan sekarang belumlah matang. Karena untuk mematangkan lagi perlu waktu paling tidak 2 minggu dan …..oooo… tubuh kami berdekapan eat dan spermaku ….crottt….cret…. kelua dalam liang memek Fitri yang cantik.
Seperempat jam mobil itu belum juga dapat dinyalakan mesinnya. Walaupun dibantu oleh beberapa orang tukang becak, namun si Panther masih juga mogok. Akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke bengkel yang tidak jauh dari tempat itu. Sementara itu keluarga Paman akhirnya pulang kembali ke Malang dengan naik angkutan umum yang lewat di sana.
Mobil yang dipaksa didorong itu akhirnya sampai juga di depan bengkel. Bengkel itu disebut BENGKEL TIARA oleh penduduk setempat, menurut mereka TIARA itu singkatan dari TIDAK ADA PRIA. Setelah kuperhatikan, ternyata semua montirnya, walau berseragam montir yang berlepotan oli, adalah para wanita muda yang cantik dan ****** Mereka terlihat ramah dan senang diajak ngobrol. Kasirnya juga seorang wanita. Jadi sama sekali tidak ada pegawai pria di sana. Hebat juga ya? Melihat kenyataan itu, pikiran isengku muncul.
Kebetulan mobil Pantherku mereka tarik ke ruang dalam bengkel yang sunyi senyap dan tertutup. Dua orang montir cantik ditugaskan untuk menangani mobil itu. Saat mereka tengah memeriksa bagian depan mobil Panther tempat mesinnya berada, dengan sengaja kujulurkan kedua tanganku ke arah pantat mereka. Mereka sedang berdiri menunduk untuk memeriksa mesin mobil. Perlahan kuraba pantat mereka dengan pelan. Tidak ada reaksi. Karena kelihatannya mereka tidak keberatan, lalu kuremas-remas pantat mereka berdua. Nah kali ini mereka menoleh.
“Mas… tangan Mas nakal deh… kalo mau yang lebih enak, tunggu ya. Begitu kami selesai menservis mobil ini, pasti yang punya mobil akan kami servis juga. Jangan kuatir deh.., kami ahlinya dalam menservis dua-duanya. Ha-ha-ha-ha…” ujar salah seorang montir cantik yang belakangan kuketahui bernama Gita sambil tersenyum genit.
Aku kaget bukan kepalang. Nah ini dia yang kucari. Jarang lho ada bengkel seperti ini. Ternyata apa yang dijanjikan Gita ditepati mereka berdua. Saat itu juga aku diajak ke lantai atas di sebuah rumah di belakang bengkel besar itu. Di sana ada beberapa kamar yang dilengkapi dengan perlengkapan tidur dan perlengkapan mandi yang serba moderen. Begitu mewah dan mentereng tempatnya. Jauh sekali perbedaannya bila dibandingkan dengan bengkel di depannya.
Kedua cewek montir tadi (seorang lagi bernama Tutut), saat aku terperangah menatap ruangan kamar itu, tiba-tiba entah dari mana muncul dengan hanya mengenakan pakaian minim. Alamaak..! Hanya BH dan celana dalam tembus pandang yang menutupi tubuh seksi mereka. Aku tidak menyangka bahwa tubuh mereka yang tadinya terbungkus seragam montir berwarna biru muda, begitu sexy dan montok. Buah dada mereka saja begitu besar. Gita kelihatannya berpayudara 36B, dan Tutut pasti 38. BH yang menutupinya seperti tidak muat. Langsung saja si penis andalanku mulai mengeras. Tanpa menunggu waktu lagi, aku segera membuka pakaianku.
Setelah hampir semua baju dan celanaku terlepas, keduanya tanpa banyak bicara mendorongku supaya jatuh telentang di atas tempat tidur. Aku pun diserbu. Saat itu hanya tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhku. Gita dengan ganasnya langsung menyerang bibir dan mulutku. Ciuman dan permainan lidahnya begitu menggebu-gebu, hampir saja aku tidak dapat bernafas dibuatnya. Tutut pun tidak kalah ganasnya. Tangannya langsung meraba-raba senjataku dari luar celana dalamku. Pelan tapi pasti rabaan dan remasannya itu membuatku menggelinjang hebat. Ia pun menjilati bagian penisku itu, terutama di bagian kepalanya.
Lalu dengan inisiatifnya sendiri, Tutut menurunkan celana dalamku. Maka si kecil pun langsung mencuat keluar, keras, tegak, dan besar. Tangan Gita langsung mengocok-ngocok penisku. Sementara Gita mulai terus menjilati buah zakar dan terus ke bagian pangkal penisku. Memang penisku tergolong besar dibandingkan ukuran rata-rata penis orang Indonesia, panjang 24 cm dan diameter 8 cm.
Kedua cewek montir itu sekarang bergantian menjilati, mengocok dan mengulum penisku seperti orang kelaparan. Aku sih senang-senang saja diperlakukan seperti itu. Sementara itu dengan leluasa kedua tanganku bergegas membuka pengait bra mereka berdua. Setelah penutup payudara mereka terbuka, tanganku mulai sibuk meremas-remas kedua gunung kembar mereka.
Beberapa menit kemudian, Tutut mulai membuka celana dalamnya. Lalu ia mengarahkan vaginanya ke mulutku. Oh aku mengerti. Kini gantian aku yang harus menghisap bagian liang kewanitaannya. Seumur hidupku sebenarnya aku belum pernah melakukannya. Aku takut karena baunya yang tidak sedap. Ternyata perkiraanku salah. Saat kuendus baunya, ternyata vagina si Tutut terasa amat wangi. Karena baunya menyenangkan, aku pun menjulurkan lidahku ke liang kemaluannya. Lidahku berputar-putar masuk keluar di sekitar vaginanya.
Sementara itu, Gita masih terus mengulum dan mengisap penisku. Kemudian tanpa dikomando, ia pun melepaskan CD-nya dan langsung duduk di atas perutku. Dengan lembut tangan kirinya meraih penis tegakku lalu pelan-pelan dimasukkannya ke dalam liang senggamanya.
“Bless… bless… bless..!” terdengar suara kulit penisku bergesekan dengan kulit vaginanya saat ia mulai turun naik di atas tubuhku.
Aku jadi merem melek dibuatnya. Kenikmatan yang luar biasa. Ia juga terlihat terangsang berat. Tangan kanannya memegang payudara kanannya sementara matanya terpejam dan lidahnya seperti bergerak keluar masuk dan memutar. Dari mulutnya terdengar suara erangan seorang wanita yang sedang dilanda kenikmatan hebat.
Rupanya si Tutut tidak mau kalah atau tidak dapat bagian. Ia mendekati Gita yang sedang bergerak dengan asyiknya di atas perutku. Gita pun mengerti. Ia turun dari perutku dan menyerahkan penisku kepada Tutut. Dengan raut wajah terlihat senang, Tutut pun duduk di atas penisku. Yang lebih gilanya lagi, gerakannya bukan saja naik-turun atau memutar, tapi maju mundur. Wah.., aku jadi tambah terangsang nih jadinya. Dengan sengaja aku bangkit. Lalu kucium dan kuemut payudara kembarnya itu.
Dua puluh menit berlalu, tapi ‘pertempuran’ 2 in 1 ini belum juga akan berakhir. Setelah Tutut puas, aku segera menyuruh keduanya untuk berjongkok. Aku akan menyetubuhi mereka dengan gaya doggy style. Konon gaya inilah yang paling disukai oleh para montir wanita yang biasa bekerja di bengkel-bengkel mobil bila ngeseks. Aku mengarahkan penisku pertama-tama ke liang kenikmatan Gita dan tanpa ampun lagi penis itu masuk seluruhnya.
“Bless! Jeb! Jeb..!”
Kepala Gita terlihat naik turun seirama dengan tusukanku yang maju mundur.
Tiba-tiba saja Gita memegang bagian kepala ranjang dengan kuatnya.
“Uh..! Uh..! Uh..! Aku mau keluar, Mas..!” erangnya dengan suara tertahan.
Rupanya ia orgasme. Lalu aku pun mencabut penisku yang basah oleh cairan kemaluannya Gita dan kumasukkan ke vagina Tutut. Perlu kalian tahu, vagina Tutut ternyata lebih liat dan agak sulit ditembus dibanding punyanya Gita. Mungkin Tutut jarang ngeseks, walau aku yakin betul kedua-duanya jelas-jelas sudah tidak perawan lagi.
Begitu penisku amblas ke dalam vagina Tutut, penisku seperti disedot dan diputar. Sambil memegang pantat Tutut yang amat besar dan putih mulus, aku terus saja maju mundur menyerang lubang kenikmatan Tutut dari belakang. Hampir saja aku ejakulasi dari tadi. Untung saja aku dapat menahannya. Aku tidak mau kalah duluan. Sepuluh menit berlalu, tapi Tutut belum juga orgasme. Maka kubaringkan dia sekali lagi, dan aku akan menusuk vaginanya dengan gaya konvensional. Seperti biasa, ia berada di bawahku dan kedua kakinya menjepit punggungku. Aku dapat naik turun di atas tubuhnya dengan posisi seperti segitiga siku-siku. Matanya merem melek merasakan kedahsyatan penis ajaibku.
Permainanku diimbangi dengan usahaku untuk mengulum puting payudaranya yang besar dan kenyal. Ternyata dengan mengulum payudara itu, spaningku semakin naik. Penisku terasa semakin membesar di dalam kemaluannya Tutut. Dan tiba-tiba.., sesuatu sepertinya akan lepas dari tubuhku.
“Crot..! Crot..! Crot..!” aku mengalami ejakulasi luar dahsyatnya.
Sebanyak dua belas kali semprotan maniku berhamburan di dalam vaginanya Tutut. Aku pun lemas di atas tubuhnya.
Saat aku sudah tertidur di atas kasur empuk itu, tanpa setahuku Tutut dan Gita cepat-cepat mengenakan pakaiannya kembali dan kemudian pergi entah ke mana. Lalu kudengar langkah seorang pria berjalan masuk ke kamar itu. Ia mendekati ranjang dan membangunkanku.
“Van.., bangun, Van..!” tangannya yang kekar terasa menggoyangkan punggungku yang telanjang.
Saat aku membuka mata, ternyata Paman!
“Lho, Paman.., bukankah Paman tadi udah pulang bersama Bibi dan adik-adik..?”
Ia menjawab sambil mengganggukkan kepala, “Benar, Ivan… kedua wanita tadi adalah pegawai-pegawai Paman sebenarnya… Mereka berdua Paman suruh men’servis’ kamu karena Paman dan Bibi tidak sempat memberimu hadiah ultahmu ke 28 bulan yang lalu, jadi itu hadiahnya. Dan mengenai mobil Panther itu, Paman sengaja mengotak-atik kabel mesinnya, lalu kuajarkan si Sri Hadiyanti dan Regita Cahyani itu untuk membetulkannya. Anggap aja kejutan ya, Van… tapi kamu puas kan atas pelayanan mereka berdua? Jangan kuatir.., selama kau berada di sini, Paman mempersilakan kamu mengencani mereka sampai kamu bosan. Kebetulan kan tiap hari mereka masuk kerja. He-he-he-he…”
Wah.., pengalaman tidak terlupakan nih! Memang sejak itu, selama 15 hari aku berada di Malang dalam rangka libur semesteran kuliahku di Amerika, aku sepertinya tidak bosan-bosan melayani kencan seks kedua gadis seksi itu. Setiap kali kami selesai melakukannya, Gita selalu berkata, “Mas Ivan… kami belum pernah merasakan penis yang begitu hebat dan perkasa menerobos vagina kami.., biasanya kalo tamu Pamanmu, mereka baru 1 menit udah KO! Tapi kau kuat sekali… bisa sampai dua setengah jam… minum apa sih, Mas..?” Setiap kali ditanya begitu, aku hanya tersenyum simpul dan menjawab, “Ada deh…” Keduanya menatap keheranan.
2,,,,,,,,,,,
Cerita Dewasa – Sex Akibat Bolos Kuliah Emang Nikmat
Cerita dewasa seks ini adalah sebuah cerita sex kiriman dari beberapa penggemar website ini yang menceritakan cerita seks dewasa nya kepada kami. Pengen tahu lebih lanjut ceritanya gimana ? Yuk kita simak bareng-bareng aja pengalaman sex yang bakalan ada di website ceritadewasaseks.org ini. Ini merupakan cerita sex dan cerita dewasa yang merupakan pengalaman dari berbagai orang yang kita tulis kembali di situs cerita dewasa seks ini. Ya udah gag usah panjang lebar lagi kita simak saja bagaimana cerita dewasa kali ini.
Kenalkan, namaku Tama. Aku adalah seorang mahasiwa tingkat 3 di sebuah perguruan negeri tinggi di Kota Bandung. Postur tubuhku biasa saja, tinggi 173 cm dengan berat 62 kg, namun karena aku ramah, lumayan pintar, serta lumayan kaya maka aku cukup terkenal di kalangan adik maupun kakak kelas jurusanku.
Pagi itu aku tergesa – gesa memarkir Honda Accordku di parkiran kampus. Setengah berlari aku menuju ke gedung kuliah yang berada sekitar 400 m dari parkiran tersebut, sambil mataku melirik ke jam tangan Albaku yang telah menunjukkan pukul 8.06. Shit..! Kalau saja tadi malam aku tidak nekat menonton pertandingan bola tim favoritku (Chelsea) sampai pukul 2 larut malam pasti aku tidak akan terlambat seperti ini.
“Kalau saja pagi ini bukan Pak Noel yang mengajar, tentu saja aku masih berjalan santai menuju ruang kuliah. Ya, Pak Noel yang berusia sekitar 40 tahunan memang sangat keras dalam urusan disiplin, terlambat sepuluh menit saja pastilah pintu ruangan kuliah akan dikuncinya. Kesempatan “titip absen” pun nyaris tidak ada karena ia hampir selalu mengecek daftar peserta hadir. Parahnya lagi, kehadiran minimal 90% adalah salah satu prasyarat untuk dapat lulus dari mata kuliah ajarannya.”
Tersentak dari lamunanku, ternyata tanpa sadar aku sudah berada di gedung kuliah, namun tidak berarti kesulitanku terhenti sampai disini. Ruanganku berada di lantai 6, sedangkan pintu lift yang sedari tadi kutunggu tak kunjung terbuka.
Mendadak, dari belakang terdengar suara merdu menyapaku. “Hai Tama..!” Akupun menoleh, ternyata yang menyapaku adalah adik angkatanku yang bernama Dwi. “Hai juga” jawabku sambil lalu karena masih dalam keadaan panik. “Kerah baju kamu terlipat tuh” kata Dwi. Sadar, aku lalu membenarkan posisi kerah kemeja putihku serta tak lupa mengecek kerapihan celana jeansku. “Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti kamu buru – buru ya?” kata Dwi lagi. “Iya nih, biasa Pak Noel” jawabku. “Mmh” Dwi hanya menggumam.
Setelah pintu lift terbuka akupun masuk ke dalam lift. Ternyata Dwi juga melakukan hal yang sama. Didalam lift suasananya sunyi hanya ada kami berdua, mataku iseng memandangi tubuh Dwi. Ternyata hari itu ia tampil sangat cantik. Tubuh putih mulusnya setinggi 167 cm itu dibalut baju kaos Gucci pink yang ketat, memperlihatkan branya yang berwarna hitam menerawang dari balik bajunya. Sepertinya ukuran payudaranya cukup besar, mungkin 34D. Ia juga mengenakan celana blue jeans Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu terurai dengan indahnya. Wangi parfum yang kutebak merupakan merk Kenzo Intense memenuhi udara dalam lift, sekaligus seperti beradu dengan parfum Boss In Motion milikku. Hmm pikirku, pantas saja Dwi sangat diincar oleh seluruh cowo di jurusanku, karena selain ia masih single tubuhnya juga sangat proporsional. Lebih daripada itu prestasi akademiknya juga cukup cemerlang. Namun jujur diriku hanya menganggap Dwi sebagai teman belaka. Mungkin hal itu dikarenakan aku baru saja putus dengan pacarku dengan cara yang kurang baik, sehingga aku masih trauma untuk mencari pacar baru.
Tiba – tiba pintu lift membuka di lantai 4. Dwi turun sambil menyunggingkan senyumnya kepadaku. Akupun membalas senyumannya. Lewat pintu lift yang sedang menutup aku sempat melihat Dwi masuk ke sebuah ruang studio di lantai 4 tersebut. Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya keadaannya kosong. Aku juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Hehehe…
Setelah itu lift pun tertutup dan membawaku ke lantai 6, tempat ruang kuliahku berada. Segera setelah sampai di pintu depan ruang kuliahku seharusnya berada, aku tercengang karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi “kuliah Pak Noel ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen”
Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja kalau pulang lagi ke kostan aku malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu, aku tiba – tiba saja teringat akan Dwi. Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4 sambil berharap kalau Dwi masih ada disana.
Sesampainya di lantai 4 ruang studio, aku tidak tahu apa Dwi masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan ditutupi tirai. Akupun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana ada Dwi yang sedang duduk disalah satu sofa didepan meja ketik menoleh ke arahku, tersenyum dan bertanya “Hai Tama, ngga jadi kuliah?” “Kuliahnya diundur” jawabku singkat. Iapun kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Aku memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suaraku, suara Dwi, dan suara AC yang bekerja. Secara tidak sadar aku mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Dwi. Maklum, namanya juga cowo, huehehe…
Penasaran, aku segera mendekati Dwi. “Hi Dwi, lagi ngapain sendirian disini?” “Oh, ini lagi ngerjain tugas. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi.” “Eh, kebetulan ada Tama, udah pernah ngambil kuliah ini kan?” Tanya Dwi sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya. Aku mengangguk singkat. “Bisa ajarin Dwi ngga caranya, Dwi dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?” pinta Dwi. Akupun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut. Daripada aku bengong, pikirku. Mulanya saat kuajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun telah selesai.
“Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih banget ya Tama, udah ngerepotin kamu.” Kata Dwi ramah. Iapun menutup laptop Toshibanya dan mengemasnya. “Apa sih yang ngga buat cewe tercantik di jurusan ini” kataku sekedar iseng menggoda. Dwi pun malu bercampur gemas mendengar perkataanku, dan secara tiba – tiba ia berdiri sambil berusaha menggelitiki pinggangku. Aku yang refleksnya memang sudah terlatih dari olahraga karate yang kutekuni selama ini pun dapat menghindar, dan secara tidak sengaja tubuhnya malah kehilangan keseimbangan serta pahanya mendarat menduduki pahaku yang masih duduk. Secara tidak sengaja tangan kanannya yang tadinya ingin menggelitikiku menyentuh kemaluanku. Spontan, adik kecilku pun bangun. “Iih, Tama kok itunya tegang sih?” kata Dwi sambil membenarkan posisi tangannya. “Sori ya” kataku lirih. Kami pun jadi salah tingkah, selama beberapa saat kami hanya saling bertatapan mata sambil ia tetap duduk di pangkuanku.
Melihat mukanya yang cantik, bibirnya yang dipoles lip gloss berwarna pink, serta matanya yang bulat indah membuatku benar – benar menyadari kecantikannya. Ia pun hanya terus menatap dan tersenyum kearahku. Entah siapa yang memulai, tiba – tiba kami sudah saling berciuman mulut. Ternyata ia seorang pencium yang hebat, aku yang sudah berpengalamanpun dibuatnya kewalahan. Harum tubuhnya makin membuatku horny dan membuatku ingin menyetubuhinya.
Seolah mengetahui keinginanku, Dwi pun merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di atas pahaku dengan posisi berhadapan, daerah vaginanya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan penisku yang juga masih berada didalam celanaku dengan nikmatnya. Bagian dadanya pun seakan menantang untuk dicium, hanya berjarak 10 cm dari wajahku. Kami berciuman kembali sambil tanganku melingkar kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan dadaku yang bidang. “mmhh.. mmmhh..” hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, akupun mengangkat tubuh Dwi sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. Akupun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas – remas gundukan payudaranya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi tanganku. “Aaah, Tama…” Erangannya yang manja makin membuatku bergairah. Kubuka kaos serta branya sehingga Dwi pun sekarang telanjang dada. Akupun terbelalak melihat kecantikan payudaranya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang. “Tama…” katanya sambil menekan kepalaku kearah payudaranya. Akupun tidak menyia – nyiakan kesempatan baik itu. Tangankupun meremas, menjilat, dan mencium kedua belah payudaranya. Kadang bibirku mengulum putting payudaranya. Kadang bongkahan payudaranya kumasukkan sebesar mungkin kedalam mulutku seolah aku ingin menelannya, dan itu membuat badan Dwi menggelinjang. “Aaahh… SShhh…” aku mendongak keatas dan melihat Dwi sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan erangan menikmati permainan bibirku di payudaranya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan ia semakin bernafsu akan “pekerjaanku” di dadanya.
Puas menyusu, akupun menurunkan ciumanku kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu. Lalu ciumanku makin mengalir turun ke arah selangkangannya. Akupun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan itu, namun itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan vaginanya yang begitu gemuk dari pandanganku. Akupun mendekatkan hidungku ke arah vaginanya, tercium wangi khas yang sangat harum. Ternyata Dwi sangat pintar dalam menjaga bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diriku dapat merasakan miliknya Dwi.
Akupun mulai menyentuh bagian depan celana dalamnya itu. Basah. Ternyata Dwi memang sudah horny karena servisku. Jujur saja aku merasa deg – degan karena selama ini aku belum pernah melakukan seks dengan kedelapan mantan pacarku, paling hanya sampai taraf oral seks. Jadi ini boleh dibilang pengalaman pertamaku. Dengan ragu – ragu akupun menjilati celana dalamnya yang basah tersebut. “Mmhhh… Ooggghh…” Dwi mengerang menikmati jilatanku. Ternyata rasa cairan kewanitaan Dwi gurih, sedikit asin namun enak menurutku. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya makin banyak meleleh.
“Buka aja celana dalamku” kata Dwi. Mendengar restu tersebut akupun menurunkan celana dalamnya sehingga sekarang Dwi benar – benar bugil, sedangkan aku masih berpakaian lengkap. Benar – benar pemandangan yang indah. Vaginanya terpampang jelas di depan mataku, berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi. Bagai orang kelaparan, akupun segera melahap vaginanya, menjilati bibir vaginanya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari telunjukku ke dalamnya. Berhasil..! Aku menemukan G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Dwi terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini. “Emmh, please don’t stop” kata Dwi dengan mata terpejam. “OOuucchh…” Rintih Dwi di telingaku sambil matanya berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari tubuhnya.”Ssshhh…Ahhh”, balasku merasakan nikmatnya vagina Dwi yang makin basah. Sambil terus meremas dada besarnya yang mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong kepalaku, seolah menginginkanku untuk menjilati vaginanya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepalaku. Tak lama kemudian, “Uuuhhh.. Dwi mau ke… lu… ar…” seiring erangannya vaginanya pun tiba – tiba membanjiri mulutku mengeluarkan cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun terasa lebih gurih dan hangat. Akupun tidak menyia – nyiakannya dan langsung meminumnya sampai habis. “Slruuppp…” suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut. Nafas Dwi terdengar terengah – engah, ia menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah akupun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan cintanya sendiri.
“Mmhh, Tama… makasih ya kamu udah bikin Dwi keluar.” “kamu malah belum buka baju sama sekali, curang” kata Dwi. “Gantian sini.” Setelah berkata lalu Dwi mendorong tubuhku sehingga aku duduk diatas sofa. Iapun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana dalamku. Iapun kaget melihat batang penisku yang berukuran cukup “wah.” Panjangnya sekitar 16 cm dengan diameter 5 cm. kepalanya yang seperti topi baja berwarna merah tersentuh oleh jemari Dwi yang lentik. “Tama, punya kamu gede banget…” setelah berkata maka Dwi langsung mengulum kepala penisku. Rasanya sungguh nikmat sekali. “mmh Dwi kamu nikmat banget…” kataku. Iapun menjelajahi seluruh penjuru penisku dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat dibawah penisku, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakarku. “aah… uuhh… ” hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu iapun kembali ke ujung penisku dan berusaha memasukkan penisku sepanjang – panjangnya kedalam mulutnya. Akupun mendorong kepalanya dengan kedua belah tangannya sehingga batang penisku hampir 3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil membuka bajuku sendiri aku mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti menelan penisku sebanyak 5 – 6 kali.
Puas dengan itu ia pun berdiri dan duduk membelakangiku, tangannya membimbing penisku memasuki liang kemaluannya. “Tama sayang, aku masukin ya..” kata Dwi bergairah. Lalu iapun menduduki penisku, mulanya hanya masuk 3/4nya namun lama – lama seluruh batang penisku terbenam ke dalam liang vaginanya. Aah, jadi ini yang mereka katakana kenikmatan bercinta, rasanya memang enak sekali pikirku. Iapun terus menaik – turunkan vaginanya sambil kedua tangannya bertumpu pada dadaku yang bidang. “Pak.. pak… pak.. sruut.. srutt..” bunyi paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali aku menarik tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena cupanganku.
“Dwi, ganti posisi dong” kataku. Lalu Dwi berdiri dan segera kuposisikan dirinya untuk menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang vaginanya yang memerah tampak semakin menggairahkan. Akupun segera memasukkan penisku dari belakang. “aahh, pelan – pelan sayang” kata Dwi. Akupun menggenjot tubuhnya sampai payudaranya berguncang – guncang dengan indahnya. “Aaahhkk…Tama…Ooucchhhkgg..Ermmmhhh” suara Dwi yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin banjir membuatku semakin tidak berdaya menahan pertahanan penisku. “Ooohh…yeahh ! fu*k me like that…uuhh…i’m your bitch now !” erang Dwi liar.
“Aduhh.. aahh.. gila Dwi.. enak banget!” ceracauku sambil merem-melek. “Oohh.. terus Tama.. kocok terus” Dwi terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya. “Yak.. dikit lagi.. aahh.. Tama.. udah mau” Dwi mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks. “Dwi.. Aku juga.. mau keluar.. eerrhh” geramku dengan mempercepat gerakan.
“Enak nggak Tama?” tanyanya lirih kepadaku sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mataku. “Gila.. enak banget Dwi.. terusin sayang, yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah payudaranya untuk meremas – remasnya. Sesekali tanganku memutar arah ke bagian belakang untuk meremas pantatnya yang lembut.
“uuhh.. sshh.. Dwi, aku udah ga tahan nih. Keluarin dimana?” tanyaku. “uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan” kata Dwi. Makin lama goyangan penisku makin dalam dan makin cepat.. “Masukin yang dalem dooo…ngg…”, pintanya. Akupun menambah kedalaman tusukan penisku, sampai pada beberapa saat kemudian. “aahh… Tama.. kita keluarin sekarang…” Dwi berkata sambil tiba – tiba cekikan vaginanya pada penisku terasa sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil tubuhnya bergetar. Akupun tak mampu membendung sperma pada penisku dan akhirnya kutembakkan beberapa kali ke dalam liang vaginanya. Rasa hangat memenuhi penisku, dan disaat bersamaan akupun memeluk Dwi dengan eratnya dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang bercucuran keringat menyatu, akhirnya akupun mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya. Aku menyodorkan penisku ke wajah Dwi dan ia segera mengulum serta menelan habis sperma yang masih berceceran di batang penisku. Aku menyandarkan tubuhku pada dinding ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“Dwi.. mau keluar nih..” kataku lirih sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan hisapan Dwi. “Bentar, tahan dulu Tama..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya. “Loh kok ngga dilanjutin?” tanyaku. Tanpa menjawab pertanyaanku, Dwi mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan kedua payudaranya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gundukan kembar itu membuatku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Penisku serasa diurut dengan sangat nikmatnya. Terasa kurang licin, Dwi pun melumuri payudaranya dengan liurnya sendiri. “Gila Dwi, kamu ternyata liar banget..” Dwi hanya menjawab dengan sebuah senyuman nakal.
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi. “Enak nggak Tama?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku. “Gila.. Bukan enak lagi.. Tapi enak banget Sayang.. Terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah mulutnya, dan ia langsung mengulum jariku dengan penuh nafsu. “Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.
Tak lama kemudian, “aah… Dwi aku mau keluar lagi…” setelah berkata begitu akupun menyemprotkan beberapa tetes spermaku kedalam mulutnya yang langsung ditelan habis oleh Dwi. Iapun lalu menciumku sehingga aku merasakan spermaku sendiri.
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu akupun pulang kekostan setelah mengantarkan Dwi ke kostannya menggunakan mobilku. Dialam mobil ia berkata bahwa ia sangat puas setelah bercinta denganku serta menginginkan untuk mengulanginya kapan – kapan. Akupun segera menyanggupi dan mencium mesra bibirnya. Setelah itu aku mengarahkan mobilku ke kostanku yang berada di daerah Dago. Soal kuliahnya Pak Noel, aku sudah cuek karena hari itu aku mendapatkan anugerah yang tidak terkira, yaitu bisa bercinta dengan Dwi.
Nikmatnya Bercinta Dengan Gadis ABG - Aku adalah seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di kawasan Depok jurusan sosial politik. Ayahku seorang pegawai kecil di Jakarta. Untuk menghemat biaya transportasi pun kuputuskan untuk kos saja. Aku tidak memilih kos di kawasan kos-kosan yang dekat kampus seperti teman-temanku yang lain, tapi kupilih di perkampungan yang jaraknya agak jauh dari kampus. Tentu dengan alasan biaya yang ringan dan yang kedua agar aku bisa bersosialisasi dengan masyarakat sesuai ilmu yang aku tekuni. Untuk gojak-gajik ke kampus kugunakan sepeda motor kreditanku yang aku cicil dari honor yang kuperoleh kerja sambilan sebagai guru les bahasa Inggis di pusat kursus.
Sebenarnya rumah yang kutempati amat jauh dari sebutan kos, Tidak mewah, tapi tidak juga jelek-jelek amat. Tidak besar memang tapi dibanding dengan perumahan cukup lumayanlah. Ku kontrak rumah ini dengan harga 1,5 juta setahun dengan satu kama tidur, ruang tamu, kamar tengah, dapur dan kamar mandi. Rumah itu tidak di pingir jalan, agak masuk sedikit, dan di kelilingi kebun yang agak luas. Rumah yang sederhana ini sangat ramai teutama malam hari tempat anak-anak muda berkumpul. Maklumlah aku ingin menerapkan ilmu yang aku punya untuk kemajuan kampung. Aku dipercaya kepala kampung menjadi ketua karang taruna. Awalnya banyak tantangan, maklumlah aku pendatang. Tapi dengan ilmu yang kumiliki aku bisa mendekati para pemuda di sana. Bahkan dapat membawa pemuda di sana yang tadinya arahnya tidak jelas, sekarang semakin jelas. Mereka punya kegiatan dan kesibukan yang posistif.
Kiprahku di organisasi kepemudaan yang baru enam bulan kujabat, tentu membawa konsekuensi tersendiri. Termasuk salah satu digandrungi para wanita. Maklumlah aku mahasiswa yang agak jelek-jelak amat. Dari sekian banyak wanita yang ingin menjadi pacarku, justru hatiku tertambat pada seorang gadis berusia 14 tahun dan baru duduk kelas 2 SMP. Tadinya aku tak menyangka kalau dia baru kelas 2 SMP, karena dari sosok tubuhnya yang 162cm dengan berat badan kira-kira 48kg, dada berukuran 32B. Aku menyangka dia siswi SMA kelas 2 berkulit kuning langsat, rambut hitam lurus sepunggung. Namanya Fitri. Dia dekat denganku. Orang mengetahui aku pacarnya. Padahal aku belum pernah menyatakanya cinta kepadanya. Tatapi memang hati selalu ser padanya. Fitri mempunyai kakak Irfan kelas 2 SMA anggota karang taruna dan Kurdi yang bekerja di kawasan industri, ayah pedagang di Jakarta yang pulang seminggu sekali. Ibunya ibu rumah tangga.
Pagi ini senin, seharusnya aku kuliah, tapi karena semalam ada kegiatan bazaar danberakhir sampai dini hari. Paginya, aku terlalu letih. Apalagi Fitri pagi-pai begini udah datang ke rumah.
“ Mas, bisa ga ajari aku? Ada PR bahasa inggris ni!” katanya padaku saat kubuka pintu depan karena diketuknya. Aku sempat kaget kok tumben-tumbenan dia datang dan minta diajari mejawab PR-nya. Terlebih kaget lagi saat kubuka pintu dia langsung nyelonong ke dalam rumahku sambil membawa buku dan menuju ruang tengah tempat aku belajar, aku nggak enak dengan masyarakat sekitar rumahku, dengan keadaan diri baru bangun tidur aku keluar melihat keadaan di luar. Sepi, tidak ada orang berarti aman dan tidak mengahasilkan gunjingan. Lalu aku masuk kedalam dan mengunci pintu dan menuju ke kamar mandi. Saat menuju kamar mandi, Fitri kembali bertanya.
“ Ni lo Mas PR-nya!” mengugahku untuk melihat seperti apa PR-nya.
“Oh itu, mudah itu Question tag, Non” kataku menjelaskan.
“ Ehm…!” spontan Fitri menutup hidung, “Mas bau badannya”
“Iyalah mau mandi kamu panggil” kataku sambil meninggalkanya menuju kamar mandi.
Cerita Sex - Biasa aku mandi tak terlalu lama. Selesai aku keluar menuju ke kamarku dengan tubuh dibalut handuk. Dengan langkah cepat menuju kamar sempat kulihat Fitri yang sedang pusing mengerjakan PR-nya. Dalam kamar kubuka lemari pakaian ku. Kupilih celana dalam putihku dan kukenakan sambil melepaskan handukku.
“ Mas, ini gima…..?” suara Fitri dari luar kamar saat dia membuka pintu kamaku yang tak terkunci.
“ Ah. Mas !” Fitri kaget saat membuka pintu kamarku melihatku hanya mengenakan celana dalam saja. Aku sempat kaget dan bengong ketika Fitri membalikkan tubuhnya dan menutup mukanya dengan buku. Entah setan apa yang tiba-tiba saja masuk ke benakku. Mendadak penis dalam celana dalamku bangun saat kulihat tubuh FItri dari belakang yang bediri kaku di depan pintu kamarku. Tubuh gadis beusia 14 tahun itu bak gitar spanyol. Pinggulnya yang padat berisi terbalut blues terusan biru muda dengan bawahan berempel selutut. Kuhampiri dia.
“ Da pa si, Yang?” rayuku sambil memeluk tubuhnya dari belakang dan buku yang menutup mukanya dengan buku bahasa Inggrisnya, kemudian kuturunkan dan kulihat buku itu.
“Oh soal ini, gampanglah.” kataku sambil memeluk erat tubuhnya dan melempar buku PR-nya ke lantai. Kudekap erat pinggangnya. Kubisikan kata mesra di telinganya.
“Fit, aku tahu maksudmu datang ke sini, tapi terus terang aku juga suka padamu” kataku yang menebak isi hatinya yang sebenarnya senang kepadaku. Awalnya aku ga ada rasa padanya. Bukan karena dia kurang cantik, ga dia sangat cantik. Tapi bukan itu, karena aku ketua karang taruna maka aku harus jaga wibawa di hadapan anak-anak lain baik cewek maupun cowok. Tapi saat ini rasa wibawa ga ada artinya berganti hasrat seksual yang tak terbendung. Penisku semakin menegang saat tertekan ke pinggulnya yang bahenol itu.
“Fit, maukah kamu jadi pacar saya?” tanyaku sambil membalikkan tubuhnya sehingga kami saling berhadapan. Fitri tak menjawab hanya terdiam pasrah saat tubuhnya kupeluk erat. Bahkan kedua tangan melingkar ke pinggangku. Dia agaknya sudah lupa dengan rasa malunya saat melihat tubuhnya yang hanya becelana dalam saja. Bahkan dia tak menolak saat bibirnya kukecup. Dia diam pasrah tak membalas apa pun saat bibirnya yang segar merekah kulumat dengan mesrah. Terasa olehku dadanya menganjal di dadaku dengan degup yang kecang. Matanya terpejam. Bahkan tak merasakan sama sekali saat retseleting blues biru muda yang ada punggungnya kuturunkan. Dia sudah dimabuk asmara. Ketika blues terusan itu turun diujung kakinya di lantai tak dirasakannya. Hingga kami berciuman sambil berpelukan hanya mengenakan pakaian dalam saja. Sambil berdiri kupeluk erat tubunyayang setengah telanjang di depan pintu kamarku. Dengan bibir saling berpanggutan kedua tanganku merasakan punggung Fitri yan halus dan putih bersih. Tubuh Fitri yang hanya mengenakan bra pink dan celana dalamnyapun berwarna pink dengan motif bunga tulip beukuran kecil-kecil. Inilah yang membuatku tak tahan. Mendadak libido menaik melesat. Hangat berpelukan dan berciuman seperti ini. Tangan kiriku meraba punggungnya yang putih bersih, sementara tangan kananku meremas-remas pantatnya yang terbungkus celana dalam pink yang berkain katun halus itu. Penisku semakin membengkak, seperti tak tahan berlama-lama besarang dalam celana dalamku. Ingin segera dikeluarkan. Akhirnya kuturun celana dalamku sendiri sepahaku, sehingga penisku menyembul menabrak dan melangsak memek Fitri yang masih terbungkus rapi celana dalamnya. Uh…. Oh…. Kurasakan gesekan demi gesekan antara penisku dengan celana dalamnya membuat kenikmatan tersendiri. Apalagi bhnya entah kapan kubuka, telah jatuh ke lantai dan mulutku dengan buas melumat habis kedua buah dada Fitri yang berpentil seukuran kacang tanah. Dalam keadaan berdiri ini kulakukan. Agak lama memamng dan tampaknya dengkul Fitri mulai gemetar tak tahan menopang diri yang sudah dimabuk nafsu dan akhirnya kami berdua jatuh ke springbed yang berada di belakang kami sambil tetap berpelukan. Dari ujung penisku tampaknya mulai mengeluarkan cairan. Benar-benar aku tak tahan. Dan akhirnya kutarik celana dalam kembang-kebang itu hingga lepas ke lantai. Ou …. Vagina gadis berusia empat belas tahun begitu indah. Putih bersih dan baru ditumbuhi satu dua rambut hitam. Tidak banyak ,bisa dihitung dengan jari. Hingga dengan jelas terlihat garis belahan memeknya yang dari tadi tersodok-sodok penisku, namun tak tembus juga ke dalam. Bahkan sampai kedua pahanya kulebarkan, tetap juga penis meleset, kadang ke bawah , kadang meleset kesamping. Sampai akhinya aku punya penis tak menahan cairan birahiku. Penisku meleset ke atas pusar Fitri dan sperma melesat mengenai mukanya. Cret .. membasahi perut dan memeknya. O…. benar-benar tak tahan. Menyesal benar aku belum bisa membobol gawang vagina Fitri. Tubuhkupun lunglai jatuh di atas tubuh fitri yang telanjang bulat. Kudengar napas Fitri yang menderu turun naik. Ada sekitar sepuluh menit aku tak sanggup berdiri, bahkan sempat tertidur. Sampai aku sadar Fitri mendoong tubuhku ke samping. Kemudian bangun dan mengambil tissue yang di meja belajarku kemudian melap spermaku yang menempel di tubuhnya. Di punguti satu per satu pakaiannya dan di kenakannya kembali mulai dari bh, celana dalam dan gaunnya. Kemudian lari pergi keluar dari rumahku.
“ Fit, tunggu !” teriakku beranjak dari spingbed. Tapi Fitri tetap lari keluar dan lenyap dari pintu depan tak mau mendengarkan kata-kataku apalagi menjawab. O … benar-benar saya telah mengecewakannya. Entah kaena aku tak bias memuaskanya, atau dia kecewa karena perlakuanku yang tak senonoh menurutku. Karena tak satu pun suara keluar dari mulutnya seusai hajat tadi. Yang jelas dia kecewa. Dan akupun kecewa belum bisa mendapatkan apa yang seharusnya kudapat. Dalam keadaan lemas kuambil celana dalamku lalu keloyor ke kamar mandi. Kubersihnya penisku yang basah oleh spermaku sendiri. Kukenakan celana dalamku dan beranjak ke dapur. Kubuat telur mata sapi dan nasi goreng. Pesetubuhan tadi benar-benar menguras tenaga ku. Dengan sedikit tenaga kulahap nasi goreng dan telur goreng itu di ruang tengah sambil menonton liputan siang. Maklum waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Aku yakin Fitri sudah pergi ke sekolah. Karena memang dia sekolah di siang hari hingga pulang pukul 17.00. Sedikit-demi sedikit tenagaku mulai pulih kembali. Ku ambil kaleng bir bintang dari kulkas kecilku kteguk bir itu sedikit demi sedikit hingga tenagaku pun pulih kembali.
Saat sedang asyik menonton berita, karena memang nasi gorengku sudah habis, terasa di telinggaku suara ketukan pintu dari depan rumahku. Aku beranjak dari dudukku untuk melihat ke depan. Ternyata masya Allah diluar dugaan. Fitri dengan pakaian seragam sekolah putih biru berdiri tegak di depan pintu. Memang pintu itu tak terkunci sejak dia pergi. Dan kini si cantik telah kembali lagi. Ini pun tak kusia-siakan. Kuhampiri dia dan kupeluk dia dengan erat seaakan tak mau pisah lagi seperti kedua orang yang baru bertemu setelah lama bepisah. Dia pun membalas dengan dekapan erat.
“Kenapa kamu ga berangkat ke sekolah?” bisikku basah-basih di telinganya.
“Enggak ah Mas, tanggung udah terlambat. Mas si gara-garanya!” katanya pelan. Aku tahu dia rindu dengan kejadian tadi, hingga tak konsentrasi untuk belajar di sekolah. Dia berankat dari rumah izin dengan ibunya untuk ke sekolah, tapi mendadak di tengah jalan dia malah berbelok kearah umahku. Aku sangat bersyukur.
“Lo kok Mas yang disalahkan?” kataku meledek.
“Iyalah.” Jawabnya mantap
“ Iyalah apa iya dong?” kataku sambil mengecup pipinya, sedangkan tangan kananku mengunci piintu depan yang di belakang tubuh Fitri.
“ Ah ..mas” jawabnya malu. Dan kami tak menyiakan ini. Mulut kami berpelukan. Tangan kananku meremas-remas buah dadanya yang masih berbaju putih tanpa kaos dalam sepeti anak sekolah pada umumnya, sehingga dari luar transparan bhnya terawang dari luar tubuhnya. Sedangkan tangan kiri meremas-remas pinggulnya yang tertutup rok ketat birunya.
“ Buka sepatunya ya?” pintaku dan ia pun mengangguk. Aku pun jongkok. Kulepas sepatu ketsnya seta kaos kakinya. Tak hanya itu dalam keadaan jongkok kutarik retseleting rok birunya ke bawah hingga rok itu turun ke lantai. Tampak di depan mukaku terpampang gundukan memek Fitri yang berbalut celana dalam berwarna merah cabe menyala. Waou.. benar-benar mengagumkan. Kutarik pinggulnya ke depan, hingga memek berbungkus celana dalam merah terdorong ke depan mukaku. Kuciumi celana itu ke atas ke bawah. Kedua batang pahanya pun tak lepas dari sapuan lidah dan bibirku. Ke atas kebawah. Bergantian kanan dan kiri. Sementara kedua tangan meemas-emas pinggul yang bercelana merah itu. O.. nikmat menciumi memek terbalut kain merah itu. Entah mengapa kedua tangan Fitri mala menarik pundakku ke atas. Aku pun kembali berdiri dan kembali bercium sambil tetap kedua tanganku meremas-remas pinggulnya. Aku tak puas dengan itu. Kubuka baju putihnya hingga turun ke bawah. Jelas buah dada yang ranum itu terbungkut bh putih bersih dengan renda meah muda bermotif melati di pinggirnya. Sungguh indah sekali tubuh mulus Fitri yang setengah telanjang. Kali ini akulah yang mendapat rejeki nomplok. Dapat memeluk, mendekap, membelai, meraba, meremas bahkan menciumi tubuh halus itu. Lama sekali kami saling berciuman, membelai punggung dan meremas pinggulnya. Tak terasa pantatku menekan ke depan bergeser kekanan dan ke kiri hingga terasa oleh penisku yang terbungkus celana dalamku hangatnya memeknya Fitri yang masih terbalut celana dalamnya yang merah merona itu. O…. nikmat sekali ini. Ada sekitar setengahjam lebih kami bercumbu dalam keadaan berdiri. Kali ini aku berjanji tidak akan mengecewakannya lagi. Karena sampai saat ini belum ada tanda-tanda penisku akan menyemburkan kenikmatan, walaupun ketegang penisku boleh diuji sekuat baja. Justru yang kurasakan malah Firi yang mengawang-ngawang di mabuk asmara. Apalagi saat kubuka kancing bh yang ada di punggungnya, sehingga bh yang indah itu terlembar jauh ke lantai. Dan kali ini buah dada yang indah itu tampak di depan mataku. Tak kusia-siakan barang sedikitpun. Mulutku dengan sigap menyedot pentil buah dada Fitri yang sebesar kacang tanah kanan dan kiri. Kusedot, ku gigit-gigit kecil tetek Fiti yang berukuan 32 B itu. Bahkan sempat kucupan di belahannya.
“ Ah….Mas” desah Fitri. Tampaknya Fitri sudah tak tahan ingin segera dilanjutkan permainan yang lebih nikmat. Kutarik turun sebatas dengkul celana dalam merahnya. Lalu dengan kaki kananku kuinjak celana itu hingga turun ke lantai. Dan selanjutnya celana dalamku sendiri yang kuturunkan, hingga tongkat penis menyembul tegang mengesek-gesek belahan memek Fitri yang sudah basah. Namun tetap saja sangat sulit memasukkan penisku ke liang vaginanya. Apalagi dalam keadaan bediri. Ketika kusodok meleset lagi ke bawah memeknya, kadang meleset ke atas pusarnya. Maklumlah penisku walaupu tidak besar sekitar berdiameter 3 cm, tapi cukup panjang sekitar 22 cm. Cukup panjang untuk ukuran orang Indonesia. Kuangkat paha kanannya, hingga pergelangan kakik kanannya berada di pundakku. Dengan begini belahan vaginanya terbuka lebar, sehingga dengan mudah penisku dengan sedikit bantuan tanganku mengarahkan penis tegangku lobangnya dan kudorong masuk barang 5cm.
“Ah..” desah Fitri kaget.
“ Kenapa sayang? “ tanyaku
“ Sakit Mas!” katanya mengigit bibirnya sendiri.
“ Ya, ga pa-pa , sebentar juga hilang” kataku mengibursambil kutekan kembali penisku ke depan hingga penisku sudah setengah dalam memeknya. Terasa hangat di batang penisku. Sambil tetap memeluk tubuh halusnya. Kucium bibirnya, berganti ke lehernya. Terasa oleh tangan kananku tetes darah perawan Fitri yang hilang dipelukanku, saat kuraba batang penis sudah amblas 100% dalam liang memek Fitri.
“ Ah!” dia melengguh
“Kenapa, sakit?” tanyaku. Kepalanya mengeleng. Kukukira masih sakit sedikit.
“Ah.” desahnya. Mulutnya mengangga. Memang masi terasa sedikit perih, tapi kini sudah hilang olah kenikmatan yang tiada tara. Terasa memang basah seluruh batang penisku di dalam memeknya oleh cairan yang keluar dari dinding vaginanya. Walaupun begtu masi terasa sesak. Kutarik kembali batang penisku, kudorong lagi ke depan. Dalam keadaan berdiri dan Fitri bersandar ke dinding ruang depan aku mengeluarkan dan memasukan penisku ke liang memeknya. Pantatku maju dan mundur berulang, mulanya pelahan-lahan lama-lama agak cepat.
“ O..Mas” desah Fitri. Kuangkat paha kirinya ke pinggangku dan kuturun kaki kananya ke pinggangku sehingga Fitri sepeti monyet yangkugendong, sementara penisku masih terasa hangat dalam memek Fitri. Dalam keadaan tubuh Fitri kugendong aku berjalan ke belakang. Setiap kakiku melangkah, semakin terasa penis menyentuh dinding vaginanya ke dinding kiri dan kanan. Dan setiap langkah juga mulutnya menganggah dan mendesah. “Sst ……!” Sambil berjalan, Fitri yang kugendong, kuciumi bibirnya yang merekah. Berpindah ke lehernya yang jenjang. Lama aku berjalan mengendong Fitri dari depan ke belakang, ke depan lagi, ada barangkali 45 menit. Setiap langkah menghasilkan kenikmatan yang tiada tara akibat penis yang menyentuh-nyentuh dinding vagina. Ini tidak saja dirasakan olehku tetapi juga dinikmati oleh Fitri. Benar-benar nikmat karena ini persetubuhan kami yang petama, pertama bagiku dan pertama bagi Fitri.
Cerita Dewasa - Kini kami sampai di ruang tengah. Kuletakan pantat Fitri duduk di atas meja makan. Dengan sigap dan lincah pantatku maju mundur menghujamkan batang penisku ke dalam liang kenikmatan milik Fitri. Kupeluk tubuhnya yan mulus. Kulumat habis buah dadanya yang ranum kanan dan kiri. Kusapu lehernya yang jenjang dan bibir dan lidahku. Dan kukecum mesrah bibirnya yang merah merekah. Ada dorongan hasrat yang besar dari dalam diri kami untuk segera ke puncak asmara. Kuangkat kembali tubuh itu ke kamar dan kubaringkan di atas spring bedku. Sambil berpelukan dan berciuman tubuh kami berguling-guling ke kanan dan ke kiri dengan tidak membiarkan lobang itu lepas dari hujaman batang penisku. Kali ini tubuh Fitri di atas tubuhku. Dia berusaha belajar memberi vaiasi lain. Secara naluri pinggul yang montok itu begerak ke atas dan ke bawah, tapi sangat lemah. Mungkin hasrat kenimatan yang terlampau besar membuat terlalu berat mengangkat pinggulnya.
“ Coba duduk, Sayang!” pintaku berbisik ke telinganya, agar dia mau duduk di atas tubuhku. Dia memang gadis yang baik. Dia menuruti perintahku, bangun dan menduduki tubuhku sambil tak melepaskan batang penisku dari lobang memeknya yang super hangat dan nikmat itu. Dari bawah ku lihat wajahnya yang cantik, matanya yang sayu, rambutnya yang terurai sepunggung.
“ Angkat pantatnya, Sayang!” perintahku lembut ke padanya sambil kedua tanganku meremas-emas buah dadanya yang kencang dan kenyal itu. Dia berusaha untuk mengangkat tubuhnya namun tak kuasa menahan birahinya sendiri yang besar dan ambruk rebah lagi di atas tubuhku.
“Enggak bisa, Mas!” desahnya sambil mengelengkan kepalanya. Kukecup bibirnya, kudekap erat tubuhnya, dengan sisa tenaga kubalik tubuh mulus itu. Kini tubuh itu berada di bawah tubuhku. Agaknya kami akan segera mencapai klimaks dalam hubung seks ini. Pantatku semakin lama semakin cepat menghunjamkan penis ku ke dalam memeknya.
“Wau … nikmat sekali “ desahku dalam hati. Ingin rasanya aku nikmati sepanjang hari tanpa putus. Tapi mana mungkin. Ini sudah ada kodratnya. Sudah ada batasnya. Cuma ada yang lama ada yang sebentar. Kami telah melakukan sejak pukul 12.00 siang, sekarang jam menunjukan pukul 14.00 kurang lima. Cukup untuk tidak mengecewakan lagi.
Ah… rasanya spermaku akan keluar. Aku binggung dan ragu. Mau dikeluarkan diluar memeknya Fitri, agaknya sangat disayangkan seperti ada kenikmatanyang teputus. Mau dikeluarkan di dalam memeknya Fitri, takut Fitri hamil, karena kami belum menikah dan aku memang tidak menyiapkan kondom, karena kejadian ini tidak direncanakan, spontan. Tapi setelah ini aku akan selalu menyiapkan kondom di dompet atau di kamarku. Pasti setelah ini kami akan selalu ketagihan untuk melakukan lagi, melakukan lagi, dimanapu dan kapanpun yang penting ada kesempatan dan mood. Tentu himbauan pemerintah untuk menyiapkan dan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks tentu sangat bijak. Karena seks merupakan naluri makhluk hidup. Semua ingin melakukan, termasuk yang membuat UU anti pornografi dan porno aksi. Hanya orang yang munafik yang pura-pura suci, nggak taunya istrinya lima, tapi mengaku seperti malaikat yang ga butuh seks. Orang dimanapun akan mempertuhankan hasrat birainya dan berusaha mencari apapun walaupun untuk merangsang birahinya yang katanya surge dunia. Sebenarnya yang dibutuhkan bukanlah pelarangan, karena tidak adak makhluk hidup pun ga bisa menyembunyikan itu. Yang diperlukan adalah pendidikan seks sejak usia dini, supaya mereka bias menjaga dan menggunakannya dengan aman.
St… akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan spermaku di dalam liang memeknya. Ini kulakukan untuk memberi pelajaran pertama pada Fitri begitu nikmatnya melakukan ini. Ingin memberikan kenangan kenikmatan yang fowerfull tidak putus. Kalau putus pasti kecewa. Hamil? Wah untung-untungan. Karena tadi pagi sperma pertamaku sudah keluar banyak sebelum berhasil menebus liang memeknya. Tentu spermaku yan sekarang belumlah matang. Karena untuk mematangkan lagi perlu waktu paling tidak 2 minggu dan …..oooo… tubuh kami berdekapan eat dan spermaku ….crottt….cret…. kelua dalam liang memek Fitri yang cantik.
END
0 komentar:
Posting Komentar